Liputan6.com, Jakarta Di tengah gempuran digital yang mengubah gaya hidup masyarakat, bank dituntut untuk melakukan terobosan. Begitupun BRI yang meluncurkan aplikasi digital.
Hal itu disampaikannya Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto dalam pelatihan jurnalistik 'BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Di Era Transformasi' di Hotel Grand Mercure Medan.
Advertisement
Dia menjelaskan, Regional BRI Medan yang mencakup Sumatera Utara, terus mendukung kemudahan akses perbankan seperti realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Per Agustus 2022, KUR BRI mencapai Rp 8 triliun, dari target tahun 2022 sebanyak Rp13 triliun. Pinjaman KUR dari Rp25 juta sampai Rp250 juta.
“Semua KUR itu untuk pinjaman UMKM,” tutur Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (9/10/2022).
Dia menambahkan, pinjaman Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) cukup baik pengembaliannya, dimana Non Performing Loan (NPL) cukup rendah dibawah 2 persen.
Pelatihan yang diselenggarakan Dewan Pers dan BRI ini diikuti oleh wartawan dari 72 media lokal di Medan. Gelaran acara ini ditujukan untuk memperluas wawasan insan pers.
Sebab, tak hanya kemampuan jurnalistik, wartawan ekonomi perlu memiliki pemahaman mendalam terkait bidangnya, salah satunya perbankan, agar berita yang ditulisnya benar dan akurat.
OJK: Kredit Bank Tumbuh 10,62 Persen pada Agustus 2022
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen secara tahunan, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen secara tahunan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menuturkan, secara bulanan, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp 20,13 triliun menjadi Rp 6.179,5 triliun.
"Kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen yoy, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen yoy. Adapun, secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp20,13 triliun menjadi Rp6.179,5 triliun,” kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner OJK pada Senin (3/10/2022).
Sementara itu, laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2022 tercatat sebesar 7,77 persen menjadi Rp 7.608 triliun, laju pertumbuhan melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,59 persen secara tahunan, yang utamanya didorong perlambatan giro.
“Di tengah tren turunnya likuiditas sebagai dampak pengetatan kebijakan moneter baik melalui kenaikan GWM maupun kenaikan suku bunga, likuiditas industri perbankan pada Agustus 2022 terpantau masih dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga,” kata dia.
Sedangkan, rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 118,01 persen (Juli 2022: 124,4 persen) dan 26,52 persen (Juli 2022: 27,92 persen), jauh di atas ambang batas minimum masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
“Profil risiko perbankan pada Agustus 2022 masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,79 persen (NPL gross: 2,88 persen),” kata Dian.
Selain itu, kredit restrukturisasi COVID-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp 16,77 triliun menjadi Rp 543,45 triliun, dengan jumlah nasabah juga menurun menjadi 2,88 juta nasabah (Juli 2022: 2,94 juta nasabah).
“Dengan perkembangan tersebut, nilai kredit restrukturisasi COVID-19 dan jumlah nasabahnya masing-masing telah turun sebesar 34,56 persen dan 57,90 persen dari titik tertingginya,” ujar dia.
Sementara, posisi devisa neto (PDN) pada Agustus 2022 tercatat sebesar 1,60 persen, di bawah threshold 20 persen. Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan pada Agustus 2022 tercatat meningkat menjadi 25,21 persen.
Advertisement
Kredit Bank Tumbuh 10,7 Persen per Juli 2022, Nyaris Tembus Target BI
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, pertumbuhan kredit perbankan per Juli 2022 mengalami kenaikan mendekati target 11 persen yang diusung Bank Indonesia (BI), yakni sebesar 10,71 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
Akan tetapi, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, secara nominal penyaluran kredit justru terpangkas hingga sekitar Rp 17,5 triliun.
"Seiring dengan positifnya kinerja perekonomian, fungsi intermediasi perbankan pada Juli 2022 tercatat meningkat, dengan kredit tumbuh sebesar 10,71 persen yoy, didorong peningkatan kredit jenis modal kerja dengan kategori debitur korporasi," jelasnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisaris OJK di Jakarta, Senin (5/9/2022).
"Namun demikian, secara nominal kredit perbankan sedikit menurun sebesar Rp 17,54 triliun menjadi Rp 6.159,33 triliun," dia menambahkan.
Lebih lanjut, Dian menyampaikan, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2022 tumbuh sebesar 8,59 persen yoy. Itu tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya 9,13 persen secara tahunan.
"Utamanya didorong perlambatan giro sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia," imbuh dia.
Selain itu, likuiditas industri perbankan pada Juli 2022 masih berada pada level memadai. Hal tersebut terlihat dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 124,45 persen dan 27,92 persen, terjaga di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50 persen dan 10 persen.
Fungsi Intermediasi Perbankan
Sejalan dengan tren nasional, fungsi intermediasi perbankan di daerah pada Juli 2022 dalam kondisi terjaga dengan kecenderungan peningkatan penyaluran dana yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan dana. Sehingga LDR posisi Juli 2022 senilai 76,51 persen meningkat dibandingkan Juni 2022 sebesar 73,13 persen.
Sementara itu likuiditas perbankan daerah pada Juli 2022 berada pada level yang memadai. Itu tercermin pada AL/NCD dan AL/DPK yang berada di atas threshold, masing masing 118,21 persen dan 24,17 persen.
Profil risiko perbankan pada Juli 2022 masih terjaga dengan rasio NPL netperbankan tercatat sebesar 0,82 persen (NPL gross 2,90 persen). Sedangkan Posisi Devisa Neto (PDN) Juli 2022 tercatat sebesar 1,77 persen atau berada jauh di bawah threshold sebesar 20 persen. Industri perbankan juga mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 24,92 persen.
Di tengah berbagai tekanan yang dihadapi perekonomian global saat ini, Dian menyatakan,pertumbuhan kredit diproyeksikan akan terus meningkat di 2022, seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan masih cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya.
"Kinerja perekonomian yang baik tersebut akan diikuti naiknya permintaan kredit khususnya sektor-sektor ekonomi yang dianggap prospektif, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta UMKM. Sementara itu, perlu juga diwaspadai sektor pertambangan dan komoditas yang saat ini tumbuh signifikan namun berpotensi menghadapi tekanan jika harga komoditas terkoreksi," tuturnya.
Advertisement