Bertambah, IDAI Sebut Sudah Ada 152 Anak Kena Gangguan Ginjal Akut Misterius

Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia bertamba. Per 14 Oktober jumlahnya menjadi 152 berdasarkan data IDAI.

oleh Diviya Agatha diperbarui 14 Okt 2022, 17:15 WIB
Ilustrasi Ginjal Manusia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan adanya penambahan kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia. Kini, totalnya mencapai 152 kasus dari 16 provinsi yang melaporkan.

Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa sejak pertengahan September, IDAI telah berkoordinasi dengan ketua IDAI cabang terkait adanya peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak.

"Kami menyebarkan form ke seluruh ketua IDAI cabang dan inilah hasilnya. Ada 16 cabang yang melaporkan, mungkin belum semua melaporkan. Sampai 14 Oktober ada 152 (kasus)," ujar Piprim dalam konferensi pers, Jumat (14/10/2022).

"Hanya saja memang trennya kalau kita lihat puncaknya itu di September, ada 76 laporan. Di Oktober (21 kasus) trennya menurun, di Agustus (36 kasus) juga lebih menurun," tambahnya.

Dari data yang dilaporkan oleh para ketua cabang IDAI, provinsi dengan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak tertinggi adalah DKI Jakarta dengan 49 kasus. Selanjutnya disusul oleh Jawa Barat (24 kasus), dan Sumatera Barat (21 kasus).

Piprim menjelaskan, data tersebut tidak dapat menjadi representasi atas keseluruhan kasus yang terjadi. Hal ini dikarenakan ada rumah sakit yang tidak membuka data pasien karena dinilai konfidensial.

"Data kami itu sumbernya dari laporan pasien yang dilaporkan oleh anggota IDAI. Jadi memang yang namanya laporan itu mungkin tidak representatif untuk menangkap semua. Tergantung pada teman-teman ini melaporkan atau tidak, karena terus terang ada beberapa rumah sakit yang alasannya konfidensial," kata Piprim.


Imbauan untuk Melaporkan

Ilustrasi gangguan ginjal akut pada anak. (pexels.com/Victoria Akvarel)

Lebih lanjut Piprim mengungkapkan bahwa data terkait gangguan ginjal akut misterius ini bersifat dinamis dan akan terus diperbarui. Sehingga nantinya data tersebut bisa dilaporkan.

"Tapi yang penting adalah kami mengimbau dari semua anggota IDAI untuk 'menangkap' seluruh pasien, melaporkan, karena penting kita sedang investigasi. Kita teliti penyebabnya seperti apa dan seterusnya dengan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) dan seluruh pakar," kata Piprim.

Sebelumnya, Piprim mengungkapkan bahwa kategori usia yang melaporkan gangguan ginjal akut ada pada rentang 0-10 tahun. Namun, kebanyakan pasiennya berada pada usia dibawah 5 tahun.

"Kalau lihat usianya, ini memang sebagian paling banyak di usia 1-5 tahun (75 kasus). Ada juga 0-1 tahun (35 kasus), 5-10 tahun (24 kasus), dan diatas 10 tahun (18 kasus). Tapi terbanyak usia 1-5 tahun," ujar Piprim. 

Berdasarkan data IDAI yang dipaparkan oleh Piprim, kasus gangguan ginjal akut pada anak telah muncul sejak Januari 2022. Kala itu, ada 2 kasus yang dilaporkan. Baru pada bulan Agustus dan September, terjadi lonjakan kasus yang signifikan.


Gejala yang Dilaporkan

Ilustrasi Ginjal Credit: unsplash.com/Robina

Data IDAI pun ikut menunjukkan gejala apa saja yang dialami oleh 152 anak tersebut. Gejala awal yang dialami berkaitan dengan infeksi saluran cerna. Ada sebanyak 44,1 persen anak diantaranya yang mengalaminya.

"44,1 persen itu infeksi saluran cerna. Ada diare, kemudian infeksi saluran pernapasan atas (30,3 persen), ada demam (18,4 persen), dan ada gejala lainnya. Jadi infeksi saluran cerna berupa diare itu banyak," ujar Piprim.

Sedangkan gejala spesifik yang dialami pada pasien adalah anuria atau terhentinya produksi urin. Sekitar 69,1 persen anak mengalami anuria, dan 24,3 persen mengalami oliguria atau berkurangnya produksi urin.

Piprim menjelaskan, produksi urine dapat dikatakan menurun bila kurang dari 10 cc per jam untuk anak dengan berat 10 kilogram. Sehingga dalam 24 jam, anak dengan berat 10 kilogram normalnya harus mengeluarkan urine sekitar 240 cc. 

 


Segera Bawa ke RS Jika Alami Gejala Ini

ilustrasi anak sakit/copyright Rawpixel

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes RI, dr Yanti Herman. Yanti menjelaskan, jika produksi urine anak kurang dari 0,5ml dalam 6-12 jam atau justru tidak ada urine sama sekali dalam 6-8 jam, perlu untuk segera ke rumah sakit.

"(Gejala) yang khas adalah pemantauan jumlah dan warna urine. Pekat atau kecokelatan di rumah masing-masing. Apabila ada anggota keluarga kurang dari 18 tahun yang mengalami gejala ini, dan yang paling penting adalah jumlah dan warna urinenya untuk dilakukan pemantauan," kata Yanti. 

"Jika memiliki anak usia tersebut khususnya balita dengan gejala penurunan volume atau frekuensi air urine, atau sama sekali tidak ada air kencingnya dengan atau tanpa gejala demam, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat."

Yanti menjelaskan, demam sendiri bukan gejala khas dari gangguan ginjal akut. Terdapat pasien yang memang melaporkan adanya demam, namun ada pula yang tidak melaporkan demam sama sekali.

"Jadi demam ini bukan gejala yang khas. Bisa disertai atau tanpa disertai gejala demam," kata Yanti.

Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya