Liputan6.com, Jakarta Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang spesial bagi umat Islam. Sebab, pada bulan tersebut, lahir manusia termulia, Nabi Muhammad SAW dan disebut Maulid Nabi.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, atau 570 Masehi. Tiap tahun, masyarakat menggelar peringatan Maulid Nabi dengan berbagai acara yang meriah.
Peringatan Maulid Nabi ini mendasari salah satu hadis, “Engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan yang lain). Dalam hadis ini disebut setiap hamba akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya, seperti disampaikan langsung Rasulullah SAW.
Baca Juga
Advertisement
Di Indonesia sendiri, muncul beragam tradisi merayakan hari kelahiran Nabi. Nuansa tradisional dipadukan dengan nuansa Islami membuat tradisi yang berkembang itu menjadi ciri khas sebuah daerah.
Semuanya berharap akan menjadi umat Nabi Muhammad dan termasuk golongannya sehingga mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyamah atau hari akhir.
Mungkin akan ada satu pertanyaan, kenapa hari kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati sedangkan wafatnya tidak? Sementara, di Nusantara, ulama diperingati wafatnya, dan lazim disebut haul.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Alasan Hari Lahir Nabi Diperingati
Mengutip NU Online, jawabannya sangat sederhana. Pertama, tentu Rasulullah saw berbeda dengan para ulama, apalagi orang lain. Tidaklah mungkin membandingkan Rasulullah SAW dengan para ulama.
Kedua, ulama atau pahlawan dikenang pada hari wafatnya setelah terlihat jasa dan perjuangannya semasa hidupnya. Sementara Rasulullah SAW sebelum kelahirannya pun, sudah membawa banyak keberkahan bagi seluruh alam.
Sejak Nabi Adam diciptakan, nama Nabi Muhammad telah tertulis di pintu surga. Kemunculannya telah dikabarkan Taurat dan Injil. Tak ayal, tanggal 12 Rabi’ul Awal menjadi waktu yang paling dinanti oleh seluruh penduduk langit dan bumi untuk memberikan penghormatan dan ungkapan kebahagiaan atas kelahiran makhluk terbaik yang Allah SWT ciptakan.
Tim Rembulan
Advertisement