Liputan6.com, Gambia Pada Jumat, 14 Oktober 2022, Pemerintah Gambia menyatakan, jumlah kematian anak akibat gagal ginjal akut yang diduga terkait dengan sirup obat batuk buatan India bertambah menjadi 70 dari sebelumnya 69 kasus.
Penambahan kasus kematian gagal ginjal akut anak tersebut disampaikan Presiden Gambia Adama Barrow. Informasi disampaikan dalam pertemuan kabinet darurat yang digelar pada hari Kamis (13/10/2022) untuk membahas krisis, menurut pernyataan kepresidenan.
Advertisement
Melansir U.S News, Sabtu (15/10/2022), sirup obat batuk diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Ltd yang berbasis di New Delhi, India. Sejak terjadi kasus kematian anak di Gambia, pabrik itu ditutup di India utara untuk penyelidikan lebih lanjut dari otoritas kesehatan setempat.
Pemerintah Gambia juga sedang menyelidiki kematian gagal ginjal akut anak dan minggu ini membentuk komisi penyelidikan baru untuk menangani kasus, sebagaimana pernyataan resmi.
Adapun penghentian produksi sirup obat batuk di pabrik Maiden Pharmaceuticals, India dilakukan menyusul laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahwa obat tersebut mungkin terkait dengan kematian puluhan anak di Gambia.
Menteri Kesehatan di Negara bagian Haryana, Anil Vij mengatakan, pihak berwenang memeriksa pabrik Maiden yang berlokasi di dekat Kota Sonipat. Temuan terdapat 12 pelanggaran praktik yang tidak sesuai prosedur.
Pekan lalu, WHO menyatakan, analisis laboratorium dari empat produk obat batuk India yang diproduksi Maiden, yaitu Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup terkandung dietilen glikol dan etilen glikol. Kandungan tersebut dapat menjadi racun dan timbal sehingga mengakibatkan cedera ginjal akut.
Peringatan WHO
Pada 10 Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan global terhadap empat sirup obat batuk yang disinyalir terkait dengan kematian 66 anak di Gambia. WHO menyebut, sirup itu berpotensi menyebabkan gagal ginjal akut dan 66 kematian pada anak.
Produk-produk itu dibuat oleh perusahaan India, Maiden Pharmaceuticals. Menurut WHO, perusahaan Maiden gagal menyediakan jaminan tentang keamanan produk mereka.
Pejabat India menyatakan, bahwa mereka sudah meminta WHO untuk membagikan bukti keterkaitan antara obat batuk itu dengan sejumlah kematian anak.
WHO mengidentifikasi keempat obat batuk dimaksud adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Keempat produk telah diidentifikasi tersedia di Gambia, tetapi 'bisa saja didistribusikan melalui pasar informal ke negara atau kawasan lain'," tulis WHO sebagaimana tercantum dalam peringatan yang dipublikasikan di laman resmi mereka.
BWHO juga memperingatkan penggunaan obat tersebut bisa menyebabkan penyakit serius maupun kematian, terutama di antara anak-anak. Intervensi WHO datang, setelah otoritas kesehatan Gambia yang merupakan salah satu destinasi wisata populer, mendeteksi peningkatan kasus penyakit ginjal akun di antara anak-anak balita pada akhir Juli 2022.
Advertisement
Setop Sirup Obat Batuk
Sejak adanya laporan WHO, Pemerintah Gambia menyetop penggunaan semua sirup obat batuk yang mengandung parasetamol, kemudian menggantinya dengan tablet.
Direktur Layanan Kesehatan Gambia, Mustapha Bittay mengatakan kepada BBC's Focus dalam program Afrika, angka kematian telah menurun sejak pelarangan tersebut, tapi dua kasus tambahan tercatat dalam dua minggu terakhir.
Gambia saat ini belum memiliki laboratorium yang mampu menguji, apakah obat-obatan aman digunakan. Karena itu, Pemerintah Gambia mengirimkannya ke luar negeri untuk diuji.
Bittay menambahkan, Gambia sedang berdiskusi dengan World Bank untuk bisa mendanai pengadaan laboratorium pengujian mutu.
Sementara WHO menyebut laboratorium yang menganalisis sejumlah sampel produk 'mengonfirmasi bahwa obat batuk itu mengandung kontaminan dietilen glikol dan etilen glikol dalam jumlah yang tidak bisa diterima'.
Senyawa itu beracun dan efeknya meliputi sakit perut, muntal, diare, tidak mampu kencing, sakit kepala, perubahan kondisi mental, hingga cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.
Kemungkinan Terdistribusi Global
Bittay menegaskan sampel sirup obat batuk India yang beredar di Gambia mendeteksi E.coli, bakteri penyebab diare dan muntah-muntah. Pejabat kesehatan Gambia mengatakan pada bulan lalu, puluhan anak meninggal dunia, tanpa menyebut angka pasti.
Merespons kematian tersebut, Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus mengatakan di Jenewa, Swiss Rabu pekan lalu, "Kehilangan nyawa anak-anak muda ini jelas sangat menyedihkan bagi keluarga mereka."
kantor berita AFP menyebut WHO bahwa Organisasi Pengawasan Standar Obat Pusat India mengindikasikan produsen obat batuk yang bersangkutan mungkin hanya memasok obat-obatan yang terkontaminasi ke Gambia, mengutip email dari badan kesehatan PBB.
Tetapi, produk tersebut bisa saja 'terdistribusi global' karena 'produsen mungkin telah menggunakan bahan yang terkontaminasi yang sama dalam produk lain dan mendistribusikannya secara lokal atau mengekspor', menurut laporan WHO.
Sementara itu, di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa empat obat batuk mengandung parasetamol produksi Maiden Pharmaceuticals Limited, India tidak terdaftar di Indonesia.
"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," demikian keterangan resmi BPOM seperti yang diterima Health-Liputan6.com pada Rabu, 12 Oktober 2022.
Advertisement