Pengusaha Pede Bisnis Tetap Jalan Meski Tahun Depan Resesi

pengusaha dinilai mampu mengantisipasi ancaman resesi global. Alasannya, sejumlah pengusaha bisa bertahan melewati pandemi Covid-19.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 12 Okt 2022, 19:15 WIB
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok pengusaha mengaku optimistis bisa tetap bertahan meski resesi global terjadi dalam waktu dekat. Dugaan resesi global ini menguat dengan adanya 28 negara yang disebut tengah antre meminta bantuan ke Dana Moneter Internasional (IMF).

Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Adi Mahfudz Wuhadji mengatakan, pengusaha dinilai mampu mengantisipasi ancaman resesi global. Alasannya, sejumlah pengusaha bisa bertahan melewati pandemi Covid-19.

Salah satu antisipasinya, kata dia adalah menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Khususnya menjaga arus modal masuk lebih besar ketimbang modal keluar dari perusahaan itu.

"Kalau langkah dalam proses bisnis itu kan ada prasyarat yang dipenuhi, kedua adalah proses sejauh mana gimana tugas dan tanggung jawab kita. Itu kita lakukan, yang ketiga adalah output ya, itu adalah tercapainya input dan proses," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (12/10/2022).

"Yang tak kalah pentingnya, itu jadi satu keseimbangan jadi satu outcome, baik produk manajemen, maupun dari sisi service level dalam hal ini sistem," tambah dia.

Dari sisi bisnis secara umum, Adi mengatakan kalau ketahanan bisnis dalam negeri juga ikut melibatkan UMKM. Dimana UMKM memiliki ketahanan yang tinggi saat menghadapi segala krisis ekonomi.

Dari porsinya, 90 persen lebih jenis usaha adalah UMKM. Sementara, sisanya baru usaha menengah dan besar. Dia melihat, ketahanan usaha ini tak jauh berbeda dengan krisis 1998 dan krisis 2008.

"Badai ekonomi 2023 secara global juga akan seperti itu. Akan agak beda dengan 1998, 2008 itu kalau kami pelaku usaha sih ya tentu hati-hati penting, tapi tidak perlu terlalu khawatir. Karena mengedepankan positif itu penting. Makanya kita dalam hal ini efisiensi dan produktivitas itu terus harus kita lakukan," terangnya.

 


Tak Mudah Lakukan PHK

Seseorang melintas dekat jendela berlatar gedung bertingkat dan permukiman di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, dari sisi ketenagakerjaan, kata dia, perusahaan juga tak bisa serta merta melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ada sejumlah syarat yang perlu dipenuhi kalaupun dunia bakal resesi.

Untuk diketahui, gelombang PHK disinyalir jadi salah satu dampak turunan jika satu negara atau beberapa negara mengalami pelemahan ekonomi, bahkan resesi. Menurut Adi, baik buruh dan pengusaha berada pada gerbong yang sama, dalam rangka membangkitkan dunia usaha.

"Tak semudah itu melakukan PHK, PHK memang ada tahapan, saya sampaikan PHK terjadi kalau konteks umumnya ada kriteria dan parameter, harus sesuai dengan regulasi, ada kebijakan," ujarnya.

Dia kembali menegaskan kalau dari sisi antisipasi di pengusaha, ditekankan pada urusan manajemen risiko. Watak ini yang perlu dimiliki para pengusaha, apalagi ditengah adanya ancaman melemahnya dunia usaha imbas resesi.

"Jika kita menemukan jalan buntu pun, resesi pun, gelap pun, mungkin terjadi misalnya kapanpun, kreativitas itu harus muncul, kita pengushaa harus tetap berani. Makanya mengAmbil risiko dan bahkan dengan gagahnya kita harus piawai mengelola risiko," pungkasnya.

 


Kerja Sama

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dihubungi terpisah, Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Anggawira mengatakan kalau pengusaha perlu melakukan kerja sama. Tak hanya pengusaha, tapi juga melibatkan pemerintah.

Tujuannya, kata dia, sebagai langkah bertahan dari hantaman resesi global. Kendati begitu, dia menekankan kalau pengusaha memiliki daya tahan yang cukup kuat pasca melewati pandemi Covid-19.

"Kita rasa ya perlu kita harus lebih ada collaborative action yang kita lakukan secara bersama-sama ya, kemarin dalam konteks penanganan covid kan sebenarnya sudah cukup bagus, kerja sama yang dilakukan antar stakeholder yang ada," ujarnya.

"Ya mungkin antisipasi-antisipasi ini bisa kita lakukan dan pemerintah juga bisa menyioapakan sebuah kebijakan yang lebih antisipatif dan lebih progresif dan komunikasikannya lebih proaktif kepada kita dunia usaha," tukasnya.

Infografis Jokowi Sebut 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya