TGIPF Kanjuruhan Ungkap Polisi Tembakkan Gas Air Mata secara Membabi Buta

TGIPF Kanjuruhan menyebut aparat kemanan menembakkan gas air mata secara membabi buta ke arah suporter saat pertandingan Arema Malang vs Persebaya Surabaya usai.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 14 Okt 2022, 17:08 WIB
Polisi dan tentara berdiri di tengah asap gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan tersebut. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Liputan6.com, Jakarta Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF Kanjuruhan menyebut aparat kemanan menembakkan gas air mata secara membabi buta ke arah suporter saat pertandingan Arema Malang vs Persebaya Surabaya usai.

"Melakukan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah lapangan, tribun, hingga di luar lapangan," demikian dikutip dari kesimpulan dan rekomendasi TGIPF yang diserahkan kepada Presiden Jokowi pada Jumat (14/10/2022).

Dalam kesimpulannya, TGIPF juga menemukan aparat keamanan tidak pernah mendapatkan pembekalan atau penataran tentang pelarangan penggunaan gas air mata dalam pertandingan yang sesuai dengan aturan FIFA.

Kemudian tidak adanya sinkronisasi antara regulasi keamanan FIFA (FIFA Stadium Safety and Security Regulations) dan peraturan Kapolri dalam penanganan pertandingan sepak bola.

Tidak terselenggaranya TFG (Tactical Floor Game) dari semua unsur aparat keamanan (Brimob, Dalmas, Kodim, Yon Zipur-5).

"Tidak mempedomani tahapan-tahapan sesuai dengan Pasal 5 Perkapolri No.1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian," demikian isi kesimpulan.

Sementara terkait suporter atau penonton, TGIPF menyebut mereka tidak mengetahui atau mengabaikan larangan dalam memasuki area lapangan pertandingan, termasuk larangan dalam melempar flare ke dalam lapangan Stadion Kanjuruhan.

Kemudian suporter melakukan tindakan dan mengeluarkan ucapan-ucapan bersifat provokatif dan melawan petugas.

"Melakukan tindakan melawan petugas yakni melempar benda-benda keras, dan melakukan pemukulan terhadap pemain cadangan Arema dan petugas," demikian bunyi kesimpulan.

 


Lebih Mengerikan

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan mengungkap fakta detik-detik jatuhnya korban dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Ketua TGIPF, Mahfud Md, mengatakan proses jatuhnya korban yang sebenarnya, jauh lebih mengerikan dari yang beredar di media dan media sosial.

"Fakta yang kami temukan, korban yang jatuh, proses jatuhnya korban itu jauh mengerikan dari yang beredar di televisi dan medsos," ujar Mahfud dalam konferensi pers soal tragedi Kanjuruhan, di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Menurut dia, hal ini terungkap dari rekaman puluhan CCTV yang dimiliki aparat. Rekaman tersebut berhasil merekonstruksi apa yang terjadi di dalam Stadion Kanjuruhan kala itu.

"Karena kami merekonstruksi dari 32 CCTV yang dimiliki aparat. Jadi itu lebih mengerikan dari sekedar semprot mati semprot mati gitu. Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya, terinjak-injak mati. Ada juga beri bantuan pernafasan. Karena yang satunya sudah tidak bisa bernapas. Membantu, kena semprot juga mati. Lebih mengerikan daripada yang beredar," tutur Mahfud.

 


Karena Gas Air Mata

Mahfud mengungkap, jatuhnya korban meninggal, cacat dan kritis di Kanjuruhan, berawal dari desak-desakan yang disebabkan oleh gas air mata yang ditembakkan polisi.

Saat ini, lanjut dia, BRIN tengah meneliti tingkat keterbebahayaan kandungan gas air mata tersebut.

"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis, dipastikan terjadi karena desakan-desakan setelah gas air mata disemprotkan. Adapun tingkat peringkat keberbahayaan, racun dari gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN. Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian masal itu disebabkan terutama oleh gas air mata," ujar Mahfud Md.

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/10/2022) siang.

 


Lapor Jokowi

TGIPF Kanjuruhan siap melaporkan hasil investigasi terkait tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, TGIPF tragedi Kanjuruhan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pukul 13.11 WIB dengan menggunakan bis Kemenko Polhukam. Tampak kehadiran Menko Polhukam Mahfud Md selaku Ketua TGIPF

Hadir juga para anggota TGIPF lainnya untuk menyampaikan investigasi kepada Jokowi. Berdasarkan informasi, TGIPF akan diterima Jokowi pada pukul 13.30 WIB.

"Saya bersama 13 anggota TGIPF kerusuhan sepakbola di Kanjuruhan akan menghadap ke Presiden untuk menyampaikan laporan berdasarkan temuan-temuan yang mungkin ada yang belum terungkap di berbagai media atau tim-tim lain," kata Mahfud kepada wartawan.

Infografis Daftar 130 Nama Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya