Liputan6.com, Jakarta - Potensi bencana di kawasan wisata menyusul kondisi cuaca dengan hujan curah tinggi akhir-akhir ini menjadi perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia pun meminta seluruh pengelola destinasi wisata meningkatkan kewaspadaan mengantisipasi potensi bencana alam akibat curah hujan tinggi, sehingga wisatawan dapat terlindungi.
"Destinasi wajib waspada potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan angin kencang akibat cuaca ekstrem, khususnya yang memiliki aktivitas di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi, juga destinasi di daerah lereng-lereng yang berpotensi bencana tanah longsor," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip dari Antara, Kamis, (13/10/2022).
Baca Juga
Advertisement
Sandiaga Uno menghimbau agar pengelola pariwisata untuk menjaga setiap destinasi dan desa wisata, sehingga kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif tetap berjalan dengan aman serta nyaman. Pengelola dan seluruh pihak terkait juga diminta mempersiapkan diri menggali informasi serta mengikuti pelatihan menangani curah hujan tinggi yang dapat berpotensi menimbulkan longsor.
"Kami berkoordinasi dengan BNPB(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan tim SAR (search and rescue) setempat dan kita sudah membentuk tim manajemen krisis Kemenparekraf yang bekerja sama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan SOP manajemen krisis kepariwisataan," tutur Sandiaga.
Sementara itu baru-baru ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta seluruh jajaran menterinya mengantisipasi potensi bencana alam ekstrem. Kepala negara berkaca dari sejumlah negara yang mengalami bencana alam berupa kekeringan dan banjir bandang.
"Antisipasi potensi bencana alam karena cuaca ekstrem harus juga dihitung, gelombang panas di eropa, banjir bandang di Pakistan badai di Florida kekeringan panjang di Afrika di Kenya. saya kira kita lihat semuanya itu harus menjadi Apa bahan kita, evaluasi kita," kata Jokowi dalam sidang kabinet paripurna dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, dikutip dari kanal News Liputan6.com, Rabu 12 Oktober 2022.
Persiapan Mitigasi
Di sisi lain, Jokowi tidak ingin para pembantunya tanpa persiapan untuk mengantisipasi bencana ekstrem. Dia juga sudah memerintahkan Menteri PUPR membangun titik-titik pompa guna mengatasi banjir.
"Jangan sampai kita tidak punya persiapan untuk hal-hal seperti ini. saya kira saya sudah perintahkan ke Menteri PU kemarin meskipun sekarang hari hujan, tapi yang namanya persiapan titik-titik pompa yang harus dibangun itu harus mana kira-kira air itu akan enggak ada, di mana yang namanya gelombang panas kering. itu nanti kalau saya," tuturnya.
Jokowi khawatir usai musim hujan berakhir, akan masuk musim kering yang panjang. Sekali lagi Jokowi meminta jajaran menterinya harus mempersiapan mitigasi bencana, misalnya dengan giat membangun embung-embung di desa.
"Yang saya takutkan adalah ini kita sudah mendapatkan hampir 3 tahun musim basah. musim basah panjang. yang saya takutkan ada yang nanti musim kering juga yang panjang, tapi kalau kita udah punya siap-siap embungnya diperbanyak," sebut Jokowi.
Advertisement
Rawan Bencana
Sementara itu, terletak di lokasi geografis yang rawan akan bencana alam, membuat Indonesia harus terus bersiaga dan membuat rangkaian strategi yang terorganisir agar tidak memengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata. Keandalan sektor pariwisata dalam menangani kondisi bencana alam juga merupakan salah satu kriteria utama dalam membangun pariwisata berkelanjutan.
Mengenai potensi terjadinya bencana yang harus diantisipasi daerah wisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sebelumnya telah membuat pedoman wisata tangguh bencana untuk beberapa wilayah yang rentan bencana. Mengutip dari situs resmi Kemenparekraf, Kamis (13/10/2022), salah satunya wilayah Provinsi Bali yang dilewati oleh patahan sesar Flores Back Arc Thrust dan sesar Lombok Strait Strike-slip Fault yang berpotensi mengakibatkan gempa bumi.
Seperti gempa bumi magnitudo 4,8 yang menerjang Karangasem pada 16 Oktober 2021 dan mengakibatkan tiga orang meninggal dunia serta tujuh lainnya mengalami luka berat. Bencana alam ini bila tak tertangani dengan baik maka dikhawatirkanakan membuat para wisatawan enggan untuk berkunjung ke Provinsi Bali.
Oleh karena itu, salah satufaktor penting untuk meningkatkankenyamanan, keamanan, dankesiapsiagaan bagi masyarakat danpemangku kepentingan di bidangpariwisata adalah denganmenyediakan informasi komprehensifmengenai risiko bencana yangmengancam ekosistem pariwisata diprovinsi Bali. Sebagai wujudkomitmen bersama tersebut, Kemenparekraf pun menyusun Katalog Wisata Tangguh Bencana di Provinsi Bali.
Bentuk Antisipasi
Adapun Bali sebagai salah satu daerah wisata terpopuler di Indonesia dapat menjadi salah satu contoh daerah yang sigap dengan bencana. Langkah ini dimulai pada tahun 2013 di mana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali bekerja samadengan Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI) untukmengadakan sertifikasi kesiapsiagaan bencana.
Sertifikasi ini terlebihdahulu diutamakan untuk hotel di pinggir pantai mengingat adanyapotensi bencana tsunami. Barulah setelah itu, hotel di pegunungandan sekitar aliran sungai lainnya juga mendapat giliran sertifikasi.
Beberapa kali pihak PHRI juga sempat melakukan simulasi denganmelibatkan seluruh tamu agar dapat meyakinkan mereka bahwa akomodasi yang mereka tempati betul-betul siapmelakukan penanggulangan dengan baik jika terjadi bencana. Kesiapsiagaan bencana di Bali juga didukung oleh para stakeholderyang bergandengan tangan dengan PHRI serta terus bekerja sama dandiawasi oleh pemerintah serta tak ketinggalan BPBD Bali pun acapkaliturun tangan dengan membuatsimulasi.
BMKG hingga BPBD Bali juga bersinergi penuh untuk menanggulangi bencana alam gempa bumi dan tsunami dengan cara memasang Intensity Meter di 50 titik. Intensity Meter berguna untuk mengestimasi tingkat getaran akibatgempa bumi dengan cepat sehingga dapat disampaikan kepemerintah daerah sesegera mungkin dan data hasilpengamatan dapat dijadikan salah satu parameter untuk memonitor dampak kerusakan yang disebabkan oleh gempabumi.
Untuk menghindari tsunami, di Provinsi Bali telah terpasang 9 sirine tsunami yang berlokasi di Tanah Lot, Pantai Double Six Seminyak, Pantai Kuta, Pantai Kedonganan, Pantai Tanjung Benoa, Kawasan BTDC Nusa Dua, Pantai Matahari Terbit Sanur, Pulau Serangan, dan di Seririt Buleleng.
Advertisement