Menkeu AS Kecewa, Sebut OPEC Pangkas Produksi Minyak Dunia Bebani Ekonomi Global

Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebutkan, pemotongan produksi minyak 2 juta barel per hari oleh OPEC+ bisa berdampak buruk bagi ekonomi global.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Okt 2022, 19:11 WIB
Menteri Keuangan AS Janet Yellen. (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen protes  langkah OPEC+ memangkas produksi minyak dunia hingga 2 juta barel per hari. Ini dia sampaikan dalam sebuah wawancara telepon dengan outlet media Financial Times. 

Setelah Presiden Joe Biden, yang mengungkapkan kecewa atas keputusan OPEC, Yellen menyebut langkah tersebut akan membebani ekonomi global, terutama pasar negara berkembang yang sudah berjuang dengan harga energi yang tinggi. 

"Saya pikir keputusan OPEC tidak membantu dan tidak bijaksana - tidak pasti apa dampaknya, tetapi tentu saja, itu adalah sesuatu yang, bagi saya, tampaknya tidak tepat, dalam situasi yang kita hadapi," kata Yellen, dikutip dari Fox Business, Senin (10/10/2022). 

"Kami sangat khawatir dengan negara berkembang dan masalah yang mereka hadapi," ujar dia. 

Pejabat Gedung Putih sebelumnya mengatakan mereka akan mengadakan konsultasi dengan Kongres AS tentang kemungkinan reaksi terhadap pemangkasan produksi minyak oleh OPEC.

"Presiden telah fokus untuk banyak waktu dalam mengeksplorasi semua opsi yang tersedia untuk mencoba menurunkan (harga minyak)," ungkap Yellen.

Seperti diketahui, OPEC telah mengumumkan akan memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. Mengutip CNN Business, ini menandai pemotongan produksi minyak dunia terbesar sejak awal pandemi Covid-19, ketika harga BBM di sejumlah negara melonjak.

Pengurangan tersebut setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global, yang akan mulai berlaku pada November 2022.

Dalam sebuah pernyataan, OPEC menjelaskan bahwa keputusan untuk memangkas produksi minyak dilakukan "mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global".


Meski Ada Pemangkasan oleh OPEC, Aramco Kirim Minyak ke 5 Negara Asia

Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco dikabarkan akan mengirim minyak ke lima pelanggannya di Asia Utara.

Dilansir dari CNBC International, Senin (10/11/2022) sejumlah sumber menyebutkan bahwa Aramco telah memberi tahu setidaknya lima pelanggan di Asia Utara bahwa mereka akan menerima volume kontrak penuh minyak mentah pada November 2022.

Alokasi pasokan penuh ini datang meskipun ada keputusan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk menurunkan target produks sebesar 2 juta barel per hari.

Menteri Energi Arab Saudi, yak i Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa pengurangan pasokan sebenarnya akan sekitar 1 juta hingga 1,1 juta barel per hari.

Analis memperkirakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait akan menanggung sebagian besar pengurangan produksi karena anggota OPEC+ lainnya tertinggal dari target produksi.

Sementara itu, pihak Aramco belum dapat dihubungi untuk memberikan komentar terkait pengiriman minyak itu.

Seperti diketahui,  OPEC sebelumnya mengumumkaakan memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. Ini menandai pemotongan produksi minyak dunia terbesar sejak awal pandemi Covid-19, ketika harga BBM di sejumlah negara melonjak. 

Pengurangan tersebut setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global, yang akan mulai berlaku pada November 2022. Dalam sebuah pernyataan, OPEC menjelaskan bahwa keputusan untuk memangkas produksi minyak dilakukan "mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global".


OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Mendaki ke USD 100 per Barel

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Harga minyak dunia naik sekitar 3 persen ke level tertinggi dalam lima pekan pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak dunia hari ini terjadi karena keputusan OPEC+ untuk melakukan pemotongan pasokan terbesar sejak 2022.

Sentimen resesi yang bakal menghadang tidak mampu menahan penguatan harga minyak dunia saat ini sehingga terus merangkak naik menuju level USD 100 per barel.

Keputusan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya termasuk Rusia atau yang lebih dikenal dengan sebutan OPEC+ untuk menahan laju produksi minyak mentah ini dikeluarkan menjelang embargo Uni eropa terhadap minyak Rusia dan akan menekan pasokan di pasar yang saat ini sudah sangat ketat.

Mengutip CNBC, Sabtu (8/10/2022), harga minyak mentah Brent naik USD 3,48 atau 3,7 persen menjadi USD 97,90 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik USD 4,18 atau 4,7 persen menjadi USD 92,63 per barel.

Harga minyak terus reli bahkan ketika dolar AS bergerak lebih tinggi setelah data menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja dengan kecepatan yang kuat. Hal ini memberikan kesempatan kepada The Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral AS untuk melanjutkan kenaikan suku bunga yang besar.

Dolar AS yang kuat dapat menekan permintaan minyak mentah dan membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Kedua benchmark harga minyak berada di jalur untuk penutupan tertinggi sejak 30 Agustus, kenaikan harian kelima berturut-turut dan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, di wilayah overbought secara teknis.

Untuk minggu ini, harga minyak Brent naik sekitar 10 persen dan harga minyak WTI naik sekitar 15 persen. Keduanya akan menjadi persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya