Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Senin, 10 Oktober 2022. Wall street tertekan dengan indeks Nasdaq tersungkur ke level terendah dalam dua tahun seiring saham teknologi paling terpukul karena lonjakan suku bunga.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq anjlok 1,04 persen ke posisi 10.542,10 dan sentuh level terendah sejak Juli 2020. Koreksi indeks Nasdaq seiring saham semikonduktor antara lain Nvidia dan AMD yang tertekan.
Advertisement
Indeks S&P 500 turun 0,75 persen menjadi 3.612,39 terseret oleh sektor saham teknologi seperti Microsoft. Sedangkan indeks Dow Jones terpangkas 93,91 poin atau 0,32 persen ke posisi 29.202,88. Adapun koreksi indeks Nasdaq pada 2022 lebih besar sekitar 32 persen setelah penurunan awal pekan ini. Indeks S&P 500 terpangkas 24 persen pada 2022.
Penurunan terjadi ketika CEO JPMorgan Jamie Dimon memperingatkan Amerika Serikat mungkin akan merosot ke dalam resesi pada 2023, dan itu mungkin bukan hanya kontraksi ekonomi ringan seperti yang diproyeksikan sejumlah ekonom.
Perubahan kebijakan membebani saham semikonduktor setelah pemerintahan AS yang dipimpin Joe Biden mengumumkan kontrol ekspor baru yang membatasi perusahaan AS yang menjual semikonduktor komputasi canggih dan peralatan manufaktur ke China.
Saham teknologi juga terpukul paling keras karena aksi jual ini seiring kenaikan suku bunga mengekspos valuasi yang relatif tinggi dan meningkatkan biaya modalnya.
Investor Hati-Hati
Sementara itu, pasar obligasi tutup. Namun, pada perdagangan berjangka, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun lebih rendah pada perdagangan Senin pekan ini. Imbal hasil bergerak berbanding terbalik dengan harga. Di sisi lain, harga treasury berjangka 10 tahun lebih rendah sekitar 0,6 persen. Volume perdagangan juga lebih rendah seiring hari libur Columbus.
“Ada banyak pelaku pasar yang benar-benar menentukan apa yang dilakukan imbal hasil treasury, dan ketika mereka tidak terbuka, sulit untuk memiliki volume itu di pasar,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Financial, Art Hogan dikutip dari CNBC, Selasa (11/10/2022).
Investor juga berhati-hati menjelang laporan laba dan inflasi utama pekan ini yang akan menjelaskan ekonomi AS.Empat bank besar AS antara lain JPMorgan, Wells Fargo, Morgan Stanley, dan Citi akan rilis laporan pada Jumat pekan ini. Sementara itu, PepsiCo, Delta dan Domino’s akan melaporkan kinerja pekan depan.
Sementara itu, data indeks harga produsen September rilis pada Rabu pekan ini, sedangkan laporan harga konsumen dijadwalkan pada Kamis pekan ini.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 7 Oktober 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Jumat, 7 Oktober 2022. Hal ini seiring pelaku pasar evaluasi laporan pekerjaan September 2022 yang menunjukkan tingkat pengangguran terus menurun dan memicu kenaikan suku bunga.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 630,15 poin atau 2,1 persen ke posisi 29.296,79. Indeks S&P 500 anjlok 2,8 persen menjadi 3.639,66. Indeks Nasdaq tersungkur 3,8 persen menjadi 10.652,41.
Koreksi pada Jumat pekan ini juga memangkas kenaikan wall street pada awal pekan. Selama sepekan, indeks Dow Jones naik 2 persen, indeks S&P 500 bertambah 1,5 persen. Indeks Nasdaq menguat 0,7 persen.
Sementara itu, ekonomi AS menambahkan 263.000 pekerjaan pada September 2022, sedikit di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 275.000. Namun, tingkat pengangguran berada di 3,5 persen, turun dari 3,7 persen pada bulan sebelumnya sebagai tanda gambaran pekerjaan yang terus menguat bahkan ketika the Federal Reserve mencoba memperlambat ekonomi dengan kenaikan suku bunga untuk membendung inflasi.
"Sementara data seperti yang diharapkan, penurunan tingkat pengangguran tampaknya menjadi obsesi pasar karena apa artinya bagi the Fed,” ujar Chief Investment Officer Bleakley Financial, Peter Boockvar, dikutip dari CNBC, Sabtu (8/10/2022).
Ia menambahkan, ketika dikombinasikan dengan tingkat klaim pengangguran awal yang rendah, laju pemutusan hubungan kerja (PHK) tetap tidak terdengar dan ini tentu saja membuat bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) bersemangat untuk melanjutkan kenaikan suku bunga agresif.
Gerak Saham di Wall Street
Tingkat pengangguran turun memicu lonjakan suku bunga yang pada gilirannya membebani saham. Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik 6 basis poin menjadi 4,31 persen.
Di sisi lain, saham Advanced Micro Devices melemah setelah produsen chip memperingatkan pendapatan kuartal III 2022 akan lebih rendah dari yang diantisipasi. Saham Levi Strauss tergelincir seiring pemangkasan panduan kinerja. Selain itu, saham Intel dan Nvidia masing-masing turun 5 persen dan 7 persen.
“Kesimpulan yang telah dicapai oleh banyak orang yang telah kami ajak bicara adalah the Fed tidak hanya tidak akan membantu pasar, tetapi dalam mengejar stabilitas harga terus berlanjut sampai ada sesuatu yang pecah di pasar modal,” ujar Analis Saham Wells Fargo, Christopher Harvey.
Ia menilai, apa yang menjadi fokus the Fed semakin terpusat yaitu stabilitas harga. “Kemungkinan akan bantu katalisasi dislokasi,” ujar dia.
Sementara itu, saham FedEx melemah hampir tiga persen setelah Reuters melaporkan divisi pengiriman diprediksi catat volume rendah.
Advertisement