Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan para pemimpin negara industri G7 lainnya akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi di Ukraina.
Para pemimpin AS, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Kanada akan melakukan meeting bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky
Advertisement
Zelensky diperkirakan akan mendorong lebih kekuatan militer, lewat bantuan asing, dikutip dari BBC, Selasa Selasa (11/10/2022).
Ukraina secara khusus menyerukan lebih banyak sistem pertahanan udara sehubungan dengan serangan rudal dan pesawat tak berawak minggu ini.
Dalam persiapan pertemuan itu, Prancis mengatakan, para pemimpin G7 kemungkinan juga akan mengeluarkan pernyataan tentang sekutu Rusia yaitu Belarus dan memperingatkan pemimpin negara itu Alexander Lukashenko untuk menghindari konflik.
Sementara itu, Vladimir Putin mengatakan, serangan rudal mematikan pada Senin 10 Oktober 2022 yang menargetkan kota-kota di Ukraina sebagai pembalasan atas "aksi teroris" terhadap wilayah Rusia.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, presiden Rusia mengatakan Moskow telah meluncurkan serangan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur energi, militer dan komunikasi Ukraina pada Senin kemarin, dikutip dari Sky News.
Kota-kota termasuk ibukota Kiev, Lviv, Ternopil, Dnipro, Zhytomyr, dan Zaporizhzhia menjadi sasaran, dengan total 14 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Putin mengatakan, serangan itu sebagai pembalasan atas kehancuran Jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan semenanjung Krimea.
Putin mengklaim Ukraina juga "mencoba meledakkan" pipa gas alam TurkStream.
Ancaman Serangan Lebih Keras
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Putin menambahkan: "Jika serangan berlanjut terhadap Rusia, tanggapannya akan jauh lebih keras."
"Tanggapan kami memiliki skala yang sama dengan ancaman terhadap Rusia."
"Jika ada upaya lebih lanjut untuk melakukan aksi teroris di wilayah kami, tanggapan Rusia akan keras."
Polisi Nasional Ukraina mengatakan, setidaknya 14 orang tewas dalam serangan itu dan 97 lainnya terluka di seluruh negeri.
Emine Dzhaparova, wakil menteri luar negeri Ukraina, mengatakan kepada Sky News bahwa serangan rudal berlanjut pada Senin sore, bukan di Kiev, tetapi di kota-kota Ukraina lainnya.
Dia menambahkan bahwa sekitar 45 dari 83 rudal dicegat oleh pasukan Ukraina, termasuk sembilan drone kamikaze.
Advertisement
Putin Beringas
Keberingasan Vladimir Putin menjadi-jadi. Serangan Rusia di beberapa kota besar Ukraina menunjukkan bahwa Moskow masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata presisinya dalam skala besar.
Juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ihnat mengatakan, Rusia meluncurkan 83 rudal pada Senin (10/10).
Dikutip dari laman BBC, kemudian lebih dari 43 telah ditembak jatuh oleh pasukan udaranya. Rudal, senjata Kalibr, Iskander dan Kh-101 diluncurkan dari Laut Kaspia dan Hitam.
Tak hanya ibu kota Kiev, sejumlah serangan juga menghantam Lviv dan Odesa menggunakan senjata Tu-95 dari sejauh Laut Kaspia, lebih dari 900km (560 mil) jauhnya.
Sementara itu, sebelum serangan hari ini, tembakan rudal juga dilakukan Rusia akhir pekan ini di Zaporizhzhya, menurut militer Ukraina.
Pemimpin Eropa Sebut Putin Barbar
Para pemimpin Eropa bereaksi terhadap aksi barbar yang dilakukan oleh Vladimir Putin usai melakukan serangan rudal ke Ukraina.
Tak tanggung-tanggung, pihak Kiev menyebut saat ini saja sudah tercatat ada 83 serangan rudal ke sejumlah titik di Ukraina.
Beberapa jam sejak militer Rusia mulai menyerang kota-kota di sekitar Ukraina, reaksi sejumlah pemimpin Eropa muncul.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan panggilan darurat dengan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelensky.
Macron menegaskan kembali dukungannya untuk Ukraina dan menyatakan "keprihatinan" atas laporan korban sipil, kata Istana Elysee dalam sebuah pernyataan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah berbicara dengan Zelensky, meyakinkannya dukungan dari Berlin dan dari negara-negara G7 lainnya, kata juru bicara pemerintah Jerman, dikutip dari laman BBC, Senin (10/10/2022).
Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau menyebut serangan rudal itu sebagai "tindakan barbarisme dan kejahatan perang", menambahkan: "Rusia tidak bisa memenangkan perang ini. Kami mendukung Anda Ukraina!"
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menyatakan bahwa serangan Rusia terhadap para pemimpin sipil "tidak dapat diterima".
Menteri luar negeri Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina barat dan memiliki wilayah sendiri yang dicaplok oleh Rusia (Transnistria), mengatakan beberapa rudal jelajah Rusia menargetkan Ukraina telah melintasi wilayah udaranya.
Moldova memanggil utusan Rusia ke negara itu untuk menuntut penjelasan atas pelanggaran tersebut.
Advertisement