Liputan6.com, Amsterdam - Ratu Maxima dari Belanda mengambil tindakan setelah mendengar bahwa putrinya menjadi sasaran penculikan. Putri Amalia yang berusia 18 tahun lantas dijemput dari asramanya di Amsterdam untuk diamankan. Amalia merupakan calon ratu Belanda.
Berdasarkan laporan BBC, Jumat (14/10/2022), nama Putri Amalia dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte muncul di daftar target kelompok kejahatan, sehingga mereka terindikasi menjadi target. Ratu Maxima tampak emosional ketika mengungkap hal itu ke media.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak ada kehidupan mahasiswi baginya seperti yang dimiliki orang-orang lain," ujar Ratu Maxima saat kunjungan kenegaraan ke Swedia.
Raja Belanda Willem-Alexander juga mengakui ini adalah situasi yang berat.
Putri Amalia merupakan mahasiswa di Universitas Amsterdam. Ia mempelajari berbagai bidang, yakni politik, psikologi, hukum, dan ekonomi.
Namun, Putri Amalia telah dievakuasi dari Amsterdam menuju Den Haag.
Meski demikian, Ratu Maxima mengaku bangga melihat anaknya yang bisa menyesuaikan diri dalam situasi yang rumit ini, serta masih ingin mendapatkan nilai-nilai yang bagus. Putri Amalia tetap berstatus mahasiswi, meski keamanannya diperketat. Pihak keluarga kerajaan Belanda berharap pengetatan keamanan ini hanya bersifat sementara.
Putri Amalia dikenal sebagai joki kuda yang handal. Ia pun dikenal low-profile, serta pernah bekerja di bar pantai di Scheveningen ketika liburan. Selain itu, putri generasi Z ini juga tak segan untuk membahas kesehatan mental. Ia mengaku sering berbicara ke ahli terapi.
Menlu Retno Marsudi Ajak Belanda Sukseskan KTT G20
Beralih ke KTT G20, Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoestra menyampaikan apresiasinya terhadap Presidensi Indonesia di KTT G20.
“Saya sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada kepemimpinan Indonesia dalam mengelola Pertemuan-pertemuan G20 sejauh ini," kata Menlu Belanda, Wopke Hoestra dalam pertemuan dengan Menlu Retno di sela-sela High Level Week (HLW) Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-77 di New York (19/09/2022).
“Pada Pertemuan para Menlu G20, sebagai salah satu contohnya, Indonesia berhasil menghadirkan semua Menteri Luar Negeri negara anggota G20 dan negara undangan, untuk duduk dalam satu ruangan dan membahas isu-isu yang sangat sensitif," lanjut Menlu Hoesktra.
Kedua Menlu juga membahas persiapan KTT G20 yang akan dilakukan di Bali tanggal 15-16 November 2022. Belanda merupakan salah satu negara undangan G20 dibawah presidensi Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, juga diperoleh informasi rencana kehadiran PM Belanda, Mark Rutte, dalam KTT di Bali nanti.
“Situasi dunia memang sedang banyak mengalami tantangan dan rivalitas. Ditengah situasi yang sangat sulit ini, Indonesia berharap agar semua negara anggota G20 terus melanjutkan kerja agar KTT G20 nanti dapat menghasilkan kerjasama konkrit untuk membantu pemulihan ekonomi dunia," ujar Menlu Retno dalam pertemuan.
Menlu Hoekstra sepakat dengan harapan Indonesia tersebut dan sampaikan kembali dukungannya terhadap presidensi Indonesia.
“Belanda sangat ingin melihat kesuksesan Indonesia dalam memimpin G20", kata Menlu Hoekstra.
Advertisement
KTT G20 Digelar di Tengah Panasnya Konflik Dunia, Menlu Retno Terus Tekankan Kerja Sama
KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia pada November mendatang, diakui oleh Menlu Retno bertepatan dengan banyaknya momen krisis dunia.
Menlu Retno mengatakan bahwa presidensi Indonesia di G20 tahun ini merupakan presidensi yang paling sulit di mana dunia sedang menghadapi multiple crisis. Hal ini disebabkan oleh sejumlah masalah seperti pandemi yang belum tuntas, perang di Ukraina, tensi geopolitik menajam, dan juga terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan.
"Dalam kondisi yang extraordinary tingkat kesulitannya ini, maka dalam pembahasan diperlukan inovasi atau cara-cara baru agar pembahasan tidak terhenti," ujar Menlu Retno dalam press briefieng di Kementerian Luar Negeri, Kamis (13/10/2022).
Ia juga mengatakan bahwa proses negosiasinya tentu akan lebih sulit dari biasanya.
"Sudah akan pasti diskusi dalam KTT, sebagaimana terjadi pada pertemuan G20 tingkat menteri dan bahkan pertemuan multilateral lain, akan penuh dinamika. Itu sudah pasti akan terjadi," paparnya.
"Dalam kondisi normal saja, negosiasi di G20 tidak pernah mudah, apalagi dalam kondisi saat ini di mana posisi negara benar-benar terdapat gap yang cukup lebar antara satu posisi dengan posisi yang lain. Sehingga dapat dibayangkan tingkat kesulitan saat ini seperti apa. Itu adalah faktanya," jelas Menlu Retno lagi.
Collective Responsibility
Menlu Retno juga terus mendorong adanya kerja sama dan mengantisipasi perbedaan yang memecah belah.
"Saya sekali lagi ingin menyampaikan, perbedaan dan rivalitas merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan dalam hubungan antar negara. It is inevitable," kata Menlu Retno.
"Diperlukan wisdom dan tanggung jawab agar perbedaan dan rivalitas itu tidak menghancurkan bangunan-bangunan kerja sama yang bermanfaat bagi umat manusia. Jangan sampai perbedaan dan rivalitas menghancurkan dunia dan umat manusia," tegasnya kemudian.
G20 adalah salah satu dari sedikit forum ekonomi dunia yang masih dapat bekerja merespons krisis global saat ini.
"Taruhannya terlalu besar jika G20 gagal karena menyangkut nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia, terutama di negara berkembang," tambah Menlu.
Oleh karena itu, Indonesia terus mengajak negara anggota G20 untuk menunjukkan tanggung jawabnya kepada dunia.
"Keberhasilan G20 bukan di tangan satu dua negara, tetapi berada di tangan seluruh anggota G20. It is a collective responsibility," ujarnya lagi.
Advertisement