Liputan6.com, Jakarta Guna mendongkrak sektor pariwisata bahari nasional, DPP Indonesian National Shipwoners' Association (INSA) menggelar INSA Yacht Festival (IYF) 2022 di Benoa Marina Bali pada 7-8 Oktober 2022.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, IYF 2022 merupakan kolaborasi antara DPP INSA dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, sekaligus menjadi side event B20 sebelum acara puncak B20 yang akan diselenggarakan pada November mendatang.
Advertisement
Event ini juga diharapkan dapat menjadi momen berkumpulnya para stakeholders di sektor industri maritim dan pariwisata, untuk mempromosikan produk-produknya dan bersinergi dalam rangka pengembangan ekonomi maritim Indonesia.
"Semoga acara semacam ini bisa terus berkelanjutan yang tidak hanya mengajak wisatawan maupun pemilik kapal dalam negeri tapi juga internasional. Dan, kita punya harapan besar, ke depan laut menjadi lifestyle keseharian masyarakat Indonesia," kata Carmelita dalam keterangan tertulis, Minggu (9/10/2022).
Carmelita menuturkan, IYF menjadi ajang mempromosikan industri pariwisata bahari dalam negeri ke kancah dunia. IYF mengajak para wisatawan asing maupun domestik pencinta laut menikmati keindahan laut Nusantara, seperti di Bali dari atas kapal wisata.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah mensukseskan program Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), dimana empat dari lima DPSP ini merupakan wisata bahari, seperti Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang.
Juga, dalam rangka mendukung program pemerintah melalui PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai Bali Maritime Tourism Hub yang akan dilengkapi dengan fasilitas Terminal Cruise, Yacht Club, perkantoran dan area retail serta art market.
Tantangan
Wakil Ketua Umum III INSA Nova Y Mugijanto mengatakan, di tengah potensi yang ada, sektor pariwisata bahari dalam negeri masih dihadapkan oleh sejumlah tantangan. Salah satunya, belum optimalnya dukungan pendanaan terhadap pengadaan kapal wisata maupun infrastruktur marina.
"Dukungan pendanaan yang lebih bersahabat dengan tenor panjang dan interest rate yang kompetetif sangat dibutuhkan mengingat model bisnis di kapal wisata dan marina sangat padat modal," ujar Nova.
Nova menyebut, tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan wisata bahari adalah belum adanya klaster industri kapal boat di Indonesia. Itu menyebabkan rantai pasok produksi yang tidak efisien, dan biaya premi asuransi kapal pada kapal wisata juga cukup tinggi.
"Selain itu, permintaan dalam pengadaan kapal wisata juga masih minim. Sementara 70 persen komponen pembangunan kapal masih impor, sedangkan komponen buatan dalam negeri masih perlu ditingkatkan ragam dan kualitasnya berdasarkan inovasi-inovasi cerdas untuk menjawab kebutuhan teknologi terkini," tuturnya.
Advertisement
Pariwisata RI Kebanjiran Investasi dari Negara G20, Nilainya Rp 121 Triliun
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan sejumlah negara anggota G20 berminat investasi di sektor pariwisata Indonesia. Diperkirakan akan ada suntikan dana segar untuk sektor ini hingga USD 8 miliar atau setara RP 121 triliun (kurs 15.228 per dolar AS).
"Ini ada USD 6 miliar-USD 8 miliar untuk investasi (sektor pariwisata) sampai akhir tahun 2030," kata Sandiaga dalam konferensi pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Rabu (28/9) malam.
Sandiaga menuturkan momentum kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20 menjadi waktu yang tepat untuk menarik investasi asing masuk ke Tanah Air. Beberapa negara yang telah menyatakan minatnya untuk menanamkan modal di Indonesia antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, India, Rusia, Spanyol dan beberapa negara peserta lainnya.
"Beberapa negara yang ada di G20 sekarang dalam proses penawaran investasi berbasis green tourism. Ini bukan sekedar peluang tetapi juga potensi pengembangan green tourism atau wisata berkelanjutan," ungkap Sandiaga.
Pemerintah Sudah Tawarkan Ke Investor Domestik
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Indonesia (Hipmi) ini mengatakan proses investasi ini harus direspon dengan cepat dan melibatkan berbagai pihak. Tak terkecuali investor dalam negeri untuk turut terlibat aktif dalam realisasinya.
"Semua pihak termasuk investor dalam negeri dan investor regional yang belum investasi aktif di sektor pariwisata," kata dia.
Sandiaga menilai investor dalam negeri seharusnya tidak boleh ketinggalan untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Alasannya, sektor pariwisata menjadi sektor yang pulih lebih cepat dibandingkan sektor lainnya.
"Pariwisata ini pulihnya 2 kali lebih cepat," kata dia.