Liputan6.com, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) Indonesia prediksi pertumbuhan negara berkembang di Asia akan melemah atau lesu. Perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada wilayah tersebut direvisi turun, dari 5,2 persen menjadi 4,3 persen pada 2022.
Country Director, Asian Development Bank (ADB) Indonesia, Jiro Tominaga menuturkan, perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada negara berkembang di Asia direvisi menjadi turun. Sebelumnya, dari 5,2 persen menjadi 4,3 persen pada 2022 dan dari 5,3 persen menjadi 4,9 persen pada tahun depan.
Advertisement
“Beralih ke prospek regional di Asia dan Pasifik pertumbuhan di negara berkembang Asia diperkirakan akan melemah,” kata Jiro dalam Capital Market Summit & Expo 2022, Jumat (14/10/2022).
Jiro menuturkan, perkiraan direvisi naik sedikit untuk fokus area di Asia Tengah dan Pasifik serta Asia Tenggara dengan perkiraan Indonesia sebagian besar tetap tidak berubah.
"Untuk inflasi, prakiraan inflasi regional dinaikkan dari 3,7 menjadi 4,5 persen tahun ini dan dari 3,1 hingga 4,0 persen tahun depan,” kata dia.
Ia menuturkan, Indonesia terlihat lebih positif daripada global maupun regional. Hal itu tercermin dari pemulihan yang solid usai pandemi COVID-19.
"Jadi mengalihkan perhatian Anda ke Indonesia, gambarannya lebih positif daripada pandangan global atau regional. Indonesia telah berada di jalur pemulihan yang solid dari pandemi COVID-19, ketidakpastian besar bagi Indonesia pada saat proyeksi sebelumnya pada April dengan potensi lonjakan varian Omicron di dalamnya,” ujar dia.
Selain itu, ada juga invasi Rusia ke Ukraina dan volatilitas ekonomi global secara keseluruhan. Sejak itu, dampak invasi Rusia ke Ukraina dan volatilitas ekonomi global secara keseluruhan. Namun, di sisi lain, kuatnya permintaan dan tingginya harga ekspor komoditas Indonesia mampu mendorong nilai dan volume ekspor.
"Sejak itu, seperti yang diketahui, COVID-19 sedikit banyak dapat dikendalikan, permintaan domestik tetap kuat. Dari sisi ekspor, kuatnya permintaan dan tingginya harga ekspor komoditas Indonesia mendorong nilai dan volume ekspor,” kata Jiro.
Indonesia Memiliki Momentum
Dengan demikian, Jiro menilai Indonesia nampaknya memiliki momentum yang kuat sepanjang sisa akhir tahun ini.
"Sementara itu, rezeki nomplok pendapatan memungkinkan subsidi yang lebih besar dan defisit yang lebih kecil. Jadi secara keseluruhan, Indonesia tampaknya memiliki momentum yang kuat sepanjang sisa 2022,” kata dia.
Meski begitu, tetap saja ada risiko penurunan dan inflasi serta pertumbuhan global. Akan tetapi, Indonesia tidak akan benar-benar jatuh hingga awal 2023.
"Ada risiko penurunan dan inflasi serta pertumbuhan global, tetapi mereka tidak akan benar-benar gagal sampai awal tahun depan,” imbuhnya.
Jadi untuk tahun ini, pertumbuhannya lebih tinggi, surplus transaksi berjalan lebih tinggi, inflasi yang lebih tinggi dari tingkat activity of daily living (ADL) April, tingkat yang diproyeksikan sekarang, diproyeksikan dalam pembaruan.
“Untuk tahun depan, kami melihat pertumbuhan yang lebih moderat, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi,” pungkasnya.
Advertisement
Proyeksi Terbaru UMF: Ekonomi Indonesia Bakal Ungguli AS, Jerman hingga Italia
Sebelumnya, publik dunia kini tengah dikhawatirkan dengan ancaman resesi global. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengabarkan, setidaknya ada 28 negara yang tengah antre jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).
Pernyataan itu turut dibuktikan dalam laporan terbaru IMF terkait prospek ekonomi dunia atau World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022.
Melansir data World Economic Outlook IMF Oktober 2022, Kamis (13/10/2022), pertumbuhan ekonomi dunia di 2023 mengalami revisi minus 0,2 persen dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 2,7 persen.
Senada, IMF pun turut mengkoreksi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 minus 0,2 persen, dari 5,2 persen menjadi 5,0 persen. Namun secara angka, itu masih jauh lebih besar dibanding rata-rata dunia.
Sebagai perbandingan dengan sejumlah negara adidaya dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, ekonomi RI masih jauh lebih unggul ketimbang dua negara tersebut, yang pada tahun depan bakal mengalami pelemahan tajam.
Pertumbuhan Ekonomi AS
Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi 1,1 persen di 2023, turun drastis dari 2,4 persen di 2022. Sementara Inggris lebih parah, dengan pertumbuhan ekonomi 0,3 persen di 2023 berbanding 3,6 persen di 2022.
Senada, Uni Eropa yang tengah terjebak konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga diperkirakan melemah jadi 0,5 persen pada 2023, dari sebelumnya 3,1 persen di 2022.
Beberapa negara seperti Jerman dan Italia bahkan diprediksi perekonomiannya akan tumbuh minus sepanjang 2023, antara lain sebesar -0,3 persen untuk Jerman dan -0,2 persen untuk Italia.
Indonesia sendiri dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,0 persen di 2023 terbilang superior, dan hanya kalah dari India yang diperkirakan mencatat angka pertumbuhan 6,1 persen.
Itu pun India mengalami koreksi minus 0,7 persen dibanding tahun ini, di mana pertumbuhan ekonominya di sepanjang 2022 diproyeksikan mencapai 6,8 persen.
Advertisement