Menakar Prospek Sektor Infrastruktur yang Jadi Penyumbang Ekonomi RI

Pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan peluang investasi lainnya yang lebih menarik bagi investor asing di masa mendatang.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Okt 2022, 11:16 WIB
Kendaraan melintas di Tol Layang Jakarta-Cikampek, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (7/6/2020). Jalan Tol Layang Jakarta Cikampek II (Eleveted) mulai hari ini kembali beroperasi setelah sebelumnya ditutup total akibat kebijakan larangan mudik Lebaran sejak Minggu (7/5/2020). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor infrastruktur disebut masih menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Meski begitu, Research & Strategy PT J.P. Morgan Securities Indonesia, Henry Wibowo mengatakan sektor ini bukan satu-satunya, sebab ada sektor lain yang dinilai lebih menarik.

Sebagai gambaran, Henry menyebutkan pada periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), infrastruktur digenjot habis-habisan. Namun, berbeda pada periode II kepemimpinan Jokowi pada periode II, pembangunan infrastruktur mulai landai.

Kondisi itu dibarengi dengan adanya pandemi COVID-19 yang mengharuskan adanya pemangkasan anggaran infrastruktur dan dialokasikan sebagai dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Maka tak ayal jika progress pembangunan infrastruktur di dalam negeri sempat terganggu.

“Proyek infrastruktur periode II tidak sebanyak periode pertama. Lebih kelanjutan dari seblumnya.Tapi sektor ini tetap jadi salah satu backbone karena indonesia masih banyak penetrasinya. Kita masih butuh bangun jalan tol, bandara dan lainnya,” kata Henry, dikutip Rabu (12/10/2022).

Alih-alih memaksakan investasi pada infrastruktur sebagai kontribusi terbesar pendapatan negara, Henry mengatakan pemerintah perlu mempertimbangkan peluang investasi lainnya yang lebih menarik bagi investor asing di masa mendatang.

Henry menyinggung soal potensi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Hal ini dapat menjadi peluang investasi untuk ekosistem kendaraan listrik.

“Hilirisasi adalah topik yang penting atau bahkan lebih penting dari infrastruktur sekarang ini. Investor asing masuk Indonesia uangnya bukan buat bikin jalan tol, tapi smelter baterai EV. Jadi kita juga harus melihat tren arahnya kemana. Karena kalau buka investasinya infrastruktur terus tapi demandnya tidak ada, kita harus shifting,” kata dia.

 


Pasokan Nikel Melimpah, Indonesia Bakal Jadi Pusat Ekspor Kendaraan Listrik

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indonesia disebut akan menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Executive Director Head of Indonesia Research & Strategy Equity Research PT J.P. Morgan Securities Indonesia, Henry Wibowo menjelaskan, keyakinan merujuk pada potensi pengolahan nikel sebagai salah satu komponen utama pembuatan baterai EV.

"Jadi Indonesia ini akan jadi export-hub untuk EV di Asia Tenggara bahkan Asia Pasifik," kata dia dalam Money Buzz-Indonesia's New Sources of Growth, Selasa (11/10/2022).

Di sisi lain, Henry menjelaskan peluang ini telah diakomodasi pemerintah melalui Omnibus Law untuk mempermudah investasi asing dalam rangka mendukung hilirisasi industri hasil tambang, termasuk nikel. Setali dengan itu, pemerintah melalui UU Minerba juga mewajibkan perusahaan yang berinvestasi di sektor pertambangan mineral dan batu bara di Indonesia untuk membangun smelter.

"Jadi nanti banyak yang ke indonesia untuk EV karena salah satu komponen utama untuk pembuatan baterai adalah nikel. Jadi banyak EV plant mau dibikin di indonesia,” imbuh Henry.

Sebagai gambaran, Henry menyebutkan Hyundai sebelumnya telah membeli lahan di Karawang di kawasan Deltamas untuk dibanung pabrik sel baterai untuk EV. Saat ini, pabrik tersebut sudah beroperasi dan mulai berproduksi.

"Dia (Hyundai) produksi Hyundai Ioniq (5). Itu inden 9 bulan, semua orang mau beli karena produk EV pertama yang 100 persen made in indonesia,” kata Henry.

Merasa tersalip, perusahaan produsen mobil asal Jepang yang lebih dulu masuk Indonesia, Toyota, juga berinvestasi sekitar USD 2  miliar untuk pembuatan EV plant di Indonesia. Selanjutnya, Wuling juga disebut akan menyusul. Belum lama ini, Ford juga jalin kerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk untuk mengembangkan rantai pasok dan ekosistem EV.

 


Ada Agen Perjalanan Bakal IPO, Sinyal Potensi Industri Pariwisata Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya,  industri pariwisata Indonesia perlahan mulai pulih usi babak belur dihajar pandemi Covid-19. Executive Director Head of Indonesia Research & Strategy in PT. J.P. Morgan Securities Indonesia, Henry Wibowo yakin prospek pariwisata Indonesia ke depannya akan cerah.

Hal ini didukung rencana sejumlah perusahaan travel yang berencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia mencermati, angka mobilitas masyarakat untuk traveling juga mulai ramai. Sehingga permintaan akomodasi untuk traveling dan wisata juga mulai ada pertumbuhan.

"Kalau kita lihat banyak industri baru terutama online traveling jadi tech juga, seperti Tiket.com bagian dari Blibli, mereka mau IPO. Lalu Traveloka juga dikabarkan mau IPO. Ini adalah faktor yang sangat leverage terhadap tourism industry di Indonesia,” kata dia dalam Money Buzz - Indonesia's New Sources of Growth, Selasa (11/10/2022).

 


Potensi Sumber Pendapatan Negara

Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Untuk jangka panjang, Henry mengatakan sektor ini berpotensi menjadi sumber pendapatan negara dari devisa. Sehingga tak ayal jika pemerintah getol mempromosikan wisata dalam negeri, meski sempat mandek saat pandemi COVID-19 mendera.

Diakui, butuh waktu yang tidak sebentar untuk membawa sektor ini pulih sepenuhnya. Namun, melihat perkembangannya hingga hari ini, Henry cukup optimistis sektor ini tumbuh subur ke depannya.

"Dikarenakan pandemic semuanya stop, semuanya pause. Cuma tidak menutup kemungkinan bahwa ini akan direset kembali. Karena travel traffic sudah naik semua. Jadi kalau kita lihat ini potensi yang sangat baik kalau kita lihat tourism pertumbuhannya ada,” ujar Henry.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya