Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat Indonesia adalah negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia dengan mengusung nama Hindia Belanda untuk edisi 1938 di Prancis. FIFA pun sudah mengakui itu.
Lalu bagaimana Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 1938? Jawabannya sesederhana aturan turnamen kala itu. Ya, Indonesia lolos tanpa harus bertanding melawan negara-negara Asia lainnya di babak kualifikasi seperti sekarang.
Advertisement
Dinukil dari berbagai sumber, salah satunya catatan KNVB, tiket untuk Indonesia terbang ke Prancis 1938 diperoleh secara gratis alias cuma-cuma. Tetapi bukan tanpa sebab.
Sejumlah negara memutuskan menolak berpartisipasi di Prancis 1938 karena berbagai alasan, termasuk situasi geo politik ketika itu. Di antaranya Inggris, Skotlandia, China, Jepang, Kosta Rika, Argentina, Uruguay, Kolombia, Meksiko, El Salvador, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Namun, bukan berarti Indonesia diizinkan hadir tanpa syarat. Sebab FIFA juga memandang kualitas sepak bola Hindia Belanda di era 1930-an merupakan salah satu yang terbaik.
Ada catatan sejarah dalam Arsip Nasional Belanda yang menyebutkan Hindia Belanda pernah berpartisipasi di ajang Olimpiade Asia Timur Jauh yang melibatkan Kekaisaran Jepang, Republik China, dan Kepulauan Filipina yang bertindak sebagai tuan rumah.
Delapan cabang olahraga (cabor) dipertandingkan dalam pesta olahraga Far Eastern Championship Games 1934 yakni atletik, bisbol, bola basket, selam, sepak bola, renang, tenis dan bola voli.
Hindia Belanda Bantai Jepang
Di cabor sepak bola, Hindia Belanda berada di posisi kedua di belakang China. Setelah membantai Jepang 7-1 dalam laga pertama, Hindia Belanda, harus takluk di dua pertandingan selanjutnya.
Masing-masing kalah 0-2 dari China dan 2-3 dari tuan rumah Filipina dalam pertandingan terakhir.
Meski hanya mengoleksi dua poin, dan menelan dua kali kekalahan, Hindia Belanda menempati posisi kedua pada klasemen akhir karena unggul produktivitas gol dari Filipina dan Jepang yang juga sama-sama mengoleksi poin sama.
Jika Far Eastern Championship Games 1934 jadi acuan FIFA saat itu, untuk menentukan wakil Asia di Piala Dunia 1938, maka seharusnya China yang berhak hadir di Prancis. Ajang Far Eastern Championship Games sendiri batal dilaksanakan pada tahun 1938.
Advertisement
Hari Bersejarah Sepak Bola Indonesia
Sepak bola berkembang pesat di Hindia Belanda pada era 1930-an, di mana Persatuan Sepak Bola Hindia Belanda (NIVU) didirikan.
Ada sekitar 400 klub dengan 4.000 anggota. Tetapi tidak ada persaingan nyata karena sebagai wilayah kepulauan, Hindia Belanda terlalu besar dan transportasi menjadi kendala utama pada zaman itu.
Karenanya model kompetisi yang dilaksanakan di wilayah perkotaan banyak diadakan di Jawa dan Sumatera. Tim pemenang dari masing-masing kota dan pulau, kemudian bermain untuk kejuaraan Hindia Belanda.
Sejumlah pemain pilihan dari Kejuaran Hindia Belanda tersebut, kemudian pergi ke Prancis untuk menghadapi salah satu negara kuat sepak bola kala itu, Hongaria pada 5 Juni 1938 di Kota Reims, Prancis.
Piala Dunia saat itu, dikemas sederhana, dari mulai penentuan peserta hingga sistem kompetisi gugur. Mereka yang kalah harus angkat koper.
Dinikmati lewat Siaran Radio
Di Stadion Velodrome Municipal, Reims, di depan 20.000 penonton, Hindia Belanda turun ke lapangan. Tim bermain dengan kostum oranye, celana pendek putih, dan kaus kaki biru muda.
Sejak awal Hindia Belanda tidak akan mudah melakoni pertandingan lawan Hungaria. Pada saat itu, Hungaria dianggap sebagai kekuatan besar sepak bola dan merupakan favorit untuk gelar juara dunia. Benar saja, Indonesia dihancurkan Hungaria 0-6.
Di Hindia Belanda sendiri, suporter sepak bola bisa mendengarkan siaran langsung radio Wereldomroep yang dipandu penyiar Han Hollander. Setelah 45 menit, skor sudah 4-0 untuk Hungaria.
Di babak kedua, Hungaria memutuskan untuk bermain santai. Mereka melambat dan mencetak skor hanya dua kali. Hindia Belanda tidak dapat menolak kenyataan kalah kelas dari Hungaria.
Setelah 90 menit bermain, tim harus pulang meninggalkan turnamen. Tetapi kalah telak, tak membuat skuat Hindia Belanda tertunduk lesu. Tawa kebahagian karena sudah tampil di kejuaraan dunia sepak bola, tetap jadi kebanggaan. Apalagi menghadapi Hungaria yang kemudian menapak hingga final, sebelum dikalahkan Italia.
Advertisement
Catatan Perjalanan Nawir
Selama sepekan perjalanan dengan perahu harus ditempuh untuk satu pertandingan sepak bola. Tapi itu semua sepadan. Setelah itu, kapten Nawir menulis dalam laporan perjalanannya: 'Ini tentang olahraga, yang menciptakan kegembiraan dalam hidup dan tidak berubah menjadi wajah muram dari orang-orang yang sangat menginginkan kesuksesan murni.'
Sebuah pemikiran yang bagus, tetapi majalah Belanda Sportkroniek menulis dengan sinis dan menilai kinerja Hindia Belanda saat hadapi Hungaria jauh dari harapan.
"Titik terlemahnya adalah mereka memainkan playmaking yang sangat lemah, atau sebenarnya para pemain sama sekali tidak tahu apa itu playmaking. Apa yang dilakukan seorang pemain ketika tidak menguasai bola sama pentingnya dengan ketika seorang pemain menguasai bola. Dan para pemain Hindia Belanda belum mengetahuinya, karena ketika mereka tidak menguasai bola, mereka biasanya tidak melakukan apa-apa," tulis Sportkroniek.
Tetapi, reporter radio Han Hollander jauh lebih baik dalam menyampaikan narasi perjuangan para pemain Hindia Belanda saat hadapi Hungaria. Jurnalis radio olahraga pertama di Belanda itu, memuji para pemain atas semangat juang mereka.
Hindia Belanda Hadapi Belanda setelah Piala Dunia 1938
Di Piala Dunia 1938, Radio Wereldomroep juga menyiarkan langsung pertandingan Belanda melawan Cekoslowakia. Sama halnya dengan Hindia Belanda, Belanda juga menelan kekalahan setelah takluk 0-3.
Oranye Besar dan Oranye Kecil sama-sama harus angkat koper untuk meninggalkan Prancis 1938. Beberapa pekan kemudian, Hindia Belanda melawan Belanda dalam pertandingan di Stadion Olimpiade Amsterdam.
Oranye Besar menghancurkan Oranye Kecil dengan skor 9-2. Tetapi kekalahan telak itu, tak membuat hati para pemain Hindia Belanda ikutan hancur. Momen pertemuan dengan Pangeran Bernhard, lebih membahagiakan dan tak terlupakan ketimbang memikirkan kekalahan besar di lapangan hijau.
Advertisement