OJK Sebut Ekonomi Global Bakal Hadapi Perfect Storm

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kondisi global saat ini layaknya badai.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Okt 2022, 16:26 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam International Seminar on Carbon Trade 2022, Selasa (27/9/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, Indonesia ke depan akan dihadapkan dengan berbagai krisis yang disebut The Perfect Storm. Hal itu terdiri dari inflasi tinggi, resesi, dan geopolitik.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kondisi global saat ini layaknya badai. 

"Hanya memang banyak yang bertanya apakah ini topan, taifun, atau perfect storm. Nampaknya perfect storm yang akan terjadi probabilitasnya ke depan," kata Mahendra dalam konferensi pers, Selasa (11/10/2022).

Mahendra menuturkan, dalam konteks ekonomi global The Perfect Storm artinya tiga hal menjadi satu, yaitu inflasi tinggi yang bahkan negara maju mengalami terakhir 30-40 tahun lalu sepanjang sejarah. Kedua adalah resesi baik itu teknikal resesi atau lainnya. Selain itu, ketiga terdapat aspek yang tidak bisa diprediksi yang luar biasa, yakni geopolitik. 

"Ketiga ini tidak diajarkan karena tidak jadi bagian ekonomi mestinya tapi ternyata ini faktor paling penyebab ketidakpastian. Berapa lama dan berapa besar, kita tidak tahu pasti. Tapi bahwa ada badai dan perfect storm pasti akan terjadi," kata dia.

Dia menambahkan, OJK sebagai regulator bertugas untuk menjaga stabilitas keuangan, bukan hanya mencermati.

"Yang kita lakukan bukan sekadar mencermati dan memantau apalagi menyesali, tapi justru berkoordinasi, membahas untuk dapat memitigasi termasuk dengan apa yang disebut stress test (pengujian) terhadap kemungkinan yang terjadi," ujar dia.

 

 

 


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Positif

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menurut ia, hal tersebut dilakukan agar bisa mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Mahendra menegaskan, setelah itu, penting untuk berfokus pada agenda utama untuk memperkuat dan mempertahankan ekonomi Indonesia. 

"Tapi setelah itu, maka kita fokus agenda utama. Karena mencermati ekonomi global bukan agenda utama RI. Yang dilakukan ialah memperkuat dan mempertahan pertumbuhan ekonomi Indonesia agar terus berlangsung. Itu agendanya bukan mencermati dan memperkirakan ekonomi dunia," kata Mahendra.

Mahendra menilai ekonomi Indonesia pertumbuhannya tetap baik. Diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai di atas 5 persen hingga 2023. 

"Ekonomi Indonesia kita lihat dari kaca mata pertumbuhan ekonomi tetap baik maupun perkiraan lembaga internasional dan analis. Semua menyatakan Indonesia akan tetap tumbuh terjaga di kisaran atau bahkan di atas 5 persen untuk tahun ini dan depan," ungkapnya.

 

 


Agenda Besar

Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, Indonesia juga masih mendapatkan sentimen positif dari industri manufaktur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) yang berada di atas 50.

"Paling penting lagi Indonesia secara keseluruhan ekonominya menjalankan agenda reformasi. Sekalipun kondisi berat tadi. Kita berhadapan dengan risiko inflasi yang dapat dikendalikan setelah 1-2 bulan," kata dia.

Sementara itu, Mahendra menuturkan, agenda besar reformasi sektor jasa keuangan yang sedang dimatangkan yakni Undang-Undang (UU) Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), akan dibuka jenis industri, bidang, sektor jasa keuangan yang sebelumnya tidak ada atau sudah ada untuk dioptimalkan.

Tak hanya itu, OJK juga mendukung hilirisasi peningkatan nilai tambah industri untuk menciptakan lapangan kerja dan rantai pasok di dalam negeri bagi produksi SDA, baik mineral dan pertanian. 

"Ini berbeda dengan badai dunia, karena ini bisa dikontrol dan diprediksi sehingga kita bisa fokus," pungkasnya. 


Menko Luhut: Indonesia Harus Bersiap Hadapi The Perfect Storm

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Business Matching PDN Tahap Empat dalam rangka Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Bali, Kamis (7/10/2022).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, krisis global sudah di depan mata. Oleh sebab itu seluruh elemen masyarakat harus bersiap menghadapi krisis.

Menko Luhut menjelaskan, ketegangan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina dan China dengan Taiwan menyebabkan berbagai krisis seperti energi, pangan dan ekonomi. Dampak dari konflik tersebut pasti akan mempengaruhi Indonesia.

"Kalau kita semua kompak, semua kita satu bahasa dalam keadaan yang sangat krusial ini di mana dunia diramalkan akan memasuki global crisis, perfect Storm akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan ini, kita harus menata negeri kita ini dengan baik," ujar Luhut Binsar Pandjaitan saat menyampaikan pidato dalam perayaan Puncak Hari Maritim, Selasa (27/9/2022).

Kedua, Luhut kembali mengajak masyarakat Indonesia bersatu padu untuk menghadapi tantangan inflasi. Pada konteks ini, ia menyinggung Bank Sentral Amerika atau  The Federal Reserve (The Fed) yang sudah berkali-kali menaikan suku bunga acuan.

Luhut kemudian menyinggung inflasi di Indonesia mencapai 4,9 persen, meski core inflasi masih berada di tingkat 2,8 persen. Dari kondisi inflasi yang terjadi, dia menyebutkan sektor pangan merupakan sektor yang paling banyak mengalami inflasi.

"Di pangan masalah inflasinya cukup tinggi. Ayo kita singsingkan baju tangan kita agar kita lebih efisien, lebih kompak, lebih padu menghadapi tantangan yang tidak bisa kita hindari," imbaunya.

Dalam kesempatan tersebut, Luhut juga memberikan penghargaan kepada Dr. Mochtar Kusumaatmadja pada bidang kemaritiman. Luhut menuturkan bahwa peran Mochtar terhadap kedigdayaan Indonesia sebagai bangsa maritim sangat besar. Bahkan perannya tersebut dapat dibuktikan saat Indonesia menjadi bagian dari konvensi hukum laut internasional.

Atas peran tersebut, Ia menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim, dengan catatan seluruh masyarakat Indonesia tetap kompak.

"Kita juga bisa menjadi bangsa yang besar, sekali lagi dalam keadaan situasi dunia saat ini kita harus kompak, apapun tantangan kita akan bisa hadapi," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya