Liputan6.com, Jakarta- Kabar Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi pada pasangan penyanyi dangdut Lesti Kejora dan suaminya artis Rizky Billar santer menjadi perbincangan masyarakat hingga ramai di sosial media (sosmed).
Pasalnya, beberapa hari sebelum Lesti Kejora melaporkan Rizky Billar ke Polisi, mereka masih membagikan kemesraan melalui akun Instagram masing-masing.
Advertisement
Bahkan, Lesti dan Billar disebut-sebut sebagai relationship goals karena banyak orang iri akan hubungan keduanya yang adem-ayem. Sebab itu, saat mendengar kabar Lesti melaporkan Billar atas dugaan KDRT, banyak yang tidak percaya dan mengira hanya setting-an.
Namun, banyak juga yang mengaku bahwa mereka sudah menduga hal ini akan terjadi. Terlebih, saat adanya beberapa ramalan dari indigo yang membaca nasib pernikahan Lesti dan Billar yang takkan bertahan lama.
Selain itu, banyak juga yang menilai pernikahan keduanya terlalu cepat karena perjodohan netizen setelah kabar mantan pacar Lesti, Rizky D’Academy menikah.
Kabar terbaru saat ini, suami dari penyanyi jebolan Dangdut Academy itu resmi ditetapkan sebagai tersangka. Polisi juga menemukan unsur pidana dalam kasus ini yang dilakukan oleh tersangka.
Terlebih, kini, video rekaman CCTV menunjukkan Rizky Billar melemparkan bola biliar ke Lesti saat sedang shooting di rumahnya sendiri.
Selain dapat meningkatkan kewaspadaan kita, mungkin kabar tersebut juga sedikit triggering bagi individu yang pernah mengalami, mendengar, hingga melihat hal yang sama di sekitarnya.
Tak jarang, kabar seperti ini juga menimbulkan ketidakpercayaan kita terhadap laki-laki di jenjang pernikahan. Tapi, biasanya, ada tanda-tanda lelaki yang memang memiliki kebiasaan melakukan kekerasan fisik.
"Kami menyebutnya red flag. Awalnya mereka bahkan tampak halus dan tidak berbahaya, tetapi mereka benar-benar suka memperlakukan orang dengan kekerasan agar orang takut dan tidak punya tempat untuk meminta bantuan," kata seorang neuropsikolog klinis dan penulis Stop Self Sabotage: Six Step to Unlock Your True Motivation Judy Ho, Ph.D.
Mengutip goodhousekeeping, berikut tanda-tanda seseorang yang berpotensi melakukan KDRT dalam sebuah hubungan:
1. Menjadi Orang yang Berbeda
Jika awal hubungan Anda sangat harmonis dan romantis, tidak menutup kemungkinan selanjutnya hubungan tersebut akan berubah drastis.
Walau pun tidak semau hubungan akan begitu, tetapi hal tersebut bisa menjadi salah satu pertanda, terlebih, jika momen-momen romantis dan harmonis itu memiliki sedikit momen-momen kekerasan kecil.
"Kekerasan fisik dapat bermula dari hubungan romansa yang terdengar seperti dongeng," kata Dr. Ho.
Ia juga menambahkan, kasih sayang dan cinta itu bisa mulai berganti dengan jenis perilaku lainnya yang membuat salah satu pasangan menjadi tunduk atas pasangan yang satunya.
Selain itu, jika ia memperlakukan Anda dengan cara yang berbeda juga itu sudah merupakan red flag yang harus Anda awasi.
"Mereka terlihat baik dan hebat di depan banyak orang dengan tujuan membuat banyak orang berpikir bahwa mereka hebat. Tapi, di balik itu semua, mereka berbeda drastis," kata Jaime Zuckerman, Psy.D, seorang psikolog klinis di Pennsylvania.
"Hal ini membuat orang yang mengalami kekerasan merasa ragu menceritakan apa yang terjadi, karena hanya korban yang diperlakukan buruk oleh pelaku," tambah Zuckerman.
Advertisement
2. Manipulasi dan Isolasi
Pelaku kekerasan biasanya menggunakan taktik manipulasi agar korban merasa bersalah.
“Pelaku kekerasan sering menyalahkan korban atas kesalahannya, atau atas segala konflik dan kesalahan yang terjadi dalam hubungan. Mereka mengatakan hal-hal manipulatif untuk membuat korban merasa bertanggung jawab atas segala kesalahan yang terjadi,” kata Dr. Ho.
‘Itu karena aku sangat mencintaimu. Karena itu, aku melakukan ini untukmu’, merupakan kata-kata yang harus ditandai dan red flag bagi orang yang sering memanipulasi orang dalam hubungan.
Gaslighting salah satunya. Sebagai benang merah hubungan yang tidak sehat. Gaslighting adalah ketika seseorang menggunakan kata-kata dan narasi palsu mereka agar membuat korban mempertanyakan kebenaran atau persepsi atas situasi tertentu yang bertujuan untuk memegang kendali pikiran korban.
Tanda lain adalah membuat korban terisolasi dari ‘support system’ mereka dengan cara membatasi dan memutus kontak mereka dengan orang-orang terdekatnya.
Pelaku biasanya bersikeras untuk selalu ada agar korban tidak berhubungan lagi dengan orang lain selain dia.
“Mereka mungkin mengatakan ‘jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan berteman dengan dia,’ dan sebagainya yang membuat korban yakin bahwa selain pelaku, tidak ada orang terbaik lagi untuk korban,” kata Dr. Ho.
3. Perlakuannya Terhadap Hewan dan Manusia
Dalam hubungan yang sehat, privasi masih tetap dijaga khususnya dengan hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi seperti nomor telepon, akun media sosial, pin atm, kunci rumah, atau mobil.
Namun, pelaku biasanya akan berbagi hal-hal sangat privat itu kepada korban untuk menjadi salah satu cara pelaku mengendalikan korban dan menghilangkan kemandirian dan kebebasan korban dalam hidupnya.
Hal yang paling parah adalah saat pelaku membatasi hal-hal pribadi seperti membatasi cara belanja, mengintrogasi, meminta seluruh kata sandi hingga pin ATM.
Pelaku juga kadang akan mencoba mengendalikan perasaan korban untuk membuktikan cinta mereka dengan tuduhan atau konflik-konflik kecemburuan, hal tersebut dilakukan pelaku untuk mengendalikan pengaruh dan perasaan korban.
Selain itu, satu hal yang paling bisa kita deteksi adalah perlakuan kasarnya terhadap hewan. Walaupun tidak semua pelaku kekerasan fisik akan menyakiti hewan, tetapi, jika Anda melihat pasangan Anda tidak berpikir dua kali untuk menyakiti hewan, itu menandakan potensi mereka untuk melakukan kekerasan terhadap manusia.
Advertisement