4 Tren Bahan Kosmetik Tahun 2023, Lebih Simpel hingga Kaya Vitamin

CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar menyampaikan, tren bahan kosmetik mengalami pergeseran karena pandemi Covid-19.

oleh Putu Elmira diperbarui 14 Okt 2022, 15:01 WIB
Ilustrasi Bahan Kosmetik dan Skincare | unsplash.com/@noahbuscher

Liputan6.com, Jakarta - Tren kecantikan selalu mengalami perubahan dalam periode tertentu. Yang terbaru, CEO Martha Tilaar Group, Kilala Tilaar, menyampaikan bahwa tren bahan kosmetik mengalami pergeseran karena pandemi Covid-19.

Kilala mengungkap dirinya telah menelaah lebih dari 70-an bahan-bahan baku yang akan jadi tren tahun depan, bahkan lima tahun ke depan. Merujuk pada bahan kosmetik, pihaknya melihat setidaknya ada empat tren yang berkembang.

"Back to basic. Artinya, mempersimpel regime, instead of lima steps, jadi dua steps yang multifunctional. Tapi dari segi ingredients, saya melihat banyak sekali pemain-pemain global ingredients yang mengedepankan beberapa faktor. Garis merahnya adalah sustainable ingredients," kata Kilala saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Oktober 2022.

Bahan berkelanjutan, dikatakan Kilala, berarti bahan yang diproses maupun ditanam tanpa merusak Bumi. Tren selanjutnya yang ia lihat adalah rich ingredients.

"Misalnya rich antioksidan, rich vitamin C dari natural. Pomegranate  itu punya antosianin 20 kali misalnya lebih besar dari pada senyawa kimia lain, yang kaya sarinya bagus dari ingredients yang natural," tambahnya.

Tren ketiga adalah traceability, mengingat kini perusahaan-perusahaan luar negeri banyak mengekspos masalah transparansi. Hal tersebut terkait bahan-bahan apa saja yang digunakan hingga diproses di mana.

"Itu anak-anak muda, terutama Generasi Z, sudah mulai kritis. Kalau merusak lingkungan enggak mau, kalau nambah plastic waste enggak mau, jadi benar-benar traceable," ungkapnya.


Natural hingga Organik

Ilustrasi kosmetik dan skincare/copyright unsplash.com/@rawpixel

Natural menjadi tren keempat yang dilihat Kilala, apalagi ditambah dengan kondisi Covid-19. "Natural lagi booming, contoh biasa mengganti sesuatu silikon, produk haircare untuk menghaluskan rambut pakai silikon, sekarang ada beberapa ingredients yang dari natural untuk mengganti silikon," tuturnya.

Kilala menambahkan, "Kemudian busa, Sodium laureth sulfate biasanya dari kimia, ada beberapa ingredients misalnya natural, yaitu lerak untuk cuci batik itu menghasilkan busa. Banyak pergantian dari kimia menjadi natural-based."

Terakhir adalah tren organik, terutama di Eropa, banyak yang tersertifikasi organik atau Cosmos aprroved. "Jadi aura sustainability di dunia, apalagi Eropa karena memang bahan baku itu di drive dari Eropa, trennya memang sustainability dan community involvement," tambahnya.

Sedangkan tren dari produk, Kilala melihat ada beberapa bahan yang berhubungan dengan tujuh elemen. Pertama, adalah high concentration of vitamins atau vitamin konsentrasi tinggi.

"Jadi lihat di Korea ada produk memakai 21 persen vitamin C, padahal sebetulnya enggak perlu, tapi sudah mulai perang vitamin gara-gara Covid, ada vitamin D, E, dan C, ini juga memengaruhi skincare. Kita melihat pergeseran ingredients ke banyak-banyakan vitamin C, E, dan D," terang Kilala.


Tren dari Bahan dalam Produk

ilustrasi kosmetik dan skincare | unsplash.com/@contentpixie

Tren selanjutnya adalah pure and highly effective ingredients atau bahan murni dan sangat efektif. Hal ini dikatakan Kilala, ada bahan natural yang harus ditunjang dengan sains.

"Jadi enggak boleh konon kata nenek moyang bengkoang itu memutihkan kulit, itu enggak boleh. Tapi bolehnya, bengkoang bisa mencerahkan kulit berapa gradasinya, berapa lama dan bekerja di lapisan kulit ke berapa dan itu semua harus bisa terjawab oleh science," terangnya.

Tren bahan dalam produk ketiga adalah microbiome atau mikrobioma. "Pasti pernah mendengar postbiotik, probiotik, prebiotik ini the future of cosmetics juga bukan hanya natural, tapi ke biologi, bukan kimia," kata Kilala.

"Microbiome itu konsepnya simpel, bagaimana kita bisa mem-balance koloni bakteria baik di dalam kulit kita. Kalau bakteria jahatnya lebih banyak dari bakteri baik, maka bisa timbul jerawat, kulit iritasi, dan gatal-gatal," terangnya.

Berlanjut dengan tren veganism, yang disebut Kilala, turut paralel dengan natural. Vegan sendiri adalah bahan baku yang tak dari hewan, tetapi semuanya dari tanaman.


Clean Beauty hingga Neurocosmetics

CEO Martha Tilaar Group, Kilala Tilaar (dok. PR)

Lalu, ada pula clean beauty yang menghadirkan tiga pilar yang terdiri atas clean ingredients, clean enviroment, dan clean skin. Clean ingredients sendiri menghindari penggunaan bahan yang disinyalir berbahaya untuk kesehatan dan clean skin harus memiliki bukti ilmiah.

"Selanjutnya, nutricosmetics, bukan hanya inside and out, Bu Martha selalu bilang kecantikan luar dalam tapi ada jamunya juga, bukan hanya kulitnya saja," terangnya.

Terakhir tren bahan dalam produk, yakni neurocosmetics. "Martha Tilaar Innovation Center (MITC) sedang mengembangkan juga, bagaimana kita membuat kosmetik bisa memengaruhi let say hormon endorfin (hormon happy) misalnya kosmetik apa ingredients bisa membuat happy bisa masuk ke dalam kulit," katanya.

Kilala Tilaar menambahkan, "Kalau di kita lagi teliti efek biji pala dari Maluku, bagaimana bisa dimasukkan ke dalam aromatic atau misalnya body butter buat orang insomnia, kita melakukannya dengan UI untuk mengukur kadar relaksasi dengan orang menggunakan neuroscience."

Infografis Skincare Lokal. (Dok: Tim Grafis Liputan6.com dyah pamela)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya