Batik Tenun Tuban Perpaduan Teknik Konvensional dan Kontemporer

Batik Tenun salah satu warisan seni yang kini menjadi kebangaan masyarakat di Tuban Jawa Timur

oleh Panji Prayitno diperbarui 17 Okt 2022, 10:00 WIB
Khofifah melihat produksi batik tulis tenun gedog di Desa Margorejo dan Desa Kedung Rejo, Kerek, Tuban. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Batik tulis tenun gedhog merupakan salah satu hasil karya warisan leluhur yang menjadi kebanggaan Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Namun, pada praktiknya Batik Tenun Gedhog seolah ada rantai yang terputus dalam mekanisme produksi maha karya yang dikagumi dunia ini.

Merilis laman Pemkab Tuban Rabu (12/10/2022), peluang inilah yang dimanfaatkan Moh. Nanang Qosim untuk mengangkat kembali warisan leluhur tersebut agar bisa tetap eksis. 

Pemuda asal Desa Gaji, Kecamatan Kerek, ini lebih memilih bertahan karena idealismenya untuk melestarikan tenun gedog Tuban. Hal ini ia lakukan juga lantaran prihatin akan minimnya minat masyarakat untuk menekuni profesi yang rumit itu.

Pria kelahiran Tuban, 12 Januari 1996, ini sebenarnya berasal dari keluarga kurang mampu. Namun, ia mencoba peruntungan dengan membuat usaha batik tenun yang dilabelinya sebagai "Gedog Lowo".

Mengusung brand-nya ini, Nanang sapaan akrabnya memutuskan untuk fokus dalam bidang tenun konvensional dan kontemporer. Meskipun ia berada di lingkungan yang lebih mengedepankan besarnya penjualan, Nanang tetap kukuh mempertahankan idealismenya untuk melestarikan tenun.

Segala usaha yang dilakukan Nanang berbuah manis. Pada tahun 2019, ia mulai fokus dan perlahan pesanan masuk. 

Baru pada tahun 2021 lalu, ia benar-benar berani mengambil sikap untuk mengangkat brand-nya sendiri sebagai sebuah produk yang unik khas Kabupaten Tuban.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Berbuah Manis

"Saya sadar pada pilihan saya ini, dan tahu persis bahwa produk saya ini gak akan diminati oleh masyarakat Tuban. Tapi rezeki tidak akan tertukar, banyak kolektor dari Jakarta, Surabaya, atau bahkan luar negeri, seperti Malaysia dan Australia yang menyukai karya saya," terang Nanang saat ditemui di workshop-nya.

Proses tenun tidak singkat. Dalam satu bulan Nanang hanya bisa memproduksi beberapa helai kain ukuran 1x3 meter atau rata-rata pengerjaannya adalah sekitar tiga pekan. 

Dalam hal ini Nanang dibantu oleh 3 orang karyawan yang menangani bidangnya masing-masing, baik produksi, manajemen hingga akuntansi.

Omzet yang dihasilkan perusahaan miliknya ini, juga tak menentu karena harga masing-masing karya bisa berbeda, tergantung nilai yang ditetapkan kolektor atau dalam hal ini bisa dikatakan Nanang masih menganggap bahwa tenun adalah sebuah karya seni yang lebih dari sekadar industri tekstil. 

Idealismenya ini juga berbuah manis dengan mendapat juara 3 lomba desain batik Tingkat Jawa Timur pada peringatan Hari Batik Nasional 2022 lalu. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya