Liputan6.com, Jakarta - Viral dugaan diskriminasi terhadap siswa Rohani Kristen (Rohkris) SMA Negeri 2 Depok mulai terkuak. Guru Pembina Rohkris merupakan sosok yang memfoto sejumlah siswa sedang duduk di tangga dan menjadi viral.
Guru Pembina Rohkris SMA Negeri 2 Depok, Majesti Sitorus mengatakan, Setiap Selasa hingga Jumat pagi sebelum memulai pelajaran sekolah mengadakan doa bersama atau saat teduh. Siswa rohkris mendapatkan tempat multiguna di lantai dasar namun pada Jumat 30 September 2022 dipindahkan ke ruangan multi guna yang berada di lantai atas.
Advertisement
“Pergilah kami ke multi guna atas, langsung kita mulai,” ujar Majesti kepada Liputan6.com, Jumat (7/10/2022).
Majesti mengakui sebelum masuk ke ruangan multi guna sempat tertahan lantaran pintu masih terkunci. Bahkan dirinya mengakui foto tersebut merupakan foto miliknya dan dikirim ke grup alumni siswa SMA Negeri 2 Depok.
“Iya saya yang foto dan kirim ke grup alumni Angkatan 35, 36, dan 37,” ucap Majesti.
Akibat foto yang terkirim ke grup siswa yang memperlihatkan sejumlah siswa sedang duduk di koridor tangga sekolah, membuat stigma diskriminasi siswa rohkris. Akibatnya foto tersebut viral di media sosial sehingga menjadi sorotan publik.
“Saya sudah meminta maaf kepada sekolah dan sudah membuat surat pernyataan,” terang Majesti.
Pada surat pernyataan tersebut, Majesti menyatakan tidak benar adanya dugaan diskriminasi terhadap siswa Rohkris SMA Negeri 2 Depok yang berkaitan dengan foto tersebut. Foto tersebut diambil saat siswa sedang menunggu ruangan dibuka oleh petugas sekolah.
“Tidak ada diskriminasi tapi memang kami diberikan tempat khusus namun memaklumi dengan kondisi ruangan di SMA Negeri 2 Depok,” kata Majesti.
Soal Dugaan Diskriminasi
Pada pemberitaan sebelumnya, Kepala SMA Negeri 2 Depok, Wawan Ridwan mengatakan, tidak ada perlakuan diskriminasi yang dilakukan SMA Negeri 2 Depok kepada siswanya, khususnya siswa Rohkris untuk melakukan doa bersama. Terkait foto yang beredar, Wawan menjelaskan bahwa foto tersebut merupakan siswa Rohkris yang sedang menunggu ruangan multimedia dibuka oleh penjaga sekolah.
"Kejadian itu terjadi pada Jumat Minggu lalu, tidak ada diskriminasi. Foto yang tersebar itu tidak benar kalau ada perlakuan diskriminasi," ujar Wawan saat ditemui Liputan6.com, Jumat (7/10/2022).
Menurut Wawan, telah terjadi miss komunikasi antara guru pengajar Rohkris sehingga terjadi narasi dan pemberitaan tidak benar.
Dia menjelaskan, pada Kamis, 29 September lalu, sekolah mendapatkan kiriman seragam untuk siswa kelas X dan disimpan di ruang multimedia bawah.
"Dikarenakan masih ada seragam sekolah, akhirnya siswa rohkris menggunakan ruangan multimedia yang berada di lantai 1," jelas Wawan.
Advertisement
Ruangan Masih Terkunci
Saat siswa Rohkris menuju ruangan multimedia yang berada di lantai 1, ternyata ruangan tersebut masih terkunci. Kemudian penjaga sekolah diminta membuka ruangan multimedia yang akan digunakan siswa Rohkris. Setelah dibuka siswa Rohkris baru dapat menggunakan ruangan tersebut.
"Kalau di kami kan setiap akan memulai pembelajar akan ada pembinaan karakter. Kalau muslim membaca Al-Qur'an sedangkan siswa Kristen doa bersama atau teduh pagi," ucap Wawan.
Wawan menuturkan, atas kejadian tersebut guru pengajar pada siswa Rohkris sudah dimintai klarifikasi dan keterangan. Bahkan sejumlah institusi mulai dari DPRD Kota Depok, KCD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Agama, dan Itjen Kemendikbud Ristek melakukan klarifikasi.
"Sekolah sudah memberikan klarifikasi dan guru yang bersangkutan sudah memberikan klarifikasi. Bahkan guru tersebut sudah membuat surat pernyataan," tutur Wawan.