Kiriman Pos Logistik Bakal Diantar Pakai Mobil Listrik

Pos Logistik Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam pendayagunaan layanan logistik berbasis energi baru terbarukan (EBT)

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Okt 2022, 23:35 WIB
Pekerja menyortir paket dan logistik yang akan didistribusikan di Sentral Pengolahan PT Pos Indonesia (Persero), Jakarta, Jumat (15/5/2020). Pengiriman paket via Pos pada H-9 Lebaran 2020 mencapai 1,8 juta barang atau naik 20 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Pos Logistik Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam pendayagunaan layanan logistik berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Kesepakatan itu dijalin dalam acara West Java Investment Summit (WJIS) 2022 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, untuk mempromosikan peluang dan potensi investasi di sektor energi dan pangan Jawa Barat, baik dalam maupun luar negeri.

CEO PT Pos Logistik Indonesia Ardian Cholid mengatakan, pihaknya saat ini tengah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan, termasuk asosiasi agar bisa merealisasikan efisiensi harga logistik murah namun tetap ramah lingkungan.

"Dengan Apindo nantinya kita berkolaborasi untuk men-support pengiriman domestik maupun internasional, terutama pengiriman produk-produk hasil EBT," jelas Ardian dalam keterangan tertulis, Senin (10/10/2022).

Ardian menjabarkan, PT Pos Logistik Indonesia kini fokus menggunakan teknologi terkini dalam proses pengiriman barang, baik domestik maupun ekspor dan impor.

"PT Pos Logistik Indonesia sedang berproses bertransformasi sebagai perusahaan logistik energi, dengan mengganti beberapa kendaraan operasionalnya dengan kendaraan listrik yang ramah lingkungan," imbuhnya.

Senada, Ketua Apindo Jawa Barat Ning Wahyu Astutik mengungkapkan, saat ini pihaknya punya fokus untuk lebih mengembangkan EBT sebagai energi yang bersumber dari proses alam berkelanjutan.

"Pasalnya, beberapa konsumen luar negeri sudah meminta produksi produk menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, yakni EBT," ujar Ning.


Target EBT 25 Persen di 2025, Ekonom: Pemerintah Halusinasi

PT PLN (Persero) telah menyalurkan 511.892 megawatt hour (MWh) listrik hijau melalui layanan sertifikat energi baru terbarukan (EBT) atau Renewable Energy Certificate (REC) kepada lebih dari 160 pelanggan bisnis dan industri hingga Juni 2022. (Dok. PLN)

Pemerintah terus menggenjot penggunaan sumber energi ramah lingkungan alias Energi Baru Terbarukan (EBT). Sayangnya apa yang dilakukan pemerintah ini dinilai belum maksimal.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pesimis target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 25 persen tercapai pada 2025 mendatang. Hal ini merespon masih rendahnya realisasi bauran energi energi bersih di Indonesia.

"Untuk target bauran EBT 25 persen, pemerintah terlalu halusinasi ya," kata Bhima dalam acara Polemik Transisi Energi Terbarukan dalam Perpres 112/2022 di Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Bhima mencatat, saat ini, bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesiamasih didominasi oleh batubara. Yakni, mencapai 60,5 persen.

"Dan hanya 12,3 persen bersumber dari EBT," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga dinilai masih belum serius untuk mendorong pengembangan EBT di Indonesia. Melalui, Peraturan Presiden Nomor 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik pemerintah masih mengizinkan operasional PLTU batubara hingga 2050 mendatang.

Padahal, batubara bersama minyak bumi digolongkan sebagai kelompok energi kotor. Sehingga, harus dikurangi pemanfaatannya secara serius oleh pemerintah.

"Tapi, arah kebijakan masih sangat mempertimbangkan nilai ekonomis dari PLTU dibandingkan dampak lingkungan," pungkasnya.


Target Pemerintah

Panel surya terpasang di Danone - Aqua Mambal, Badung, Bali, Rabu (31/8/2022). Panel surya yang baru saja diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini guna mendukung energi hijau serta rangkaian memperkuat pelaksanaan G20 dalam transisi energi berkelanjutan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Direktur Bioenergi, Dirjen Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriyah Feby Misnah mengatakan, seperempat dari porsi EBT yang menjadi target pemerintah pada 2025 bersumber dari bahan bakar nabati (BBN). Saat ini BBN masih dominan berbasis minyak sawit atau biodiesel sawit.

"Indonesia menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang setara dengan 92,2 million tonnens of oil equivalent (MTOE), seperempatnya dicanangkan dari BBN," kata Andriyah di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (17/11).

Dia mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan sumber EBT yang melimpah seperti energi surya, air, angin, termasuk BBN. Berkaitan dengan upaya menggali potensi BBN, lanjut dia, perlu ada peta jalan pengembangan BBN dalam pemenuhan bauran energi, sekaligus penurunan emisi gas karbonsioksida di Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya