IHSG Betah di Zona Merah Terseret Bursa Saham Global

IHSG melemah 0,43 persen ke posisi 6.909,2 pada penutupan perdagangan saham Rabu, 12 Oktober 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Okt 2022, 16:11 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham, Rabu (12/10/2022). Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham energi.

Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,43 persen ke posisi 6.909,20. Indeks LQ45 merosot 0,39 persen ke posisi 984,55. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.990,58 dan terendah 6.870,28. Sebanyak 415 saham melemah sehingga menekan IHSG. 144 saham menguat dan 127 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.172.314 kali dengan volume perdagangan 28,6 miliar saham. Nilai transaksi Rp 13,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.371.

Mayoritas sektor saham melemah kecuali indeks sektor saham IDXenergy naik 0,99 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXtechno susut 2,97 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXsiklikal melemah 1,36 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi merosot 1,24 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur tergelincir 0,99 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXindustry terpangkas 0,72 persen, indeks sektor saham IDXproperty susut 0,68 persen, indeks sektor saham IDXfinance melemah 0,61 persen, indeks sektor saham IDXhealth melemah 0,38 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal susut 0,15 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG menandai skenario alternatif berjalan karena sudah menembus level support lainnya. Di sisi lain, pergerakan IHSG juga dipengaruhi sentimen global terutama bursa saham global yang koreksi. Hal ini seiring imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun naik kembali ke atas 3,9 persen.

“Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh pergerakan bursa global dan regional Asia yang rata-rata bergerak terkoreksi,” kata dia.


Top Gainers-Losers pada 12 Oktober 2022

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham TFAS melambung 23,15 persen

-Saham ITMA melambung 13,94 persen

-Saham VICO melambung 12,50 persen

-Saham HATM melambung 12 persen

-Saham KIOS melambung 10,71 persen

 

Saham-saham masuk top losers antara lain:

-Saham UVCR melemah 10 persen

-Saham AMMS melemah 9,18 persen

-Saham IBOS melemah 8,49 persen

-Saham GEMA melemah 6,99 persen

-Saham ZONE melemah 6,97 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

-Saham BUMI senilai Rp 1 triliun

-Saham BBRI senilai Rp 571,7 miliar

-Saham BMRI senilai Rp 558,1 miliar

-Saham TLKM senilai Rp 466,3 miliar

-Saham ASII senilai Rp 465,1 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

-Saham BUMI tercatat 55.068 kali

-Saham BACA tercatat 36.591 kali

-Saham KIOS tercatat 25.142 kali

-Saham GOTO tercatat 23.684 kali

-Saham SIDO tercatat 19.646 kali


Bursa Saham Asia pada 12 Oktober 2022

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 12 Oktober 2022 dengan indeks berjuang mencari arah seiring fokus terhadap kondisi ekonomi global. Investor menanti data inflasi Amerika Serikat pekan ini.

Indeks Shanghai di bursa saham China naik 1,53 persen menjadi 3.025,51. Indeks Shenzhen bertambah 2,4 persen ke posisi 10.838,48.

Indeks Hang Seng melemah 0,56 persen dan indeks Hang Seng teknologi naik 0,11 persen. Di Jepang, indeks Nikkei merosot ke posisi 26.396,83 dan indeks Topix turun 0,12 persen ke posisi 1.869. Yen berada di posisi 146 terhadap dolar AS. Indeks ASX 200 bertambah 0,04 persen ke posisi 6.647,50.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Indeks Korea Selatan Kospi bertambah 0,47 persen ke posisi 2.202,47. Indeks Kosdaq menguat 0,32 persen ke posisi 671,67.

Bank sentral Korea Selatan naikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 3 persen. Won Korea Selatan menguat dan berada di posisi 1,424.71.


Penutupan Wall Street pada 11 Oktober 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 11 Oktober 2022 seiring investor melihat ke depan data inflasi yang keluar akhir pekan ini. Data inflasi AS memberikan informasi terbaru kepada the Federal Reserve tentang keadaan ekonomi AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah ke posisi 3.588,84 setelah menguat dari level terendah pada awal sesi perdagangan. Indeks Nasdaq susut 1,1 persen ke posisi 10.426,19, dan mencatat penutupan terendah sejak Juli 2022. Koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini mendorong pelemahan selama lima hari berturut-turut untuk indeks acuan tersebut.

Sementara itu, indeks Dow Jones menguat 36,31 poin atau 0,12 persen ke posisi 29.239,19. Lonjakan indeks acuan tersebut didorong saham Amgen dan Walgreens Boots Alliance.

Harga obligasi juga turun dan imbal hasil treasury 10 tahun mendekati posisi empat persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 5,8 basis poin menjadi 3,943 persen pada penutupan pasar. Imbal hasil obligasi bergerak berbanding terbalik dengan harga.

Saham turun dari level tertinggi pada Selasa pekan ini, dan imbal hasil obligasi naik ketika Bank of England mengatakan intervensi pasar akan segera berakhir, dan dana pensiun hanya memiliki tiga hari untuk menyeimbangkan kembali posisi.

Investor sedang menanti beberapa laporan inflasi utama pada akhir pekan. Data inflasi AS ini akan informasikan seberapa agresif bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga acuan ke depan untuk meredam inflasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya