Menggenal Anggrek Tebu, Jadi Idola tapi Makin Langka di Habitatnya

Tanaman ini memiliki nama latin Grammatophyllum speciosum, atau sering dikenal dengan sebutan anggrek tebu. Tamanan ini merupakan jenis anggrek terbesar di dunia, karena tinggi batangnya mencapai 1,5 hingga 3 meter.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 16 Okt 2022, 07:00 WIB
(Liputan6.com / Dok. Taman Sakat)

Liputan6.com, Palangka Raya Bunganya berwarna kuning dengan bintik coklat, merah, bahkan agak kehitam-hitaman. Namun, batangnya mempunyai ukuran yang besar, sepintas mempunyai kemiripan dengan tanaman tebu.

Tanaman ini memiliki nama latin Grammatophyllum speciosum, atau sering dikenal dengan sebutan anggrek tebu. Tamanan ini merupakan jenis anggrek terbesar di dunia, karena tinggi batangnya mencapai 1,5 hingga 3 meter.

Anggrek raksasa ini merupakan salah satu dari jenis anggrek yang tumbuh di Indonesia. Seperti yang ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Bahkan anggrek tebu paling besar yang pernah tercatat dalam pameran besar tahun 1851 di Hyde Park di London. Saat itu dipajang anggrek tebu dengan berat dua ton dalam satu rumpun.

Tanaman ini, kini menjadi primadona yang banyak diminati masyarakat. Berdasarkan penelitian Ellok Dwi Sulichantini, Susylowati dan Ariya Ramadhan dari Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dijelaskan mengenai sulitnya menemukan anggrek tebu saat ini di habitat aslinya.

Menurut mereka, hal tersebut karena faktor perubahan atau rusaknya habitat, akibat penebangan hutan dan alih guna lahan. Eksploitasi anggrek tebu di alam, dijelaskannya akan mengakibatkan kepunahan.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Konservasi dengan Kultur Jaringan

Peneliti lantas mendorong upaya kegiatan konservasi. Salah satu cara, dengan teknik perbanyakan kultur jaringan. Ini dapat dilakukan tanpa perlu adanya asosiasi dengan mikoriza.

“Teknik kultur jaringan merupakan solusi perbanyakan biji yang tidak mempunyai cadangan makanan seperti anggrek, menggunakan media buatan kaya nutrisi,” ungkapnya dalam jurnal Agrifor yang berjudul Respon Morfogenesis Eksplan Pucuk Anggrek Tebu.

Kemudian pada tahun 2018, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat itu bernama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaksanakan konservasi anggrek tebu melalui kegiatan eksplorasi di hutan-hutan Indonesia termasuk pengembangan benih sintetik.

Sementara jika di Kalimantan, anggrek tebu sering dimanfaatkan masyarakat sebagai ramuan herbal untuk mengobati mioma aau tumor jinak. Penyakit ini adalah pertumbuhan daging pada rahim wanita yang bersifat tidak ganas. Namun terkait hal tersebut, nampaknya membutuhkan penelitian lebih lanjut.

“Bagian anggrek tebu yang digunakan sebagai obat adalah batang dan daun,” tulis Tri Suwarni Wahyudiningsih, Yanetri Asi Nion, dan Pahawang dalam Jurnal Biodjati yang berjudul 'Pemanfaatan Anggrek Spesies Kalimantan Tengah Berbasis Kearifan Lokal yang Berpotensi Sebagai Bahan Obat Herbal'.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya