Trivia Saham: Mengenal Apa Itu Rekomendasi Underweight

Kali ini trivia saham membahas mengenai underweight. Yuk, simak ulasannya.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jun 2024, 07:31 WIB
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saat investasi di saham, ada sejumlah rekomendasi saham yang diberikan oleh perusahaan sekuritas dan analis saham.

Rekomendasi saham yang mungkin sering terdengar oleh investor dan pelaku pasar modal antara lain rekomendasi buy, hold, sell, buy on weakness, wait and see, neutral, strong buy, strong sell, accumulate, dan lainnya. Ada juga istilah rekomendasi saham lainnya yaitu overweight, underperform, equalweight, dan underweight.

Analis dapat memberikan pendapat tentang kinerja perusahaan tercatat atau emiten ke depan. Analis memberikan peringkat kinerja overweight, underweight demikian mengutip laman Investopedia.

Kali ini trivia saham membahas mengenai underweight. Dalam laman Investopedia menyebutkan, underweight dapat menunjukkan situasi keuangan yang berbeda.

Adapun portofolio underweight ditentukan melalui matematika dasar melalui perhitungan sementara saham underweight tergantung pada metrik yang dipilih analis untuk digunakan dalam evaluasinya. Misalkan ketika persentase atau bobot sekuritas tertentu dalam portofolio yang dikelola lebih rendah daripada yang dipegang dalam portofolio acuan.

Misalkan, jika portofolio acuan pegang dengan bobot 20 persen dan portofolio investor hanya memiliki 10 persen dalam bobot tersebut.

Di sisi lain, portofolio underweight belum tentu merupakan situasi yang buruk. Itu mungkin berarti manajer portofolio tidak bullish pada aset tersebut.

Mengutip yahoo finance, Minggu (9/10/2022),  jika suatu saham dinilai sebagai saham underweight, diprediksi pengembalian saham tersebut lebih rendah dari pada saham lain di sektor industrinya.

Peringkat saham underweight adalah opini analis keuangan, saham tersebut akan berkinerja buruk di antara sektornya atau dalam indeks, biasanya selama 6 bulan hingga 12 bulan ke depan,” demikian mengutip dari yahoo finance.

 

 


Terkait Kinerja Perseroan

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, analis lain mungkin memiliki pendapat yang berbeda. Investor pun harus membaca setiap penilaian yang diberikan analis dalam menetapkan peringkat underweight sebelum memutuskan untuk berinvestasi pasar saham tersebut.

Analis memberikan peringkat underweight ketika melihat prediksi mengenai pertumbuhan laba perusahaan. Jika akan ada penurunan laba, itu salah satu tanda bahaya. Namun, penting juga bagi investor untuk mengetahui mengapa akan terjadi perlambatan pertumbuhan laba.

“Investor harus membuat keputusannya tidak hanya berdasarkan rekomendasi analis, tetapi juga riset dan wawasan waktu investasinya sendiri,”.

Jika peringkat underweight hanya 6-12 bulan ke depan, Anda adalah investor dengan horizon waktu jangka panjang. Anda mungkin ingin menahannya saja jika sudah ada dalam portfolio Anda.

Sementara itu, mengutip Investopedia, ketika seorang analis saham menandai suatu saham sebagai underweight, biasanya opini jual atau jangan beli. Hal ini berarti rekomendasi underweight berarti prospek saham tidak kuat.

 


Trivia Saham: Mengenal Apa Itu Private Placement

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, investasi di pasar modal akan mendengar sejumlah istilah-istilah yang mungkin masih terasa asing di telinga.

Kali ini trivia saham membahas mengenai private placement atau penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD). Mengutip laman Investopedia, Senin, 23 Mei 2022, private placement merupakan penjualan saham dan obligasi kepada investor dan institusi yang telah dipilih sebelumnya ketimbang di pasar terbuka.

Ini adalah alternatif pendanaan bagi perusahaan yang ingin meningkatkan modal untuk ekspansi. Investor yang diundan untuk mengikuti private placement ini antara lain investor individu kaya, bank, lembaga keuangan lainnya, perusahaan asurnasi, reksa dana dan dana pensiun.

Dengan menawarkan langsung misalkan saham kepada investor siaga dapat membuat porsi dan jatah saham untuk investor lama akan langsung mengalami dilusi. Adapun salah satu keuntungan utama dari private placement adalah fleksibilitasnya.

Pengaruh penawaran private placement ini terhadap harga saham dinilai mirip dengan perusahaan yang melakukan pemecahan saham atau stock split.


Selanjutnya

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Efek pada jangka panjang pada harga saham kurang pasti dan tergantung seberapa efektif perusahaan memakai modal yang diperoleh dari private placement. Faktor penting dalam menentukan harga saham jangka panjang adalah alasan perusahaan melakukan private placement.

Jika alasan private placement adalah seiring perusahaan melihat peluang luar biasa untuk pertumbuhan cepat yang hanya membutuhkan pembiayaan tambahan, keuntungan ekstra yang akhirnya direalisasikan dari ekspansi perusahaan dapat mendorong harga sahamnya jauh lebih tinggi.

Selain itu, ada kemungkinan perusahaan gelar private placement karena tidak dapat menarik investor institusi dan ritel dalam jumlah besar. Hal ini dapat terjadi jika sektor pasar perusahaan dianggap tidak menarik saat ini.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya