Liputan6.com, Jakarta Perang Rusia-Ukraina masih terus berlanjut tanpa kejelasan kapan akan berakhir. Pemerintah Ukraina mengaku siap damai dengan Rusia yag menyerang negara mereka sejak Februari 2022. Namun, syarat dari Ukraina adalah Rusia angkat kaki dari wilayah yang mereka rebut.
Ukraina meminta Rusia tidak mengubah ketetapan wilayah Ukraina, sebab sebelumnya Rusia telah merebut wilayah-wilayah Ukraina seperti Krimea, Donetsk, dan Luhansk. Jika ingin ada negosiasi damai, Ukraina tidak ingin ada wilayahnya yang diklaim oleh Rusia.
Baca Juga
Advertisement
"Kita siap untuk negosiasi, kita siap untuk pembicaraan damai. Kami paham bahwa cara terbaik melanjutkan perdamaian adalah negosiasi dan diplomasi. Tapi yang kita lihat di beberapa pekan dan bulan ini, Federasi Rusia meski menggagas pembicaraan damai malah melaksanakan referendum tipu-tipu," ujar Wakil Ketua Parlemen Ukraina (Verkhovna Rada) Olena Kondratiuk di Jakarta kepada Liputan6.com, Sabtu (8/10/2022).
Pihak Rusia memang berkata ingin damai, namun pada September 2022 Rusia malah mengadakan referendum di wilayah-wilayah Ukraina. Referendum itu tidak diakui negara-negara Barat, dan Indonesia juga tidak mengakui.
"Tinggalkan wilayah Ukraina seperti yang ditetapkan oleh PBB pada 1991. Jadi itu perbatasannya. Bukan yang 2014. Kami tidak ingin satu meter persegi pun wilayah Rusia," ujar Olena. "Mereka harus pergi dari Ukraina. Setelah itu kita bisa bicara."
Pihak Ukraina pun masih terus mencatat kejahatan-kejahatan perang serta penyiksaan yang dilakukan tentara Rusia. Mereka berjanji kejahatan tersebut akan ditangani oleh Mahkamah Internasional.
Klik di sini untuk membaca wawancara eksklusif Olena Kondratiuk.
Indonesia Kritik Aneksasi yang Dilakukan Rusia
Kementerian Luar Negeri RI angkat bicara terkait aneksasi Rusia di wilayah Ukraina. Tindakan Rusia dianggap mempersulit proses perdamaian.
Rusia memang telah resmi mencaplok empat wilayah Ukraina, termasuk Luhansk (Lugansk). Presiden Vladimir Putin mengklaim rakyat yang memilih bergabung dengan Rusia.
"Di Republik Rakyat Donetsk, Republik Rakyat Lugansk, Wilayah Zaporozhye dan Wilayah Kherson telah diadakan referendum. Sudah dapat ditarik kesimpulan dan hasilnya telah diketahui. Orang-orang telah menentukan pilihan mereka, pilihan yang jelas," ujar Presiden Vladimir Putin dalam pidatonya, dikutip Senin (3/10).
Presiden Putin berkata daerah-daerah yang ia aneksasi akan menjadi warganya selamanya.
"Saya ingin otoritas Kiev dan majikan mereka yang sesungguhnya di Barat untuk mendengar saya, sehingga semua orang dapat mengingat apa yang saya akan sampaikan: para warga Lugansk dan Donetsk, Kherson dan Zaporozhye menjadi warga negara kita untuk selamanya," kata Presiden Putin.
Narasi dari Presiden Putin adalah referendum tersebut sesuai Piagam PBB, namun Kemlu RI berkata referendum Rusia telah melanggar Piagam PBB.
"Setiap negara harus menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain. Prinsip ini secara jelas tertera dan merupakan salah satu prinsip utama Piagam PBB. Indonesia secara konsisten menjunjung tinggi dan menghormati prinsip tersebut," ujar pihak Kemlu RI via Twitter.
"Prinsip ini juga berlaku terhadap referendum 4 wilayah Ukraina. Referendum tersebut melanggar prinsip piagam PBB dan hukum internasional. Referendum itu akan semakin menyulitkan penyelesaian konflik melalui perundingan dan akibatkan perang semakin berkepanjangan, yang akan merugikan semua pihak," jelas pihak Kemlu RI.
Advertisement
Pasukan Ukraina Terus Pukul Mundur Rusia, Vladimir Putin Makin Terdesak?
Ukraina masih terus melancarkan serangan balas terhadap Ukraina. Mereka bertekad terus merebut wilayah-wilayah yang direbut Rusia meski sudah ada "referendum" yang menerima daerah-daerah tersebut.
Dilaporkan VOA Indonesia, Sabtu (8/10), dalam beberapa hari terakhir, pasukan Ukraina berhasil menembus garis pertahanan Rusia di wilayah selatan Kherson, membebaskan beberapa desa di sepanjang sungai Dnieper. Pasukan Kyiv kini menguasai pemukiman sekitar 30 kilometer melampaui batas garis depan sebelumnya.
Reuters melapokan bahwa pasukan Ukraina sedang berusaha untuk memotong jalur pasokan untuk 25.000 pasukan Rusia yang ditempatkan di sebelah barat sungai tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia, pada Senin (3/10), mengakui bahwa "divisi tank yang lebih tangguh" yang dikerahkan oleh Ukraina di dekat Kota Zolota Balka memungkinkan pasukan Ukraina mematahkan pertahanan Rusia.
Pasukan Ukraina larut dalam semangat tinggi setelah berhasil merebut kembali teritori itu, yang sempat jatuh ke tangan Rusia pada awal invasi. Yaroslav, seorang tentara Ukraina, yang menjaga garis depan di luar Kherson mengatakan kepada AFP bahwa kini pasukan Ukraina dipenuhi dengan rasa semangat juang yang tinggi.
“Semangat mereka, semuanya berubah, dibandingkan dengan sebelumnya, jauh lebih baik. Terdapat titik cerah dari semua kekacauan ini berkat serangkaian kemenangan (yang kita raih),” katanya.
Pasukan Ukraina juga memperkuat posisi mereka di wilayah timur. Pasukan Moskow mundur dari wilayah Lyman di Donetsk Oblas pada akhir minggu lalu setelah pasukan Ukraina mengepung kota itu. Jalan-jalan dipenuhi dengan sisa-sisa tank Rusia yang terbakar dan tentara Rusia yang mati.
Militer Ukraina, pada Kamis (6/10), mengklaim pasukannya sudah maju sejauh 55 kilometer ke dalam teritori yang tadinya dikuasai Rusia, membebaskan 93 desa dan merebut area seluas lebih dari 2.400 kilometer persegi. Klaim ini belum bisa diverifikasi oleh VOA.
Bertemu Ketua Parlemen Ukraina, Puan Dorong Perdamaian dengan Rusia
Sementara, Ketua DPR RI Puan Maharani juga sempat melakukan pertemuan dengan Olena Kondratiuk. Dalam pertemuan itu, Puan mendorong agar terciptanya perdamaian antara Ukraina dan Rusia yang hingga kini masih berperang.
Pertemuan bilateral itu digelar jelang pembukaan the 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit (P20) di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (5/10).
“Undangan kami khusus untuk Parlemen Ukraina di P20, adalah langkah konkrit kami untuk membantu komunikasi antar-Parlemen dalam penyelesaian perang di Ukraina,” kata Puan dalam keterangannya.
Puan mengapresiasi hubungan bilateral Indonesia-Ukraina yang sudah terjalin selama 30 tahun tetap berjalan hangat meskipun di tengah-tengah situasi kawasan yang serba tidak pasti karena perang.
“Saya memahami bahwa perang di Ukraina telah mempengaruhi upaya kita semua memulihkan perekonomian pascapandemi Covid-19. Karenanya, proses perdamaian adalah prioritas utama Indonesia,” ucap Puan.
“Kunjungan Presiden Indonesia ke Ukraina dan Rusia pada bulan Juni, dilakukan untuk membawa pesan perdamaian. Kunjungan tersebut juga mempromosikan safe passage untuk pangan dan pupuk dari dan ke Ukraina dan Rusia,” katanya.
Puan menambahkan, Indonesia menyambut baik dimulainya kembali ekspor biji-bijian dari Ukraina di bawah the Black Sea Initiative. Perjanjian ini memainkan peran penting dalam mengurangi dampak perang terhadap rantai pasokan global.
“Tentunya, langkah positif ini juga harus diikuti dengan kemudahan akses ekspor produk makanan dan pupuk dari Rusia, sebagaimana disepakati dalam perjanjian Istanbul,” terang Puan.
Advertisement