Liputan6.com, Jakarta - Bank Credit Suisse menawarkan untuk melakukan pembelian kembali (buyback) surat utang hingga 3 miliar franc Swiss atau USD 3,03 miliar setara dengan sekitar Rp 46,21 triliun (asumsi kurs Rp 15.254 per dolar AS) pada Jumat. 7 Oktober 2022, karena harga saham yang jatuh dan kenaikan taruhan terhadap utangnya.
Credit Suisse juga mengkonfirmasi menjual Savoy Hotel yang terkenal di distrik keuangan Zurich, memicu beberapa spekulasi berebut likuiditas.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat mengenai tawaran untuk melakukan pembelian kembali surat utang.
"Transaksi tersebut konsisten dengan pendekatan proaktif kami untuk mengelola komposisi kewajiban kami secara keseluruhan dan mengoptimalkan beban bunga dan memungkinkan kami untuk memanfaatkan kondisi pasar untuk membeli kembali utang dengan harga yang menarik," kata Credit Suisse dikutip dari CNBC, Jumat (7/10/2022).
Hal itu terjadi setelah saham Credit Suisse sempat mencapai titik terendah sepanjang masa awal pekan ini, dan credit default swap mencapai rekor tertinggi, di tengah kegelisahan pasar atas masa depannya.
Pemberi pinjaman yang dipermasalahkan memulai tinjauan strategis besar-besaran di bawah CEO baru setelah serangkaian skandal dan kegagalan manajemen risiko, dan akan memberikan pembaruan kemajuan di samping pendapatan kuartalannya pada 27 Oktober.
Skandal yang paling mahal adalah eksposur bank senilai USD 5 miliar atau Rp 76,27 triliun terhadap dana lindung nilai Archegos, yang runtuh pada Maret 2021.
Credit Suisse sejak itu merombak tim manajemennya, menangguhkan pembelian kembali saham dan memotong dividennya untuk menopang masa depannya.
Saham Credit Suisse ditutup pada 4,22 franc Swiss pada Kamis. Saham Credit Suisse turun lebih dari 50 persen tahun ini.
Bank Sentral Swiss Pantau Situasi Credit Suisse yang Dilanda Isu Krisis Keuangan
Sebelumnya, Swiss National Bank (SNB) atau Bank Sentral Swiss mengatakan bahwa pihaknya tengah memantau situasi di Credit Suisse, yang dikabarkan tengah dilanda permasalahan modal dan likuiditas yang membuat cemas banyak investor. Hal itu diungkapkan oleh anggota Dewan Pengurus SNB, Andrea Maechler.
Sebagai informasi, saham bank terbesar kedua di Swiss itu merosot 11,5 persen dan obligasinya menurun ke rekor terendah pada Senin (3/10), sebelum memulihkan sebagian kerugian, di tengah kekhawatiran tentang kemampuannya untuk merestrukturisasi bisnis.
"Kami sedang memantau situasinya," kata Maechler di sela-sela sebuah acara di Zurich, dikutip dari US News, Kamis (6/10/2022).
"Mereka sedang mengerjakan strategi yang akan dirilis pada akhir Oktober," jelasnya.
Sebelumnya, SNB sempat menolak berkomentar tentang Credit Suisse, yang mengatakan memiliki basis modal dan likuiditas yang kuat.
Bank itu akan mengumumkan rincian rencana restrukturisasi bersama dengan hasil kuartal ketiganya pada 27 Oktober mendatang.
Pada Juli 2022, Credit Suisse mengumumkan tinjauan strategi keduanya dalam setahun dan mengganti kepala eksekutifnya, membawa ahli restrukturisasi Ulrich Koerner untuk memangkas lengan perbankan investasinya dan memotong biaya lebih dari USD 1 miliar.
Perbankan ternama asal Swiss, Credit Suisse dikabarkan mengalami permasalahan modal dan likuiditas dan membuat cemas banyak investor.
Advertisement
Beredar Memo Bos ke Staf, Credit Suisse Diterpa Isu di Ambang Kolaps
Perbankan ternama asal Swiss, Credit Suisse dikabarkan mengalami permasalahan modal dan likuiditas dan membuat cemas banyak investor.
Dilansir dari laman news.com.au, Selasa (4/10/2022) Credit Suisse melihat kenaikan tajam dalam spread pada credit defaultnya. Credit Suisse pun menawarkan perlindungan terhadap perusahaan yang gagal membayar obligasinya.
Laporan Financial Times menyebut, eksekutif senior Credit Suisse telah berupaya menenangkan stafnya terkait krisis keuangan yang dialaminya.
"Tim secara aktif terlibat dengan klien dan rekanan utama kami akhir pekan ini," kata seorang eksekutif kepada surat kabar itu.
'"Kami juga menerima telepon masuk dari investor top kami dengan pesan dukungan," lanjutnya.
Pernyataan itu datang setelah kepala eksekutif Credit Suisse, yakni Ulrich Koerner, mengeluarkan memo kepada staf yang mengatakan bahwa bank tersebut berada di tengah kritis saat bersiap untuk melakukan perombakan terbaru.
"Tidak diragukan lagi akan ada lebih banyak berita di pasar dan dari pers mulai dari sekarang dan akhir Oktober," tulisnya.
Restrukturisasi
Rincian restrukturisasi besar-besaran, yang diharapkan termasuk adanya langkah PHK hingga 5.000 PHK pekerja penjualan aset, akan diungkapkan dalam tinjauan strategis pada 27 Oktober.
"Yang bisa saya katakan kepada Anda adalah tetap bekerja dengan disiplin dan tetap dekat dengan klien dan kolega Anda. Saya tahu tidak mudah untuk tetap fokus di tengah banyak narasi yang Anda baca di media — khususnya, mengingat banyak pernyataan yang dibuat secara faktual dan tidak akurat. Karena itu, saya percaya Anda tidak akan mengacaukan kinerja harga saham kita sehari-hari dengan basis modal yang kuat dan posisi likuiditas bank," demikian isi memo tersebut.
Mengutip dari Financial Times, seorang eksekutif Credit Suisse membantah laporan baru-baru ini yang menyebutkan jika Credit Suisse telah mendekati investor untuk meningkatkan lebih banyak modal.
Dia bersikeras bahwa pihaknya berusaha untuk menghindari langkah seperti itu dengan harga saham mendekati rekor terendah dan biaya pinjaman yang lebih tinggi karena penurunan peringkat.
Dari catatan Bloomberg pekan lalu, kapitalisasi pasar bank terbesar kedua di Swiss itu telah turun menjadi sekitar 10 miliar franc Swiss (USD 15,8 miliar).
Angka ini turun dari lebih dari 30 miliar franc Swiss (USD 47,5 miliar). Ini berarti setiap penjualan saham akan menjadi sangat dilutif bagi investor jangka panjang.
Advertisement