Spotify Akuisisi Kinzen untuk Jauhkan Podcast dari Konten Berbahaya

Spotify sudah bermitra dengan Kinzen sejak tahun 2020. Perusahaan menyebut, teknologi dari Kinzen sangat cocok untuk format podcast dan audio

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 09 Okt 2022, 08:00 WIB
Spotify Platform (Photo by Heidi Fin on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Spotify mengumumkan telah mengakuisisi perusahaan yang berbasis di Dublin, Irlandia, Kinzen, yang bertujuan untuk melindungi podcast di platformnya dari konten-konten berbahaya.

Teknologi canggih dan keahlian Kinzen dinilai Spotify akan membantu mereka memberikan pengalaman yang aman dan menyenangkan secara lebih efektif di platformnya di seluruh dunia.

Mengutip keterangan tertulis di laman resmi Spotify, Minggu (9/10/2022), Spotify sudah bermitra dengan Kinzen sejak tahun 2020. Perusahaan menyebut, teknologi dari Kinzen sangat cocok untuk format podcast dan audio.

Menurut Spotify, teknologi Kinzen di Spotify menggabungkan pembelajaran mesin dan keahlian manusia yang didukung analisa dari akademisi, untuk menganalisis potensi konten berbahaya dan ujaran kebencian dalam berbagai bahasa dan negara.

Dustee Jenkins, Global Head of Public Affairs Spotify mengatakan, saat ini, mereka akan bekerja sama sebagai satu kesatuan.

"Kami akan dapat lebih meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan menangani konten berbahaya, dan yang terpenting, dengan cara yang lebih mempertimbangkan konteks lokal," ujarnya.

Perusahaan menyebut, analisis konten audio dalam ratusan bahasa dan dialek sangatlah kompleks. Selain itu, ada tantangan dalam mengevaluasi nuansa dan makna dari sebuah konten secara efektif.

Sehingga, kata Spotify, akuisisi Kinzen akan membantu mereka lebih memahami lanskap penyalahgunaan dan mengidentifikasi ancaman yang muncul di platform.

 

 


Tunjukkan Perusahaan Proaktif

Ilustrasi aplikasi spotify. (Photo by Sara Kurfeß on Unsplash)

"Kombinasi alat dan wawasan ahli adalah kekuatan unik Kinzen yang kami anggap penting untuk mengidentifikasi tren penyalahgunaan yang muncul di pasar dan memoderasi konten yang berpotensi bahaya dalam skala besar,” kata Sarah Hoyle, Head of Trust and Safety Spotify.

Menurut Hoyle, perluasan tim yang dikombinasikan dengan peluncuran Dewan Penasehat Keselamatan beberapa waktu lalu, menunjukkan perusahaan proaktif untuk ruang ini.

Spotify pada hari Juni lalu juga mengumumkan pembentukan Dewan Penasihat Keamanan (Safety Advisory Council), yang memiliki fokus di bidang keamanan dalam platform audio tersebut.

Melalui keterangan di laman resminya, dikutip Selasa (14/6/2022), Spotify mengklaim bahwa dewan semacam ini merupakan yang pertama di perusahaan audio besar.

Anggota pendiri dari dewan ini adalah individu dan organisasi yang memiliki keahlian mendalam di bidang-bidang kunci untuk menavigasi ruang keamanan daring.

"Pada tingkat tinggi, misi dewan adalah membantu Spotify mengembangkan kebijakan dan produknya dengan cara yang aman sambil memastikan kami menghormati ekspresi pembuat konten," tulis Spotify.

 


Spotify Bentuk Dewan Penasihat

Spotify App Desktop (Photo by sgcdesignco on Unsplash)

Platform streaming audio asal Swedia itu mengungkapkan, anggota dewan nantinya akan memberikan saran ke tim yang bergerak di bidang-bidang utama seperti kebijakan dan pengembangan fitur keselamatan.

Mengutip CNBC, beberapa masalah yang akan mendapatkan masukan misalnya seperti ujaran kebencian, disinformasi, ekstremisme, dan online abuse.

Mereka juga akan memandu pendekatan Spotify, terhadap kesetaraan, dampak, dan penelitian akademis. Meski begitu, anggota dewan ini tidak akan membuat keputusan penegakan hukum tentang konten atau kreator tertentu.

"Namun, masukan mereka akan menginformasikan bagaimana kami membentuk kebijakan tingkat tinggi kami dan proses internal yang diikuti tim kami untuk memastikan bahwa kebijakan diterapkan secara konsisten dan dalam skala besar di seluruh dunia," kata Spotify.

 


Keanggotaan Akan Terus Bertambah

Ilustrasi Spotify. Kredit: StockSnap via Pixabay

Lebih lanjut, perusahaan mengatakan bahwa mengingat produk mereka akan terus bertumbuh dan berkembang, keanggotaan dewan akan ikut berkembang seiring dengan itu.

"Dalam beberapa bulan ke depan, kami akan bekerja sama dengan anggota pendiri untuk memperluas dewan, dengan tujuan memperluas representasi regional dan linguistik serta menambahkan ahli tambahan dalam ruang kesetaraan dan dampak," imbuh Spotify.

Mengingat status dewan ini yang hanya penasihat, Spotify pun dapat menerima atau menolak saran dari mereka.

Tidak seperti dewan pengawas Facebook yang memutuskan kasus apa yang diulas, Spotify-lah yang akan mengajukan masalah kepada dewan untuk dipertimbangkan dan menerima umpan balik.

(Dio/Ysl)

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya