Liputan6.com, Jakarta Bicara soal golongan darah, Anda kemungkinan besar sudah tidak lagi asing dengan A, B, O, dan AB dengan Rhesus positif atau negatif. Namun, tipe golongan darah ternyata tidak berhenti hanya pada empat tipe itu saja.
Para ilmuwan asal Inggris menemukan golongan darah selain yang umum dikenal masyarakat. Golongan darah baru itu bernama Er. Temuan tersebut dipublikasikan oleh para ilmuwan dalam sebuah studi baru di jurnal Blood.
Advertisement
Golongan darah Er sebenarnya muncul dalam radar para ilmuwan pada tahun 1982, yang membuatnya menjadi golongan darah ke 44 yang berhasil dideskripsikan.
"Menemukan sistem golongan darah baru seperti menemukan planet baru. Ini memperbesar lanskap realitas kita," kata asisten profesor Daniela Hermelin dari Fakultas Kedokteran Universitas Saint Louis, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengutip dari laman Standard.
Penemuan golongan darah Er berawal dari dua wanita hamil yang anaknya meninggal sebelum lahir. Hal ini terjadi lantaran ada komplikasi dalam darah.
Lalu, sampel darah kedua wanita ini dikirim ke peneliti di Univeristas Bristol. Terkejutlah ketika muncul golongan darah baru yakni Er di hadapan mereka.
"Pekerjaan ini menunjukkan bahwa bahkan setelah semua penelitian dilakukan hingga saat ini, sel darah merah sederhana masih dapat mengejutkan kita," kata ahli biologi sel di Universitas Bristol sekaligus peneliti studi, Ash Toye mengutip Science Alert, Senin (10/10/2022).
Sel darah Er sendiri awalnya teridentifikasi dalam lima variasi antigen. Kelimanya dikenal dengan Era, Erb, Er3, dan dua yang baru adalah Er4 dan Er5.
Penemuan tersebut didasari oleh variasi genetik pada protein Piezo1, yang sebenarnya biasa ditemukan pada sel darah merah.
"Protein piezo adalah protein mekanosensorik yang digunakan oleh sel darah merah untuk membuat seseorang merasakan sensasi ketika sedang diremas," kata Toye.
Bisa Selamatkan Bayi Baru Lahir?
Penemuan golongan darah baru ini kemungkinan bisa membantu mencegah komplikasi dan kematian akibat ketidakcocokan darah. Misalnya antara ibu dan janin.
Bila diketahui ada ketidakcocokan antara golongan darah ibu dan janin, maka dokter bisa mengupayakan sesuatu yang meningkatkan peluang hidup janin.
Dengan temuan peneliti dari Bristol ini, segilintir orang-orang yang memiliki kelompok Er akan bernapas lega. Hal ini bisa mengurangi kemungkinan ketidakcocokan selama operasi atau transfusi.
Terkait golongan darah ini, memang akan timbul masalah ketika seseorang menerima donor yang tidak sesuai dengan golongan darahnya. Tubuh akan berusaha melindungi diri dengan membentuk antibodi guna memerangi kondisi atau hal-hal yang dianggap sebagai "penyusup". Hal itu memicu reaksi serius dalam imun tubuh.
"Kami menangani kasus yang jarang terjadi. Temuan ini dimulai dengan adanya permasalah pada pasien yang kami coba selesaikan," ujar serolog dari National Health Service Blood and Transplant (NHSBT) Inggris sekaligus peneliti dalam studi, Nicole Thornton.
Advertisement
Awal Mula Penelitian
Nicole dan rekan-rekan lainnya termasuk serolog NHSBT, Vanja Karamatic Crew menganalisis darah 13 pasien dengan antigen yang dicurigai. Di sanalah, mereka menemukan lima variasi dalam antigen Er yakni Era, Erb, Er3, Er4, dan Er5.
Setelah mengurutkan kode genetik pasien, Vanja, Nicole, dan tim dapat menentukan gen yang mengkode protein permukaan sel. Mereka kemudian menemukan bahwa itu adalah jenis gen yang sudah akrab ditemukan dalam ilmu kedokteran, Piezo1.
Vanja dan tim mengonfirmasi temuan mereka dengan menghapus Piezo1 dalam garis sel eritroblas, prekursor sel darah merah, dan menguji antigen. Hasilnya, Piezo1 diperlukan agar antigen Er dapat ditambahkan ke permukaan sel.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa variasi dalam Piezo1 benar-benar merupakan pendorong ketidakcocokan darah pada orang-orang yang sampelnya mereka lihat.
"Itu adalah sesuatu yang tidak dapat Anda lakukan beberapa tahun lalu," kata Toye.
Penelitian Mungkin Akan Disahkan Akhir Tahun 2022
Mengutip Wired, hasil penelitian yang dilakukan oleh Toye, Nicole, Vanja, dan tim lainnya tersebut kemungkinan akan disahkan secara resmi pada pertemuan International Society of Blood Transfusion sebagai penentuan sistem golongan darah baru pada akhir tahun ini.
Profesor kehormatan dalam kelompok diagnostik darah di University of Plymouth, Neil Avent mengungkapkan bahwa temuan itu merupakan penemuan besar-besaran.
"Ini juga mengungkapkan kerumitan tentang darah langka ini. Misalnya, bahwa ada banyak mutasi genetik yang terkait dengannya," kata Neil.
Advertisement