Gangguan Ginjal Akut Misterius Serang Anak, Apa Pengobatannya Ditanggung BPJS?

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Ghufron Mukti sepanjang penyakit itu teridentifikasi medis, maka BPJS akan menanggung biayanya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Okt 2022, 13:00 WIB
ilustrasi ginjal (sumber: freepik)

Liputan6.com, Denpasar Gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) progresif atipikal yang kasusnya meningkat dua bulan terakhir masih terbilang misterius. Hingga kini, penyakit yang kebanyakan menyerang anak bawah lima tahun (balita) belum diketahui pasti penyebabnya.

Sebelum gangguan ginjal akut, ada pula hepatitis akut yang sama-sama menyerang kelompok anak.

Timbulnya penyakit-penyakit ini menimbulkan tanya, apakah gangguan ginjal akut dan hepatitis akut biaya pengobatannya ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan?

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Ghufron Mukti sepanjang penyakit itu teridentifikasi medis, maka BPJS akan menanggung biayanya.

“Sepanjang teridentifikasi medis, BPJS akan meng-cover. Dan sepanjang sesuai dengan prosedur yang sudah kita buat BPJS siap untuk membiayai atau menjamin penyakit misterius termasuk ginjal,” kata Prof Ghufron dalam konferensi pers di Bali, Rabu (12/10/2022).

Sebelumnya, Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa per 10 Oktober sudah ada 131 anak dari 14 provinsi di Indonesia yang mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal.

"Per 10 Oktober (data) yang masuk ke kami, mungkin tidak representatif seluruh Indonesia ya, ada 131 kasus. Tentu saja ini menimbulkan kewaspadaan buat kita semua,” ujar Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 11 Oktober 2022.

 

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Ghufron Mukti sepanjang penyakit itu teridentifikasi medis, maka BPJS akan menanggung biayanya. (Foto: Ade Nasihudin)

Kesiapan RS

 

Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bambang Wibowo, kemampuan rumah sakit terkait layanan ginjal beragam. Ada yang masih terbatas ada pula yang sudah sangat luas.

“Sebetulnya kalau kemampuan rumah sakit terkait layanan ginjal itu kan misalnya saja ada layanan peritoneal dialisis maupun hemodialisis. Peritoneal dialisis masih terbatas tapi hemodialisis sudah sangat luas dan aksesnya sudah bagus didukung pula oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk membuka akses,” ujar Bambang.

Peritoneal dialisis merupakan cara untuk mengeluarkan produk sampah dari darah ketika ginjal tidak bisa lagi melakukan pekerjaan secara memadai (gagal ginjal). Sedangkan, hemodialisis umumnya dikenal pula dengan cuci darah.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan sejauh ini pada pasien gangguan ginjal akut misterius yang mampu bertahan, belum ada yang menjalani cuci darah hingga lebih dari tiga bulan.

"Sementara, untuk Agustus-September memang ada pasien sudah pulang tapi harus cuci darah. Trennya sih perbaikan semoga tidak kronik," tutur Eka.


Penyebab 131 Anak Alami Gangguan Ginjal Akut Masih Misterius

Piprim mengatakan puncak kasus gangguan ginjal akut sudah terjadi pada September lalu karena di bulan ini terjadi penurunan. Awalnya, ia mengira kasus ini berkaitan dengan COVID-19 tapi ternyata tidak.

“Oleh karena itu, ini masih perlu terus kita dalami, yang jelas angka kematiannya cukup tinggi. Tetap waspada tapi tidak perlu panik berlebihan,” tambah Piprim.

Piprim juga memberi gambaran, biasanya acute kidney injury terjadi pada anak-anak yang memiliki masalah ginjal bawaan. Namun, pada pasien-pasien yang ada saat ini memiliki kondisi ginjal yang normal dan bukan karena kelainan bawaan.

Senada dengan Piprim, Eka menambahkan sejak Agustus 2022, pihaknya melihat ada lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan acute kidney injury.

Umumnya, anak-anak yang terkena adalah kelompok usia bawah lima tahun (balita). Namun, ada pula yang berusia 8 tahun khususnya bagi kasus di Jakarta.

“Kalau data Indonesia, kurang lebih sama yaitu balita, tapi di luar Jakarta ada yang belasan tahun. Di Jakarta kami belum menemukan kasus yang di atas 8 tahun,” Eka mengatakan.


Menkes Tunggu Hasil Penelitian RSCM

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin soal Dexa Award Science Scholarship 2022. Foto: Dexa

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kasus gagal ginjal akut misterius pada anak sedang diteliti RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. 

Penelitian mengenai kasus gagal ginjal akut misterius pada anak oleh RSCM sebenarnya sudah keluar hasilnya. Walau begitu, masih harus menunggu hasil kesimpulan matang sebelum dipublikasikan ke publik.

"Gagal ginjal anak sedang diteliti dokter-dokter RSCM. Sudah ada hasilnya, tapi harus menunggu kesimpulan sebelum kita rilis ke publik nanti," ujar Budi Gunadi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 11 Oktober 2022.

Rencananya, pekan ini hasil terkait gagal ginjal akut yang dialami anak-anak dari 14 provinsi di Indonesia itu bakal dirilis.

"Sebentar lagi harusnya, minggu ini kita bisa rilis."

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya