Jokowi ke Menteri soal Krisis Ekonomi Dunia: Badai Sudah Datang, Hati-Hati Buat Kebijakan

Presiden Jokowi mengatakan situasi ekonomi global dan geopolitik sangat menyulitkan semua negara, sebab menimbulkan ketidakpastiaan yang tinggi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 12 Okt 2022, 20:11 WIB
Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Acara ini membahas berbagai peluang dan tantangan yang bisa diperoleh dari teknologi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan situasi ekonomi global dan geopolitik sangat menyulitkan semua negara, sebab menimbulkan ketidakpastiaan yang tinggi. Dia mengungkap, sebanyak 28 negara sudah antre untuk meminjam uang dari Dana Moneter Internasional (IMF).

"Artinya, badai itu sudah datang sehingga persiapan kita ini harus betul-betul persiapan detail. Enggak bisa lagi kita bekerja hanya rutinitas. Enggak bisa lagi sekarang ini," ujar Jokowi saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta, Selasa 11 Oktober 2022.

Dia pun meminta semua menteri untuk bekerja secara makro, mikro, dan detail agar Indonesia bisa selamat dari ancamana krisis ekonomi dunia. Jokowi juga mengingatkan jajarannya untuk berhati-hati setiap mengambil sebuah kebijakan.

"Kehati-hatian kita dalam setiap membuat kebijakan betul-betul jangan sampai lepas dari manajemen kita karena memang situasinya betul-betul ini situasi yang luar biasa sulitnya," jelasnya.

"Sekali lagi policy setiap kementerian dan lembaga itu hati-hati. Urusan kecil-kecil, tapi sekarang ini semuanya sensitif," sambung Jokowi.

Selain itu, dia memerintahkan para menteri untuk konsentrasi dan fokus terhadap tugas masing-masing. Jokowi menekankan program-program yang ada harus betul-betul terimplementasi dan bermanfaat bagi masyarakat.

"Saya minta pada Bapak Ibu sekalian untuk konsentrasi dan betul-betul fokus pada tugas kita masing-masing. Kemudian juga implementasi dari program-program yang ada. Betul-betul dilihat betul bermanfaat riil atau ndak. Kalau ndak bisa dibelokan ke hal-hal yang riil," pungkas Jokowi.

 


Lebih Parah dari 1998

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut dari dampak krisis ekonomi saat ini lebih parah dibandingkan krisis pada tahun 1998. Hal ini menyusul adanya 28 negara yang sedang mengantre untuk meminjam uang dari Dana Moneter Internasional (IMF).

"Bapak Presiden menyampaikan, di IMF sudah ada 28 negara yang masuk untuk memperoleh bantuan. 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Ini magnitudenya lebih besar dari krisis 1998, di mana krisis di tahun ‘98 itu di beberapa negara ASEAN," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 12 Oktober 2022.

Untuk itu, kata dia, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan para menterinya berhati-hati dalam mengambil setiap kebijakan. Jokowi tak mau Indonesia bernasib sama seperti Inggris, dimana nilai mata uangnya jatuh karena kebijakan yang dibuat.

 


Indonesia Kuat

"Kita lihat di Indonesia depresiasi rupiahnya 6 persen, namun relatif masih lebih tinggi dari negara lain termasuk Malaysia, Thailand sehingga relatif Indonesia lebih moderat," jelas Airlangga.

Airlangga memastikan bahwa Indonesia tidak termasuk ke dalam negara yang rentan mengalami masalah keuangan. Dia menuturkan dari sisi eksternal, Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat.

"Bahkan Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya di antara negara G20, nomor 2 tertinggi setelah Saudi Arabia. Jadi dari segi faktor eksternal, Indonesia aman," ujar Airlangga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya