Riwayat Cakue Berasal dari Cina hingga Dijuluki Si Hantu yang Digoreng

Kata cakue berasal dari dialek Hokkian, cahkwe yang berarti hantu yang digoreng.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 12 Okt 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi cakwe | thewoksoflife.com

Liputan6.com, Bandung - Cakue atau cakwe sudah terkenal menjadi jajanan khas yang sering dijajakan di pasar atau di pedagang kaki lima. Penganan asli tradisional Tionghoa ini sudah tersebar luas di seluruh daerah Indonesia.

Makanan berwarna kecokelatan yang bentuknya panjang menyerupai batang terbuat dari adonan tepung terigu, baking soda, baking powder, dan garam. Adonan tersebut dibentuk menyerupai dua batang yang panjangnya kira-kira 15-20 cm lalu digoreng hingga berubah warnanya menjadi kecokelatan. 

Tentu saja banyak orang sudah pernah mencoba cakue. Tapi, di balik gurihnya cakue terdapat cerita yang memiliki nilai sejarah.

Di China sendiri, cakue dimakan dengan cara dicelupkan ke dalam bubur panas. Sementara itu, di China Utara, cakue dimakan bersama susu kedelai manis atau asin. 

Kata cakue berasal dari dialek Hokkian, cahkwe yang berarti hantu yang digoreng. Ternyata, penamaan makanan ini ada hubungannya dengan peristiwa kematian Jenderal Yue Fie akibat difitnah oleh Perdana Menteri Qin Hui di era Dinasti Song (960—1279). 

Jenderal Yue Fei sendiri adalah salah satu Jenderal Dinasti Song Selatan yang terkenal akan keberaniannya. Ia berhasil menekan suku Jurchen Dinasti Jin dari Utara. 

Pada abad ke-12, Yue Fei adalah jenderal utama pasukan Kerajaan Song. Dengan perintah Kaisar Tang Gaozong, ia mengadakan kampanye perang untuk mengembalikan daerah yang direbut oleh Jin. Jenderal Yue Fei dengan gigih berhasil menaklukkan musuh dan mengembalikan beberapa kota milik Song.

Konon, ada legenda yang menyebutkan, sebelum masuk kemiliteran, ibu Yue Fei pernah memberinya wejangan dan menorehkan tato berbunyi “Setia pada Negara”. Tato inilah yang selalu diingat Yue Fei dan menjadi pedoman hidupnya. 

Pada saat bersamaan di istana Kaisar Tang Gaozong ada seorang menteri bernama Qin Hui (Chin Kwe). Berbeda dengan Yue Fei, ia menganggap peperangan melawan Jin adalah pemborosan uang negara. 

Dengan pengaruhnya, Qin Hui menghasut menteri dan Kaisar Tang Gaozong untuk menghukum Yue Fei atas tuduhan palsu. Tuduhan palsu itu menyebabkan Yue Fei dipanggil menghadap kaisar, dipenjarakan dan dihukum mati pada 1163. 

Kematian Jenderal Yue Fei menyulut kemarahan rakyat. Di ibu kota, ada sepasang suami istri pedagang penganan kecil bernama Wang Xiaoer dan Li Si yang sedang mencari ide untuk menjual makanan. Wang Xiaoer melihat kemarahan rakyat pada Qin Hui dan akhirnya mendapat ide.

Mereka kemudian menggoreng dua adonan tepung yang dibentuk seperti manusia yang saling memunggungi. Jika digoreng dalam minyak panas, adonan itu pasti mencuat ke permukaan. 

Dengan lantang Wang Xiaoer berteriak, “Dijual Hui Goreng!” Hui sendiri mengacu pada Perdana Menteri Qin Hui. Hal ini menarik banyak orang yang kemudian datang untuk melihat Hui Goreng. 

Akhirnya, penganan ini menyebar dari Lin’an, Ibu Kota Song Selatan, ke berbagai wilayah. Namanya pun secara bertahap berubah-ubah. “You tiao” adalah nama umum cakue dalam bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Dalam dialek Hokkian, cakue disebut “cahkwe” dari asalnya (iû-chiā-kóe).

Dalam dialek Chaozhou dan Shantou, penganan ini disebut zha guo. Di Anhui, cakue disebut dengan nama you guozi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya