Forum P20 Diwarnai Aksi Kecam ke Rusia

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina diduga menjadi salah satu penyebab tidak adanya kesepakatan bersama dalam pertemuan Parlemen 20 (P20).

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Okt 2022, 15:19 WIB
Suasana pertemuan Parliamentary Forum in the Context of the G20 Speaker Summit (P20) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (5/10/22). Forum membahas inter-parliamentary forum P20 yang dihadiri delegasi parlemen negara-negara G20 membahas tentang peran parlemen dalam memperkuat Multilareralisme di abad 21 dalam menyelesaikan berbagai krisis global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ketegangan antara Rusia dan Ukraina diduga menjadi salah satu penyebab tidak adanya kesepakatan bersama dalam pertemuan Parlemen 20 (P20).

Anggota Komisi I DPR-RI, Fadli Zon mengatakan banyak kesepakatan-kesepakatan yang dicapai tapi ada yang tidak disepakati terkait perang Rusia dan Ukraina.

"Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai cukup banyak tapi ada yang tidak disepakati terkait dengan perang Rusia dan Ukraina," kata Fadli Zon kepada wartawan di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2022).

Fadli menuturkan selama 2 hari pelaksanaan forum P20, negara-negara Eropa memberikan kecaman kepada Rusia. Mengingat geopolitik ini disebabkan invasi yang dilancarkan Rusia kepada Ukraina pada Februari lalu.

"Kita lihat dalam dua hari ini pernyataan-pernyataan dari sejumlah negara uni eropa termasuk Inggris itu juga tentu saja mereka ingin ada satu keinginan untuk kecaman yang keras kepada pihak Rusia," tutur Fadli.

Namun Rusia yang dihadiri langsung oleh Ketua Parlemen, Valentina Matviyenko menentang adanya kecaman yang diarahkan kepada negaranya. Apalagi dikaitkan dengan sejarah 2014 dan terkait referendum sebagai kehendak dari masyarakat.

"Jadi ada dua pandangan yang totally different atau ekstrim," kata dia.

 


Hargai Hukum Internasional

Fadli Zon saat diskusi "DPR Lari Kencang Capai Target Legislasi, Pemerintah: 'Slow laa', Ada Apa?", Jakarta, Kamis (31/3). Fadli mengungkapkan, dalam prolegnas prioritas 2016, terdapat belasan RUU yang diusulkan pemerintah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menanggapi ketegangan tersebut, Fadli mengatakan Indonesia menghargai hukum internasional yang berlaku. Sebab Indonesia menganut politik bebas aktif.

Sehingga dalam konteks ini, Indonesia yang juga menjadi pemimpin Presidensi G20 justru ingin menjadi juru damai dari pihak-pihak yang bersitegang. Bahkan, Politikus Partai Gerindra ini menyebut Rusia sudah menawarkan diri untuk berdiskusi.

"Kita sebenarnya ingin menjadi bridge builder. Kita ingin menjadi jembatan. Ingin memfasilitasi tapi kelihatannya belum ketemu," kata Fadli.

 


Tawaran Rusia Ditolak

Bendera dukungan terhadap Ukraina di tengah perang dengan Rusia. (AFP/Fabrice Coffrini)

Hanya saja, ajakan dari Rusia tidak disambut dengan baik Ukraina dan negara-negara Eropa. Alhasil ketegangan tersebut masih terus berlanjut.

"Dari pihak Rusianya ingin menawarkan langsung kan kemarin. Ayo mumpung kita duduk, kenapa kita tidak bicara? Tapi kelihatannya belum bisa dari pihak Ukraina maupun Uni Eropa," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya