Lebak Banten Dibayangi Cuaca Ekstrem, Waspada Banjir Bandang dan Longsor

BPBD Lebak telah menyampaikan peringatan dini ke aparatur kecamatan, kelurahan/desa dan masyarakat yang tinggal di lokasi rawan bencana agar waspada.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Okt 2022, 14:54 WIB
Awan mendung menggelayut di langit Jakarta, Kamis (1/2). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan dari sedang hingga tinggi akan terjadi hingga 1 minggu ke depan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

 

Liputan6.com, Lebak - Bencana hidrometeorologi berupa hujan lebat, angin kencang, petir, tanah longsor, banjir, dan banjir bandang berpotensi terjadi di Kabupaten Lebak Banten. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Banten, mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

"Kami berharap warga yang tinggal di daerah rawan bencana alam dapat meningkatkan kewaspadaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak, Agus Reza Faisal di Lebak, Jumat (7/10/2022).

BPBD Lebak telah menyampaikan peringatan dini ke aparatur kecamatan, kelurahan/desa dan masyarakat yang tinggal di lokasi rawan bencana agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan guna mengurangi risiko kebencanaan.

Selama ini, beberapa hari terakhir di Kabupaten Lebak terjadi potensi hidrometeorologi yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diperkirakan wilayah Kabupaten Lebak, Jumat sore (7/10/2022) hingga malam berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

Untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi, pihaknya menyosialisasikan dan edukasi pencegahan bencana alam kepada nelayan pesisir selatan, masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan, perbukitan dan daerah aliran sungai serta kawasan hutan.

Selain itu juga BPBD Lebak dan relawan melakukan kebersihan jalur-jalur evakuasi untuk persiapan penyelamatan warga apabila terjadi gelombang tinggi.

"Kami mengoptimalkan koordinasi dengan instansi terkait untuk mengantisipasi bencana alam agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material cukup besar," katanya.

Agus juga mengatakan, peluang bencana hidrometeorologi menjadi besar karena adanya peralihan musim kemarau ke musim hujan dengan intensitas curah hujan meningkat.

 


Belajar dari Pengalaman

Pengalaman bencana alam tahun 2020 di Kabupaten Lebak harus menjadi pelajaran. Kala itu 9 orang meninggal dunia dan ratusan rumah warga tersebar di enam kecamatan rusak hingga hilang diterjang banjir bandang.

Selain itu juga ribuan warga mengungsi dan puluhan infrastruktur jembatan, pendidikan, pesantren hingga tempat ibadah roboh. Bahkan, sampai saat ini warga korban bencana alam tahun 2020 belum mendapatkan bantuan hunian tetap (huntap) dan mereka kini tinggal di hunian sementara (huntara) dengan kondisi cukup memprihatinkan.

"Kita sudah mengajukan proposal ke BNPB untuk pembangunan huntap, namun terkendala kepemilikan lahan," katanya.

Ia menyebutkan BPBD Lebak kini mempersiapkan tenaga kebencanaan, relawan juga koordinasi dengan Polri, TNI, DPUPR, PLN, Dinsos, BNPB, BPBD Provinsi Banten, Basarnas Banten.

Selain itu juga menyediakan logistik dan mencukupi untuk kebutuhan konsumsi selama enam bulan ke depan."Kami memperkuat jaringan dan koordinasi untuk menangani setelah bencana agar warga korban terdampak bencana bisa ditangani dengan baik dan menerima pelayanan dasar sehingga tidak menimbulkan kelaparan dan penyakit," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya