Liputan6.com, Jakarta - Meta akan mengakhiri dukungan instan article pada pertengahan April 2023. Format berita ini meluncur ke Facebook sejak 2015 untuk membantu artikel berita dimuat dengan cepat di perangkat seluler.
Namun, perusahaan dikatakan sedang merestrukturisasi dan bakal mengarahkan lebih banyak sumber dayanya ke produk yang lebih penting, termasuk fitur yang berfokus pada video seperti Reels.
Advertisement
"Saat ini kurang dari 3% dari apa yang dilihat orang di seluruh dunia di feed Facebook adalah posting dengan tautan ke artikel berita," kata juru bicara Meta kepada Engadget, dikutip Sabtu (15/10/2022).
"Dan seperti yang kami katakan awal tahun ini, sebagai bisnis, tidak masuk akal untuk berinvestasi berlebihan di area yang tidak sesuai dengan preferensi pengguna," sambungnya.
Perusahaan menunjukkan bahwa pengguna menghabiskan lebih banyak waktu menonton video, terutama yang berdurasi pendek, dan mereka ingin melihat lebih sedikit berita dan konten politik di Facebook.
Axios, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, mencatat bahwa Meta telah mengurangi investasinya dalam konten berita, seperti dengan mengakhiri pembayaran yang diberikannya kepada penerbit AS untuk memasukkan artikel mereka di tab Berita.
Pada minggu lalu, perusahaan juga mengatakan bahwa mereka akan menutup platform Buletin pada awal 2023.
Dengan dimatikannya instant article pada pertengahan April 2023, ada waktu enam bulan bagi para penerbit untuk menilai kembali strategi akun Facebook mereka.
Setelah itu, saat pengguna mengetuk tautan ke artikel berita di aplikasi seluler Facebook, mereka akan dibawa ke situs web penerbit itu sendiri.
Rusia Cap Meta Sebagai Organisasi Teroris dan Ekstremis
Di sisi lain, Meta yang merupakan perusahaan induk Facebook bentukan Mark Zuckerberg disebut-sebut masuk ke dalam daftar buku hitam pemerintah Rusia.
Adalah Rosfinmonitoring, Layanan Pemantauan Keuangan Federal Rusia yang memasukkan pemilik Facebook, Instagram, dan WhatsApp ini ke dalam daftar teroris dan ekstremis.
Diketahui, Meta pertama kali ditetapkan sebagai organisasi teroris untuk pertama kalinya oleh Rusia pada Maret 2022.
Kala itu, pengadilan Moskow mengklaim platform media sosial populer di dunia ini menjadi tempat beredarnya informasi hoaks.
Sebulan kemudian, Mark Zuckerberg menjadi salah satu petinggi teknologi yang dilarang masuk Rusia karena dianggap mempromosikan paham "Russophobia".
Sontak kabar ini membuat jutaan pengguna Facebook, Instagram, dan WhatsApp di Rusia kebingungan tentang klasifikasi "teroris" dan "ektrimis" oleh pemerintah.
Organisasi hak internet Rusia, Roskomsvoboda menjelaskan masuknya Meta ke dalam daftar hitam Rosfinmonitoring tidak mencegah pengguna terus menggunakan layanan media sosial.
Akan tetapi, pengguna tidak bisa transaksi keuangan dengan perusahaan atau layanan milik Meta lainnya, seperti WhatsApp, Instagram, hingga merek lainnya.
Ini berarti pengguna yang berbasis di Rusia tidak dapat secara legal memakai opsi monetisasi di Instagram atau Facebook, menjalankan iklan di platform, atau bertransaksi apa pun di toko yang dihosting di kedua platform.
Perlu dicatat, Facebook telah berhenti menawarkan layanan mereka untuk membuat dan menjalankan iklan bagi pengguna dan perusahaan Rusia pada Maret 2022.
Pengacara Rusia Pavel Chikov menjelaskan, memberikan gambaran berbeda di Telegram dengan mengatakan kantor kejaksaan telah mulai mendistribusikan peringatan kepada pengguna Facebook dan Instagram.
Dia menyebutkan, pengguna akan didenda administratif atau pidana karena memposting di platform layanan media sosial tersebut.
Advertisement
Meta Perkenalkan Headset VR Quest Pro Seharga Rp 23 Juta
Sebulan lalu, Mark Zuckerberg, CEO Meta mengungkap bakal meluncurkan kehadiran headset VR terbaru mereka Oktober 2022.
Sesuai janji, perusahaan merilis headset VR Quest Pro bertepatan dengan acara Meta Connect 2022.
Sebelumnya, bocoran tentang headset VR baru milik Meta ini sudah ramai beredar di dunia maya, mulai dari nama kode perangkat Project Cambria hingga foto bentuk headset.
Dengan pengumuman ini, perusahaan bentukan Mark Zuckerberg itu juga sudah mulai proses preorder di Amazon.
Quest Pro sendiri tampil dengan beberapa peningkatan dengan optik baru menggantikan lensa Fresnel yang terpasang di Quest 2.
Meta juga menegaskan, Quest Pro adalah headset VR pertama yang menggunakan Qualcomm Snapdragon XR2+.
Mengutip IGN, Rabu (12/10/2022), perangkat ini digadang-gadang mampu bekerja optimal dengan performa 50 persen lebih tinggi ketimbang Quest 2.
Harga Meta Quest Pro
Selain itu, headset Quest Pro ini juga mampu menjaga suhu perangkat lebih baik ketika dipakai dalam waktu lama.
Berdasarkan penjelasan Meta, Quest Pro diklaim memiliki piksel 37 persen lebih banyak dan 10 persen lebih besar daripada Quest 2.
Dalam hal desain, Quest Pro memiliki bodi lebih ramping dan ringkas dibandingkan Quest 2 dengan lensa berbentuk panekuk dab baterai melengung di bagian belakang.
Meta mengklaim, Quest Pro ini sebagai headset VR tertipis dan paling seimbang yang pernah dibuat.
Untuk perangkat pengendali, Quest Pro disertakan dengan kontroler bernama Touch Pro yang dilengkapi sensor bawaan pada setiap pengontrol.
Dengan ini, kontroler Quest Pro dapat melacak posisi pengguna dalam ruang 3D. Meta mengonfirmasi, Quest Pro ini dibuat untuk bekerja bukan untuk bermain gim.
Meski begitu, headset VR ini kompatible dengan aplikasi dan game Quest 2. Meta memasang harga Quest Pro di USD 1499 atau sekitar Rp 23 jutaan.
Advertisement