Tradisi Pasola, di Balik Permainan dan Atraksi Masyarakat Sumba Barat

Merujuk dari legendanya, pasola juga merupakan suatu bentuk penyelesaian krisis suku melalui 'bellum pacificum' atau perang damai dalam sebuah ritual adat.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Okt 2022, 06:00 WIB
Warga Sumba menunggang kuda membawa busur pada sebuah ritual pertempuran Festival Pasola tahunan, di Pulau Sumba. (AFP Photo/Romeo Gacad)

Liputan6.com, Sumba - Berbicara tentang tradisi di Indonesia memang tak ada habisnya. Salah satu tradisi di Indonesia yang digelar untuk merayakan musim tanam padi adalah pasola.

Tradisi pasola berbentuk permainan yang mengutamakan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas kuda. Bagi masyarakat Sumba, tradisi ini merupakan bagian dari upacara ritual Marapu, permohonan pengampunan, serta rasa syukur atas kemakmuran dan hasil panen yang melimpah.

Pasola berasal dari kata 'sola' atau 'hola' yang berarti kayu lembing. Tradisi ini diselenggarakan sekali dalam setahun pada permulaan musim tanam, tepatnya pada Februari di Kecamatan Lamboya serta Maret di Kecamatan Wanokaka dan Laboya Barat atau Gaura.

Tanggal pasti perayaan pasola ditentukan oleh para Rato berdasarkan perhitungan bulan gelap, bulan terang, serta dengan melihat tanda-tanda alam. Adapun, satu bulan sebelum pasola, seluruh warga harus mematuhi sejumlah pantangan, di antaranya dilarang mengadakan pesta, membangun rumah, dan lain sebagainya.

Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat Sumba Barat, menjadikan pasola tidak hanya menjadi ajang keramaian semata. Lebih dari itu, pasola merupakan kultus religius, yakni suatu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada roh-roh leluhur.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Penyelesaian Krisis

Merujuk dari legendanya, pasola juga merupakan suatu bentuk penyelesaian krisis suku melalui 'bellum pacificum' atau perang damai dalam sebuah ritual adat. Selain itu, pasola juga dianggap sebagai perekat jalinan persaudaraan. 
Melansir dari sumbabaratkab.go.id, penyelenggaraan pasola diawali dengan serangkaian ritual yang saling berhubungan. Lain lokasi dan penyelenggara, lain pula ritualnya.

Namun, disebutkan bahwa ritual pasola yang paling lengkap adalah ritual yang dilaksanakan di wilayah Wanokaka. Di Wanokaka, ritual diawali dengan purung laru loda.

Selanjutnya, dilakukan penentuan waktu penyelenggaraan pasola. Penghitungan ini didasarkan pada bentuk bulan, yang didukung oleh kemunculan tanda-tanda alam seperti mekarnya bunga katina, babi hutan membuat sarang, pasang surut air laut, dan lain sebagainya.

Ritual selanjutnya yakni pati rahu atau ritual empat hari menjelang puncak perayaan yang diisi ritual-ritual penting. Ritual pun dilanjutkan dengan madidi nyale, yakni ritual sebelum fajar yang dilakukan di pantai.

Baru setelah itu, atraksi pasola digelar. Atraksi ini diselenggrakan secara berurutan di dua tempat berbeda, yakni di pantai Wanokaka setelah madidi nyale serta di arena utama Kamaradena.

Pasola umumnya digelar mulai pukul 9 pagi hingga menjelang siang. Sebagaimana layaknya pertarungan, peserta pasola tidak dibatasi.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya