IHSG Tinggalkan Posisi 7.000 Hari Ini 10 Oktober 2022, Ini Penyebabnya

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Senin (10/10/2022), IHSG merosot 0,63 persen ke posisi 6.982.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 10 Okt 2022, 15:27 WIB
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal sesi perdagangan saham, Senin (10/10/2022). Analis menilai penurunan IHSG tersebut karena pada Jumat, 7 Oktober 2022 terdapat rilis klaim pengangguran AS yang turun ke 3,5 persen pada periode September 2022.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG merosot 0,63 persen ke posisi 6.982. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.026,66 dan terendah 6.947,71.

Sebanyak 398 saham melemah sehingga menekan IHSG. 139 saham menguat dan 146 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 817.989 kali dengan volume perdagangan 17,3 miliar saham. Nilai transaksi Rp 7,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.271.

Mayoritas sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham naik 0,80 persen. Indeks sektor saham IDXenergy merosot 1,69 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXindustry melemah 1,37 persen, indeks sektor saham IDXbasic turun 1,35 persen, dan indeks sektor saham IDXsiklikal tergelincir 0,96 persen.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, hal tersebut menunjukan kondisi pasar tenaga kerja tetap kuat meski bank sentral AS atau the Fed menaikan suku bunga secara agresif sepanjang 2022. 

"Di sisi lain inflasi AS masih 4 kali lipat di atas target the Fed, sehingga dengan melihat kondisi tersebut membuka peluang the Fed untuk terus menaikkan suku bunga secara agresif," kata Cheryl kepada Liputan6.com, Senin, 10 Oktober 2022.

Cheryl menuturkan, kenaikan suku bunga the Fed tidak disukai bursa saham karena akan menggerus laba dari emiten.

"Hal tersebut tidak disukai pasar saham karena kenaikan bunga akan menggerus laba emiten. Koreksi hari ini tidak terlepas dari sentimen risk off global untuk merespon hal tersebut," kata dia.

Cheryl juga memprediksi, IHSG sesi dua masih berpotensi melemah di kisaran support 6.850-6.900.

"Sesi dua IHSG masih berpotensi melemah dengan support 6.850-6.900," ujar dia.

 


Ikuti Bursa Global

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, penurunan IHSG bersama dengan bursa regional Asia mengikuti Bursa Amerika Serikat (AS) dan Eopa pada akhir pekan lalu yang ditutup merah. 

"Kekhawatiran bahwa the Fed dapat lebih agresif dalam menentukan kebijakan hawkish dipicu data tenaga kerja AS yang membaik di atas ekspektasi," kata Jono.

Selain itu, harga komoditas energi seperti minyak mentah dan batubara yang masih tinggi juga memicu kehawatiran kenaikan inflasi.

"Melihat data keyakinan konsumen Indonesia yang baru saja rilis, di mana menunjukkan optimisme konsumen masih tetap terjaga meskipun sedikit turun dari bulan lalu, IHSG masih berpotensi untuk melemah tetapi lebih terbatas," kata dia.

Jono mengungkapkan, koreksi IHSG saat ini masih tebilang wajar setelah minggu lalu IHSG mengalami penguatan.


Pembukaan IHSG pada Senin Pagi 10 Oktober 2022

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal sesi perdagangan saham, Senin (10/10/2022). Laju IHSG ikuti bursa saham Asia yang lesu dan mayoritas sektor saham tertekan.

Mengutip data RTI, pada pembukaan perdagangan, IHSG stagnan di posisi 7.026. Pada pukul 09.24 WIB, IHSG melemah 0,55 persen ke posisi 6.989. Indeks LQ45 turun 0,57 persen ke posisi 994,25. Seluruh indeks acuan kompak tertekan.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.026 dan terendah 6.963,80. Sebanyak 146 saham menguat dan 318 saham melemah. 164 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 237.501 kali dengan volume perdagangan 6,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.261.

Mayoritas sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXhealth naik 1,24 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXenergy melemah 1,12 persen, indeks sektor saham IDXindustry turun 1,25 persen, indeks sektor saham IDXtechno melemah 1,04 persen, indeks sektor saham IDXbasic terpangkas 0,90 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXinfrastruktur susut 0,39 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi melemah 0,73 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal susut 0,14 persen, indeks sektor saham IDXsiklikal melemah 0,52 persen.


Review IHSG

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian indeks sektor saham IDXfinance melemah 0,32 persen dan indeks sektor saham IDXproperty turun 0,23 persen.

Pada awal pekan ini, sejumlah bursa saham di Asia libur. Namun, bursa saham di Asia yang buka melemah. Indeks Hang Seng turun 2,43 persen, indeks Shanghai susut 0,52 persen dan indeks Singapura tergelincir 1,1 persen.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG ditutup melemah ke posisi 7.026 pada Jumat, 7 Oktober 2022 jelang data payrolls Amerika Serikat. Saham bank memimpin koreksi yang didorong saham BBCA dan BBRI.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melonjak setelah perseroan ungkapkan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau private placement. BUMI akan terbitkan 200 saham baru dengan harga Rp 120 per saham. Nilainya sekitar USD 1,5 miliar dengan grup Salim dan Bakrie sebagai pembeli mayoritas.

Di sisi lain, cadangan devisa Indonesia mencapai USD 130,8 miliar, atau turun USD 1,4 miliar dari bulan lalu karena pembayaran utang luar negeri dan upaya bank sentral stabilkan rupiah.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya