Anies Baswedan Berusaha Keras Menyaingi Capaian Ahok di Jakarta

Masa purna Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta akan segera berakhir pada 16 Oktober 2022. Berbagai macam kebijakan dilahirkannya dan menuai pro serta kontra.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2022, 15:31 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencanangkan revitalisasi Stadion Sepak Bola Tugu Jakarta Utara, Koja, Jakarta Utara, Rabu (12/10/2022). (Liputan6.com/ Winda Nelfira)

Liputan6.com, Jakarta Masa purna Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta akan segera berakhir pada 16 Oktober 2022. Berbagai macam kebijakan dilahirkannya dan menuai pro serta kontra.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, sejak awal Anes berusaha ingin mengkontraskan semua janji politiknya dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara pada diskusi bertajuk 'Refleksi 5 Tahun Pemerintahan Gubernur Anies Baswedan', Kamis (13/10/2022) di Ruang Rapat Fraksi PDIP DPRD DKI, Jakarta.

"Pak Ahok itu kan bangun fisik, flyover, bikin macam-macam ya untuk mengatasi kemacetan, makanya muncul istilah 'Kalau cuman bangun fisik, Firaun juga bisa'," kata Adi.

Sebagai pembanding, Anies menyebut akan membangun manusianya, meski tak memahami konsep ini.

"Jadi yang dibangun tuh manusianya. Saya enggak tahu yang dibangun manusianya itu apa. Maksudnya, kalau melihat secara umum, kalau membangun manusianya, itu kan minimal orang Jakarta bahagia. Kita lihat data Badan Pusat Statistik (BPS), indeks kebahagiaan orang Jakarta itu nomor 27. Tentu enggak bahagia," ungkap Adi.

Selain itu, dia juga menyoroti jumlah pengangguran di Jakarta. Menurutnya, jumlah pengangguran yang tinggi membuat Jakarta masuk menjadi kota yang tidak bahagia.

"Nyatanya, pengangguran di Jakarta itu masuk 5 besar bersama dengan 4 provinsi lainnya. Ya tentu kalau orang menganggur, enggak bahagia dong. Makanya, kita enggak paham apa yang dimaksud dengan membangun manusianya," kata Adi.

 


 Sindir Pembangunan JIS

 

Lebih lanjut, Adi menyinggung soal pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).

Dia menilai, orang Jakarta tidak membutuhkan stadion bertaraf internasional tersebut. Baginya, orang Jakarta lebih membutuhkan bantuan atau subsidi.

"Ketika Pak Anies bikin JIS, itu kan dikritik orang. Yang dibanggain juga infrastruktur. Itu kan gede anggaran sampai 4 koma sekian triliun. JIS kan memang megah dan luar biasa tapi pertanyaannya, apa betul orang Jakarta, orang nganggur ini butuh stadion terbesar di Indonesia? enggak Pak. Orang nganggur ini butuh subsidi, butuh bantuan," jelas Adi.

Adi juga menilai, JIS merupakan paradoks semata. Sebab, stadion untuk Persija ini tidak digunakan untuk sepak bola tetapi dipergunakan untuk kegiatan keagamaan.

"Kan banyak yang nanya, apa gunanya JIS? orang ada stadion Gelora Bung Karno kok, bisa main. Kan kasian Pak. Persija juga mainnya di Stadion Patriot Bekasi, pinjam lagi. JIS malah untuk salat. Artinya apa? ini kan paradoks dan sejak JIS diresmikan, bukan ornamen internasional yang kita dapatkan. Malah dijadikan tempat ibadah, fungsinya beralih gitu," pungkasnya.

 

Reporter: Lydia Fransisca/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya