Liputan6.com, Jakarta Parasetamol yang terkandung pada sirup obat batuk produksi India di Gambia, Afrika Barat disebut-sebut menjadi penyebab kematian 70 anak akibat gagal ginjal akut. Pihak berwenang India telah menghentikan produksi sirup obat batuk di pabrik Maiden Pharmaceuticals Ltd yang ada di India itu.
Dari kasus obat batuk yang bermasalah di Gambia, muncul kekhawatiran soal penggunaan parasetamol di Indonesia. Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati menyampaikan, masyarakat tak perlu cemas.
Advertisement
Sebab, penggunaan parasetamol di Indonesia terbilang aman. Kuncinya, penggunaan obat harus sesuai dosis yang dianjurkan. Jika gejala masih belum reda, maka dapat segera berkonsultasi ke dokter.
"Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia masih aman. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir dengan penggunaan parasetamol, selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan," jelas Zullies dalam pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com baru-baru ini.
"Apalagi, umumnya pemakaian parasetamol hanya bila perlu saja, dalam jangka relatif pendek. Jika ada gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindaklanjut yang sesuai."
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang banyak dipakai untuk meredakan sakit kepala ringan akut, nyeri ringan hingga sedang, serta demam.
Perlu dipahami, keracunan obat parasetamol karena dosis berlebihan dapat menimbulkan gejala mengantuk, kejang, sakit perut, mual, muntah, kerusakan hati hingga koma. Kelebihan dosis parasetamol sangat berbahaya dan biasanya baru muncul tiga hari setelah obat dikonsumsi.
Dosis Aman Parasetamol
Parasetamol atau nama lainnya asetaminofen adalah obat yang berefek menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan termasuk untuk anak-anak dan ibu hamil/menyusui, dan orang dengan gangguan lambung.
"Tentunya, sepanjang dipakai dalam dosis terapinya. Dosis terapi parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg sampai 2 gram, bisa digunakan 3 - 4 kali sehari per 500 mg (jika masih nyeri atau demam), dengan maksimal penggunaan 4 gram (8 x 500 mg)," Zullies Ikawati melanjutkan.
"Dosis untuk anak menyesuaikan usia dan berat badan. Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang."
Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5 sampai 10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang.
"Kematian bisa terjadi (mencapai 3 sampai 4 persen kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. Secara mekanisme, toksisitas (keracunan) parasetamol lebih banyak terjadi pada liver/hati, bukan pada ginjal," ucap Zullies.
Hepatotoksisitas merupakan keadaan sel-sel hati mengalami kerusakan karena zat-zat kimia yang bersifat toksik.
Advertisement
Penggunaan Parasetamol pada Anak
Anak dapat diberikan parasetamol ketika mengalami demam dengan suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celsius, mengalami sakit kepala ataupun sakit telinga.
Parasetamol juga dapat diberikan usai si kecil menerima imunisasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri selesai penyuntikan. Meski begitu, pemberian parasetamol tetap harus berdasarkan anjuran dan pengawasan dokter agar tidak terjadi efek samping yang merugikan.
Pemilihan jenis obat parasetamol untuk anak disesuaikan tergantung usia anak, kemampuannya mengonsumsi obat, serta tingkat keparahan penyakit yang dialami.
Parasetamol tersedia dalam bentuk tablet, sirop, dan suppository. Dosis parasetamol untuk anak umumnya lebih rendah dari orang dewasa, bergantung dengan usia serta kondisi lain yang dialami si kecil.
Orangtua dapat bertanya ke dokter spesialis anak untuk tahu dosis parasetamol yang tepat bagi anak berusia lebih kecil maupun anak usia lebih besar. Hal ini penting, terutama bila orangtua tak yakin soal berapa banyak dosis obat yang aman diberikan.
Mengutip KlikDokter, dosis parasetamol untuk anak adalah 10-15 mg/kgBB. Misalnya, jika si kecil memiliki berat badan 10 kg, maka berikan parasetamol dengan dosis 100 mg. Dosis tersebut untuk setiap kali pemberian. Biasanya, dalam 24 jam, parasetamol diberikan sebanyak 4 kali dengan jeda masing-masing selama enam jam.
Bentuk Sediaan Parasetamol Anak
Parasetamol dapat diberikan dalam berbagai bentuk sediaan dan disesuaikan dengan usia anak, di antaranya:
1. Parasetamol Sirup
Parasetamol sirup atau oral suspension dapat diberikan sejak bayi (usia 2-3 bulan). Dosis dan frekuensi pemberian disesuaikan dengan berat badan bayi dan anjuran dokter.
Kelebihan parasetamol sirup adalah dapat diberikan hingga anak berusia semakin besar, bahkan hingga usia 12 tahun.
2. Parasetamol Tablet
Parasetamol tablet umumnya diberikan pada anak yang usianya sudah lebih besar dan mampu menelan obat dengan benar, misalnya anak usia 6 tahun.
Bagi anak yang kesulitan menelan obat, tablet parasetamol juga tersedia dalam bentuk chewable tablets atau tablet kunyah dengan berbagai rasa yang lebih mudah dikonsumsi oleh anak.
3. Parasetamol Suppositoria
Parasetamol suppositoria biasanya diberikan pada anak yang tidak mampu minum obat melalui mulut, misalnya sedang mengalami mual dan muntah. Biasanya parasetamol suppositoria hanya diberikan sementara hingga anak mampu untuk mengonsumsi obat melalui mulut kembali.
Advertisement