69 Anak di Gambia Meninggal Dunia Usai Minum Obat Batuk Buatan India

Dilaporkan sebanyak 69 anak di Gambia meninggal dunia akibat cedera ginjal akut usai minum sirup obat batuk.

oleh Diviya Agatha diperbarui 10 Okt 2022, 11:18 WIB
Ilustrasi sirup obat batuk. (Ilustrasi: Medical News Today)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan terkait empat sirup obat batuk yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals, India. Hingga kini 69 anak di Gambia, Afrika Barat dilaporkan meninggal dunia usai mengonsumsi obat batuk tersebut.

Keempat produk obat batuk itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Badan Kesehatan PBB pun telah memberikan peringatan, karena mungkin keempatnya telah didistribusikan di luar negara Afrika Barat.

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa empat obat batuk yang dimaksud dikaitkan dengan cedera ginjal akut dan diduga menjadi penyebab dibalik kematian 69 anak di Gambia.

"Hilangnya nyawa anak-anak muda ini sangat memilukan bagi keluarga mereka," ujar Tedros mengutip The Guardian, Senin (10/10/2022).

Tedros menjelaskan, pihak WHO tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan pihak perusahaan dan pemerintah India. Sejauh ini, pihak berwenang di Gambia telah menarik parasetamol dan sirup prometazin dari rumah-rumah di Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Sungai Hulu.

Awalnya, anak yang dilaporkan meninggal dunia sebanyak 66. Namun pada Minggu, 9 Oktober 2022, Menteri Kesehatan Gambia, Ahmadou Lamin Samateh melaporkan adanya tambahan sebanyak tiga anak. Sehingga totalnya kini menjadi 69.

Samateh, yang juga kehilangan keponakannya akibat cedera ginjal akut pada Rabu pekan lalu mengungkapkan bahwa ada tambahan tiga anak pada Sabtu, 9 Oktober 2022.

Padahal, satu hari sebelumnya, Presiden Gambia Adama Barrow mengungkapkan bahwa kasus dan kematian tengah terkendali.


Dikaitkan dengan Bakteri E. coli

Ilustrasi bakteri. (Sumber: microbiologyresearch.org)

Penyelidikan sementara yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Gambia sudah dilakukan sejak Juli dan masih berlangsung. Pihaknya menyebutkan bahwa bakteri E. coli menjadi kemungkinan penyebab adanya wabah gagal ginjal akut di sana.

"Hasil awal dari penyelidikan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa kemungkinan besar sirup parasetamol dan prometazin itulah yang menyebabkan kasus cedera ginjal akut dalam wabah ini," ujar ahli nefrologi yang memimpin penyelidikan di Kementerian Kesehatan Gambia, Abubacarr Jagne.

Di sisi lain, Gambia sendiri sempat mengalami banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir di bulan Juli lalu. Banyak selokan dan jamban yang meluap di sana.

"Sejak Juli 2022, telah terjadi peningkatan jumlah penyakit ginjal dengan kematian tinggi di kalangan anak-anak terutama setelah melaporkan adanya diare," ujar pihak kementerian dalam sebuah pertanyaan di bulan September.

"Sampai saat ini, produsen (keempat obat batuk) yang disebutkan belum memberikan jaminan kepada WHO tentang keamanan dan kualitas produk ini."


Hasil Sementara dari Analisis Laboratorium

Ilustrasi riset laboratorium. source: freepik.com

Pernyataan yang dikeluarkan pada bulan September tersebut menambahkan bahwa analisis laboratorium terhadap sampel produk telah mengonfirmasi bahwa keempat produk tersebut mengandung jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang tidak dapat ditolerir.

Zat-zat tersebut beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal. Efek toksiknya dikaitkan dengan sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang bisa menyebabkan kematian.

"Selama seminggu terakhir, kami menerima seorang anak dengan kondisi ini (cedera ginjal akut), dan sayangnya dia telah meninggal," ujar seorang anggota dewan mengutip laman AP News.

"Kami dapat memastikan bahwa dia telah menggunakan salah satu obat yang diduga menyebabkan hal ini, sebelum kedatangannya di klinik kami. Itu telah dibeli di apotek di Gambia. Obat tersebut telah diidentifikasi mengandung sejumlah besar racun yang merusak ginjal secara permanen."


Pihak Perusahaan Obat Belum Berkomentar

Ilustrasi Anak Batuk. Photo by Master105 on Freepik

Terlebih, pihak Maiden Pharmaceuticals masih menolak untuk memberikan komentar. Pihak Kementerian Kesehatan India menyatakan bahwa sirup obat batuk tersebut hanya diekspor ke negara Afrika Barat.

"Namun, pasokan produk yang didistribusikan melalui pasar informal atau pasar bebas yang tidak diatur bisa menjual ke negara lain di Afrika, itu tidak dapat dikesampingkan," ujar pihak PBB.

"Selain itu, pabrik mungkin telah menggunakan bahan terkontaminasi yang sama dalam produk lain dan mendistribusikannya secara lokal atau ekspor. Oleh karena itu, eksposur secara global dimungkinkan.”

Sebelumnya, pihak Maiden Pharmaceuticals sempat mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki persetujuan sah untuk melakukan ekspor produk yang bersangkutan dan memperoleh bahan baku dari perusahaan bersertifikat dan bereputasi.

Infografis: Pro Kontra Legalisasi Ganja Untuk Obat Medis (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya