Mengenal Penyakit Parkinson yang Diderita Michael J Fox, Bintang Back to the Future

Fox didiagnosis mengidap Parkinson pada tahun 1991, yakni saat berumur 29 tahun.

oleh Dito Pramudyaseta diperbarui 10 Okt 2022, 13:20 WIB
Christopher Lloyd dan Michael J. Fox dalam film Back to the Future (1985).

Liputan6.com, Jakarta Sebuah momen mengharukan untuk para penggemar trilogi Back to the Future. Kedua bintang utamanya, Michael J. Fox dan Christopher Lloyd, melakukan reuni di acara Comic Con, New York (9/10/2022).

Di acara ini, keduanya membicarakan berbagai moment menyenangkan saat melakukan syuting trilogi garapan Robert Zemeckis tersebut. Selain itu, Michael J. Fox yang berperan sebagai Marty McFly juga memberikan beberapa update terbaru mengeni kondisi kesehatannya. Seperti yang kita ketahui, Fox mengidap penyakit Parkinson.

Dilansir dari laman World Health Organization, atau WHO, Parkinson adalah penyakit yang membuat otak mengalami penurunan fungsi sel dalam gejala motorik. Contohnya seperti gerakan lambat, tremor, kekakuan, atau ketidakseimbangan.

Fox didiagnosis mengidap Parkinson pada tahun 1991, yakni saat berumur 29 tahun. Dalam podcast Working It Out milik Mike Birbiglia, Fox mengaku bahwa karena penyakit ini dia semakin kesulitan mengingat dialognya. Dia bahkan sempat diminta untuk pensiun lebih awal.

Pada awalnya, dia dan istrinya, Tracy Pollan, mengaku tidak tahu apa itu penyakit Parkinson. "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Kami tidak tahu. Anda tahu, tidak ada yang bisa mengatakan kapan itu akan memiliki lebih banyak efek," ucap Fox dilansir dari CBS News (8/12/2021).

Untuk mendukung kesadaran dan penelitian penyakit Parkinson, pada tahun 2000 Fox kemudian membuat The Michael J. Fix Foundation for Parkinson’s Research. Yayasan ini dibangun untuk memahami penyakit Parkinson dari berbagai aspek. Mulai dari penyebab, gejalanya, sampai obat dan cara pencegahannya.


Penyebab

Penyakit Parkinson paling banyak disebabkan oleh faktor usia.

Dalam laman yayasan ini, disebutkan bahwa di kebanyakan kasus, penyebab dari penyakit Parkinson tidak diketahui. Maka dari itu penelitian terus dilakukan terhadap aspek genetik, lingkungan, dan penuaan, karena memang ketiga faktor tersebut yang dinilai berperan paling penting dalam memahami penyakit Parkinson.

Faktor usia sendiri dinilai sebagai penyebab terbesar seseorang mengidap penyakit Parkinson. Para ilmuan percaya bahwa seiring bertambahnya usia, sel-sel otak kita akan rentan terhadap kerusakan. Dilansir dari laman Mitra Keluarga, 1 persen dari penduduk di atas usia 60 tahun mengidap penyakit Parkinson. Lalu meningkat menjadi 2 persen untuk golongan penduduk di atas usia 65 tahun.

Untuk faktor lingkungan, WHO menyebut bahwa pestisida, polusi udara (kendaraan bermotor atau industri), dan pelarut industri dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit Parkinson. 

Lalu cedera otak juga menjadi faktor untuk penyakit Parkinson. Dilansir dari CBS News (19/4/2018), penelitian menunjukkan seseorang yang mengalami gegar otak ringan memiliki risiko penyakit parkinson sebanyak 56 persen.


Gejala Motorik

Gemetar adalah gejala paling sering ditemukan dalam penyakit Parkinson.

Gejala penyakit Parkinson berbeda untuk setiap orang. Ada yang mudah dideteksi, ada juga yang sulit. Gejala yang paling mudah dilihat tentu dalam bentuk motorik atau gerakan. Penyakit Parkinson memiliki tanda-tanda luar yang bisa dilihat dari mata telanjang.

Berikut tiga gejala motorik kardinal dari penyakit Parkinson. Pertama ada kekakuan saat bergerak, sehingga badan mudah tidak seimbang. Lalu ada penurunan gerakan spontan. Contohnya seperti saat berjalan hanya ada sedikit ayunan tangan dan berkurangnya kedipan atau ekspresi wajah. Terakhir adalah tangan bergemetar saat tidak digerakkan.

Perlu diketahui bahwa tidak semua gejala tersebut diderita oleh penderita penyakit Parkinson. Termasuk gejala gemetaran, yang merupakan gejala paling sering ditemukan.


Pengobatan

Ilustrasi olahraga senam aerobik. (Photo on Freepik)

Sejauh ini belum ada jenis obat yang dapat menyembuhkan penyakit Parkinson. Namun berbagai operasi, terapi, dan obat-instan dapat mengurangi gejala penyakit Parkinson, sehingga mereka yang mengidap penyakit tersebut dapat hidup secara mandiri tanpa ada masalah. Contohnya adalah obat Carbidopa atau Levodopa.

Untuk pencegahan penyakit Parkinson juga belum ditemukan metode yang paling mujarab. Namun beberapa cara dapat mengurangi penyakit Parkinson untuk memburuk. Berikut cara-cara tersebut dilansir dari laman Siloam Hospitals.

Contoh pertama adalah rajin berolahraga. Rutinlah melakukan melakukan senam aerobik, meditasi yoga, dan usahakan untuk terus bergerak aktif di kehidupan sehari-hari. Hal ini dinilai dapat membunuh resiko terkena penyakit Parkinson sejak muda. Lalu makan makanan sehat seperti buah dan sayuran yang mengandung vitamin E, vitamin C, dan antioksidan. Terakhir melakukan senam otak seperti melakukan aktivitas-aktivitas seni. contohnya kegiatan melukis, menggambar, membuat kerajinan tangan dan contoh-contoh lainnya.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya