Liputan6.com, Gorontalo - Daerah Gorontalo termasuk daerah adat yang memiliki beberapa kebudayaan dan adat istiadat yang perlu dilestarikan. Salah satunya bisa dilihat sepekan penuh saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW.
Paling menonjol saat momentum perayaan maulid Nabi di Provinsi Gorontalo yakni upacara adatnya. Setiap rumah tangga mempersiapkan tolangga.
Tolangga adalah sebuah wadah atau tempat menata berbagai jenis kue dan makanan lain dengan jumlah banyak yang kemudian dibawa ke masjid. Tradisi ini dinamakan dengan upacara adat walima yang artinya upacara perayaan.
Baca Juga
Advertisement
Biasanya, tolangga ini masing-masing berbeda bentuknya sesuai selera pembuatnya. Ada yang berbentuk seperti replika perahu ada yang berbentuk masjid hingga berbentuk kerucut.
Kemudian tolangga ini dihiasi oleh beragam jenis makanan. Mulai dari berbagai jenis kue dengan cara digantung hingga makan berat seperti nasi kuning yang diletakan dalam tolangga tersebut.
Setelah tolangga selesai dihias dengan makanan, kemudian tolangga tersebut diarak dari rumah menuju masjid. Setiap tolangga diarak oleh 2 sampai 4 orang menuju masjid.
"Adat ini dilakukan masyarakat Gorontalo sebagai wujud nyata kecintaan pada Nabi Muhammad, serta rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki," kata Rostin Tanip salah satu pemuka agama di Gorontalo.
Menurut Rostin, dulunya perayaan Maulid sendiri diadakan di rumah masing-masing penduduk. Namun, seiring berjalannya waktu, kini perayaan maulid dilaksanakan di masjid secara bersama.
"Saya masih ingat, dulu itu perayaan ini dilaksanakan di rumah penduduk. Tetapi sekarang dilakukan di masjid dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar warga," tuturya.
"Jadi memang ini bukan sekadar syukuran, tetapi mempererat silaturahmi juga antar umat," ungkapnya.
Terkait dengan tolangga sendiri, tutur Rostin, makanan yang diantar ke masjid itu, nantinya akan didoakan dan dibagikan secara merata kepada seluruh masyarakat yang datang.
"Jadi makanan yang ada di Tolangga itu, nanti ada panitia yang membagikan ke masyarakat. Jadi saat itu tidak ada lagi sekat antara masyarakat, semua berkumpul di masjid," ungkapnya.
Makanan yang sudah didoakan itu bisa dimakan di masjid, bisa juga dibawa pulang ke rumah. Namun, kebanyakan warga yang datang, membawa pulang makan itu dan dimakan bersama keluarga, karena dianggap punya berkah.
"Kami yakin jika makanan itu memiliki berkah yang besar. Jadi saat perayaan maulid di Gorontalo, seminggu lebih masjid di Gorontalo secara bergantian melaksanakan adat ini," ia menandaskan.