Liputan6.com, Yogyakarta - Indonesia memang dikenal memiliki kekayaan dan keragaman tradisi. Tak terkecuali saat peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau yang biasa disebut Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW akan diperingati pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Hal tersebut pun disambut baik oleh masyarakat di berbagai daerah dengan menggelar tradisi.
Tradisi yang sudah dilakukan sejak puluhan bahkan ratusan tahun lamanya ini seolah menjadi perayaan rutin yang wajib digelar setiap tahunnya. Berikut 7 tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW yang masih dilestarikan di Indonesia:
Baca Juga
Advertisement
1. Ampyang Maulid, Kudus
Ampyang Maulid adalah salah satu tradisi Maulid Nabi di Indonesia yang digelar oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dalam tradisi ini, masyarakat akan mengarak tandu berisikan nasi kepel yang dibungkus daun jati, buah-buahan, serta hasil sayuran lainnya.
Gunungan tersebut kemudian diarak dalam tradisi kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon. Setelahnya, isi dari gunungan itu akan dibagikan kepada warga setempat.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Endong-Endogan
2. Endog-endogan, Banyuwangi
Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi dirayakan dengan menggelar tradisi Endog-endogan. Endog dalam bahasa Osing dan bahasa Jawa berarti telur.
Sesuai namanya, telur dijadikan sebagai simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini diyakini sudah ada sejak akhir abad ke-18.
Uniknya, tradisi ini tidak hanya dilaksanakan sekali saja pada tanggal 12 Rabiul Awal. Namun dilaksanakan satu bulan penuh secara bertahap.
3. Grebeg Maulid, Solo
Tradisi selanjutnya adalah Grebeg Maulid yang merupakan tradisi masyarakat Solo, Jawa Tengah, dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini melibatkan kerumunan masyarakat yang berebut mengambil gunungan yang telah disediakan.
Terdapat dua pasang gunungan yang akan diperebutkan warga, yakni gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan). Gunungan jaler berisi hasil bumi, seperti kacang panjang, wortel, terong, cabai, telur asin dan klenyem (makan terbuat dari singkong).
Sementara itu, gunungan estri berisi intip (makanan yang terbuat dari nasi). Keluarnya gunungan yang diarak oleh para abdi dalem, sentana dalem Keraton Surakarta, dari Kori Kamandungan menuju halaman Masjid Agung Surakarta ini menandai puncak tradisi Sekaten yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta.
Advertisement
Nyiram Gong
4. Nyiram Gong, Cirebon
Tradisi Nyiram Gong kembali dilaksanakan oleh Keraton Kanoman di Kota Cirebon, Jawa Barat, tahun ini untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ritual pembersihan gamelan sekaten itu berlangsung di kompleks Keraton Kanoman, Selasa (4/10/2022) pagi.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman Ratu Raja Arimbi mengatakan, ritual mencuci gamelan sekaten bermakna sebagai pembersihan diri menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, lebih dari 100 warga pun berebut air bekas cucian tersebut.
Warga akan membasuh wajah dan tubuhnya dengan air tersebut atau mengambil sisa bata merah dan tepes di lantai. Rangkaian tradisi ini selanjutnya disambung dengan ritual lainnya, yakni memayu Keraton Kanoman, tawurji, hingga panjang jimat sebagai puncak acara.
5. Masak Kuah Beulangong, Aceh
Masyarakat Aceh memiliki cara unik untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka akan merayakannya dengan memasak kuah beulangong, yakni makanan khas Aceh berupa kuah merah seperti gulai.
Kuah beulangong berisi daging sapi atau kambing dan nangka muda. Selain saat Maulid Nabi, makanan ini juga muncul ketika para petani mengadakan kenduri saat panen.
Walima
6. Tradisi Walima, Gorontalo
Masyarakat Gorontalo memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan melaksanakan tradisi walima. Tradisi walima adalah tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo.
Diperkirakan, tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17. Tradisi walima dimulai dengan lantunan Dikili, yakni tradisi lisan dzikir yang dilakukan di masjid-masjid.
Kemudian, tiap rumah akan membuat kudapan khas tradisional, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi. Nantinya, kudapan ini akan disusun di sebuah tolangga atau usungan kayu yang menyerupai perahu atau menara.
Selanjutnya, masyarakat akan melakukan prosesi mengantar tolangga dari rumah menuju ke masjid. Prosesi pengantaran ini akan menjadi atraksi yang ditunggu masyarakat.
7. Weh-wehan, Kendal
Masyarakat muslim di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, memiliki cara tersendiri untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi yang sudah secara turun-temurun digelar ini disebut sebagai tradisi weh-wehan.
Tradisi weh-wehan adalah budaya saling menukar makanan antar-tetangga. Tradisi ini diyakini sudah dijalankan selama ratusan tahun.
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement