Kisah Windah Basudara-Okky Boy dan Keutamaan Mengasuh Anak Yatim dalam Perspektif Islam

Windah Basudara berhasil mengumpulkan donasi lebih dari Rp300 juta. Acara galang dana ini digelar untuk membantu pendidikan anak-anak yang membutuhkan, termasuk salah satunya Rahmat yang dikenal dengan nama Okky Boy

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2022, 00:30 WIB
Windah Basudara galang dana untuk Rahmat 'Okky Boy', meraup Rp 338 juta dalam 3 jam. (Sumber: YouTube/Windah Basudara)

Liputan6.com, Baubau- Beberapa waktu terakhir, Windah Basudara, salah satu YouTuber gaming populer tengah menuai perhatian warganet. Dia melakukan penggalangan dana dalam bentuk gaming yang cukup spektakuler.

Hanya dalam waktu tiga jam, Windah Basudara berhasil mengumpulkan donasi lebih dari Rp300 juta. Acara galang dana ini digelar untuk membantu pendidikan anak-anak yang membutuhkan, termasuk salah satunya Rahmat yang dikenal dengan nama Okky Boy.

"Charity ini murni dilakukan untuk pendidikan Rahmat dan juga pendidikan anak-anak lain yang membutuhkan," tuturnya dalam video tersebut.

Perlu diketahui, Okky Boy merupakan bocah yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu. Ia mencuri perhatian warganet setelah muncul video dirinya diajak berbicara dengan bahas yang tidak jelas.

Setelah ditelusuri, Okky Boy berasal dari Baubau, Sulawesi Tenggara. Dia sudah bekerja hingga menjaga adik-adiknya, karena ibunya menjadi TKI di Malaysia.

Dari situ, banyak warganet yang menyebut wajahnya mirip dengan Windah Basudara, dan akhirnya mereka bertemu dalam live streaming pada 11 Oktober 2022.

"Terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berdonasi dan ikut menonton di charity kali ini. Semoga apa yang sudah kita kumpulkan ini dapat membantu Amat dan anak-anak yang membutuhkan lainnya untuk dapat bersekolah dan berprestasi," tulis Windah melalui akun Instagramnya usai live streaming di YouTube.

Melalui unggahan tersebut, Windah pun mengucapkan terima kasih sejumlah orang yang membantu terselenggaranya acara ini, termasuk Saweria yang disebut telah membantu memberikan keringanan untuk pajak.

Apa yang dilakukan oleh Windah Basudara patut diapresiasi dan merupakan hal baik. Terlepas dari itu, dalam perspektif Islam, anak yatim dan anak-anak dari keluarga tak sangat dimuliakan.

Khusus anak yatim, Islam menegaskan ada hak-hak anak yatim, fakir, miskin, dan kelompok rentan lainnya. Konsepsi ini lantas melahirkan zakat, sebuh kewajiban donasi dalam Islam. Selain itu, ada pula anjuran untuk mengasuh anak yatim.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Mengasuh Anak Yatim dalam Islam

Ilustrasi Anak Yatim

Mengutip laman NU, cara menyantuni anak yatim yang paling ideal adalah dengan cara mendampingi dan melindungi kehidupannya. Menukil salah satu sabda Nabi Muhammad, yaitu, barangsiapa yang menanggung (mengasuh) dan menjamin kehidupan anak yatim, kelak di surga akan berdampingan dengan Rasul layaknya dua jemari, telunjuk, dan jari manis.

“Nabi memberikan jaminan surga kepada orang yang mengurus anak yatim, jaminan surga. Ana wakafilul yatimi hakadza, dengan menunjukkan dua jarinya. Itu saking dekatnya,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Kota Bekasi, Nyai Hj Badriyah Fayumi yang juga Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU.

Dalam sabdanya yang lain, Nabi SAW mengungkapkan sebaik-baik rumah adalah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang mendapat perlakuan baik. Sebab itu, Allah SWT menegaskan lewat firmannya, jangan pernah mendekati atau mencampuri harta anak yatim.

Kepada wali atau yang diberi amanah atas penjagaan harta anak yatim, untuk berhati-hati dan memperhatikan sebaik mungkin harta tersebut, mulai dari awal penjagaannya sampai batas waktu penyerahannya.

“Jadi, perlindungan yang diajarkan Islam itu, perlindungan material, kasih sayang, perlindungan substansif dan juga perlindungan spiritual bagi anak-anak yatim itu,” terang istri KH Abu Bakar Rahziz itu.

Secara detail, Mufasir perempuan lulusan Al-Azhar Kairo ini menjelaskan makna Kafil (menanggung) yang sesungguhnya adalah memberikan perlindungan kepada jiwa raga anak-anak yatim dengan cara memuliakan dan menghormati kedudukan mereka, mencegah tindakan sewenang-wenang atau menzalimi, menghardik, dan memberi perlakuan yang buruk.

Tak Sekadar Memberi Amplop

Bentuk-bentuk kepedulian terhadap anak yatim yang lain dapat dilakukan dengan menjadi pengasuh anak yatim dalam keluarga, menjadi donatur, menjadi pengajar (sukarelawan), dan mendirikan panti asuhan atau lembaga yang dapat menjamin masa depannya.

“Nah, kalau anak itu ditinggal wafat ayahnya, berarti yang menjadi kafil itu, ibunya atau siapa pun yang kemudian menjamin kehidupannya, menjamin pendidikannya, kasih sayangnya, kesehatannya, serta pengembangan bakatnya. Sehingga anak yatim yang kehilangan orang tua ini mendapatkan kasih sayang dan jaminan masa depan, maka bahasanya adalah wa kafilul yatim, bukan orang yang memberi amplop pada anak yatim,” beber Nyai Badriyah menjelaskan.

Sementara, momentum Muharram yang kerap disebut Idul Yatama (Hari Raya Anak Yatim), menurutnya, merupakan waktu simbolik, sebagai sarana berbagi kebahagiaan dan mengajarkan umat Islam agar lebih menyayangi anak yatim layaknya Nabi Muhammad saw. Anggapan tersebut tertuang di kitab Tanbih al-Ghafilin, Man masaha yadihi ala ra'si yatiim yaum Asyura rafa'allahu ta'ala bi kulli sya'ratin darajah.

“Secara simbolik, kita ini punya masyarakat yang sebagian sudah yatim/piatu, yang perlu untuk diberikan penghormatan secara khusus, di acarakan secara khusus untuk memberikan mereka kebahagiaan. Tapi itu bukan satu-satunya, begitu,” ujar Azhariyyin kelahiran Pati, 5 Agustus 1971 itu.

Dia menegaskan, Rasulullah sangat menyayangi anak yatim. Maka, hari baik (asyura) itu dipakai sebagai momentum untuk menyantuni anak yatim. Namun, lebih jauh hadits tersebut diperuntukkan mengasah akhlak umat Muslim agar senantiasa memberi kasih sayang kepada anak yatim, dengan cara melindungi jiwa raga, mengasuh, dan menjamin kehidupannya.

“Santunan jenis apapun, dan di bulan apapun itu baik, untuk berbagi yang sifatnya karitatif dan menyenangkan. Tetapi tidak hanya berhenti di situ, yang terpenting adalah tujuan dan substansi dari ajaran Islam terhadap anak yatim, yaitu menanggung kehidupannya, memberikan ruang hidup dan kesempatan, juga menggantikan kasih sayang orang tuanya,” kata dia, dikutip dari NU Online, Rabu (12/10/2022).

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya