Liputan6.com, Jakarta - Sosok ibu kini menjadi ujung tombak perjuangan mengatasi perubahan iklim di seluruh dunia. Sejumlah inisiatif yang bertekad untuk mengatasi krisis iklim kini menyasar para ibu untuk menumbuhkan kepedulian tentang lingkungan yang diharapkan dapat diwariskan kepada anak-anak mereka pada masa depan.
Di Amerika, Inggris, dan Eropa, tercatat sejumlah organisasi yang berdiri mengusung misi tersebut, seperti Parents for Future Global, Mothers Out Front, dan Science Moms. Sementara di Indonesia, inisiatif yang sama digawangi oleh Yasmina Hasni melalui program Peri Bumi.
Advertisement
Peri Bumi mengajak para Ibu yang tergabung dalam komunitas Ibu Asaka (Atasi Sampah Keluarga) di seluruh Indonesia untuk bergandeng tangan dan berjalan beringingan mengatasi dampak negatif perubahan iklim.
"Ibu adalah adalah garda terdepan yang menjaga masa depan anak-anak. Menjaga anak-anak artinya menjaga tempat tinggalnya, bumi, sehingga masih layak ditempati hingga dia dewasa nanti," ujar ibu dua anak ini.
Atas inisiatifnya ini, Yasmin yang juga mantan wartawan ini, terpilih sebagai salah satu Climate Moms yang mendapatkan the Climate Parent Fellowship 2022 dari Parents for Future Global dan Our Kid's Climate. Our Kid's Climate merupakan organisasi yang memiliki jaringan 58 komunitas orang tua di 23 negara yang bekerja sama membuat sejumlah aksi untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari krisis iklim.
Yasmina merupakan satu-satunya peraih beasiswa dari Asia Tenggara yang lolos seleksi dan menjadi 1 dari 15 Climate Moms dari seluruh dunia. Kepedulian Yasmin terhadap perubahan iklim tidak datang begitu saja. Sejak kecil sang ibu mengajarkannya tentang pentingnya menjaga lingkungan.
"Pada masanya, almarhum ibu saya dianggap orang yang aneh. Dia tidak pernah membeli bubur menggunakan plastik, tapi menggunakan wadah yang disiapkan sendiri. Apa yang dilakukan ibu saya menular pada anak-anaknya. Kami pun jadi memiliki keresahan yang sama dengan ibu. Adik saya tumbuh menjadi pecinta alam. Saya sendiri selalu memastikan untuk memilah sampah basah dan kering di rumah. Saya menggunakan popok kain cuci ulang untuk kedua anaknya agar tidak berkontribusi meningkatkan sampah diapers," katanya.
Koneksi adalah Akar
Oleh karena itu, Yasmin percaya perubahan akan terjadi dimulai dari lingkup paling awal seorang manusia dibesarkan. Semuanya bermula dari keluarga dengan ibu sebagai tonggak keberhasilan pelestarian lingkungan.
"Tugas ibu mengatur menu makanan, berbelanja, mengelola pemasukan dan pengeluaran di rumah, mengasuh anak, hingga bebersih rumah. Ini adalah bukti bahwa ibu merupakan garda terdepan dalam menjaga bumi," ungkapnya.
Tak hanya Peri Bumi, melalui medium @parentingiseasy.id dan www.parentingiseasy.id, Yasmin membantu para ibu belajar soal pengasuhan dan pendidikan anak, termasuk mengingatkan para ibu untuk mengajarkan anak merawat bumi.
Yasmin juga membangun kurikulum Roots of Growth yang digunakan di institusi pendidikan anak usia dini yang didirikannya, Roots Learning Center. Kurikulum yang digagasnya fokus pada koneksi.
"Saya percaya manusia membutuhkan koneksi yang harus dibangun sejak dini. Koneksi tersebut termasuk dengan keluarganya, alam, teknologi, agama, seni, dan masyarakat sekitarnya. Layaknya sebuah pohon, koneksi adalah akar. Kurikulum kami membantu anak untuk memliki akar yang kuat dan dalam," ujarnya.
Dengan demikian, Yasmin yakin, pada kemudian hari, sang anak bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab atas hidupnya dan peduli dengan kesejahteraan orang dan lingkungan di sekitarnya.
Penulis: Fitria A
Advertisement