Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya meningkatkan kualitas produk sampai ke tangan konsumen, PT NS BlueScope Indonesia bekerjasama dengan Surya Mas Group membangun kolaborasi merek bersama. Penandatanganan kerjasama dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2022 berlokasi di Makassar.
Advertisement
Presiden Direktur PT NS BlueScope Indonesia Lucky Lee, menjelaskan, sebagai pelopor inovasi baja lapis alumunium seng (BJLAS), BlueScope telah berperan dalam pembangunan infrastruktur maupun perumahan di Indonesia.
"Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional Indonesia, kami terus berkomitmen untuk memberikan nilai tambah dalam menjalankan usaha kami dengan berkolaborasi," tutur dia.
PT NS BlueScope Indonesia menggandeng Surya Mas Group sebagai Rollformer ternama dengan rekam jejak 16 cabang atau titik distribusi di Indonesia Tengah dan Timur, membangun kerjasama strategis merek bersama menggunakan logo Steel Supplied by BlueScope pada merek GajahlumePro dan Bestlume.
Steel Supplied by BlueScope sebagai komitmen kedua perusahaan memberikan jaminan mutu kualitas rangka baja ringan, atap, dan rangka plafon untuk perlindungan konsumen.
Adanya 3 identifikasi warna pada merek bersama memudahkan konsumen peruntukan yang sesuai kualitas baja lapisnya. Rangka Baja Ringan atau Atap dengan sticker berwarna biru menggunakan material berbahan dasar AZ100 yang memiliki ketahanan karat yang terjamin melalui garansi sampai dengan 10 tahun dan ketahanan warna yang terjamin melalui garansi sampai dengan 5 tahun.
Untuk melengkapi rangkaian produk juga tersedia produk untuk Atap dan Dinding dengan sticker berwarna merah dengan bahan dasar AZ70 yang cocok untuk atap ekonomis. Terakhir, penggunaan Rangka Plafon yang berbahan tersedia material dengan sticker berwarna hijau berbahan dasar AZ50.
“Kami fokus mengembangkan merek GajahlumePro yang diproduksi oleh PT. Surya Mas Indobaja dan merek Bestlume yang diproduksi oleh PT Surya Sukses Selalu dan PT. Surya Mekar Abadi untuk Atap menggunakan material AZ100& AZ70, Rangka Bajaringan menggunakan material AZ100 dan hollow/rangka plafon menggunakan material AZ50 dari PT NS BlueScope Indonesia," tutur Presiden Direktur Surya Mas Group Kismono Wiyogo.
"Jaminan mutu dan keekonomisan produk atap, rangka baja ringan dan rangka plafon adalah fokus utama Kami untuk kepuasan serta perlindungan konsumen," tutup dia.
Ragam Produk
BlueScope merupakan perusahaan manufaktur baja yang telah memiliki rekam jejak dengan lebih 14.000 karyawan di dunia.
BlueScope telah hadir di Indonesia sejak tahun 1994 dengan memproduksi BJLAS secara dalam negeri di pabrik yang terletak di Cilegon, Banten. Tahun 2013 BlueScope dan Nippon Steel sepakat untuk memperkuat untuk memenuhi kebutuhan baja lapis di ASEAN khususnya Indonesia dengan membentuk joint venture PT. NS BlueScope Indonesia.
Produk jadi BlueScope digunakan pada berbagai jenis bagian bangunan diantaranya penutup atap, dinding, baja ringan, maupun untuk kegunaan lainnya seperti manufaktur.
Advertisement
Hilirisasi Nikel Bikin Ekspor Besi Baja Meroket 18 Kali Lipat
Indonesia baru saja merayakan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia. Di usianya yang cukup matang itu, ekonomi Indonesia bisa dikatakan relatif stabil dan pulih lebih cepat dari dampak pandemi di tengah guncangan perekonomian global.
Salah satu indikator dari kondisi itu adalah kian tampaknya peran vital sektor industri bagi perekonomian Indonesia. Sektor manufaktur sudah berada on the right track, yang ditunjukkan dengan dominasi produk-produk hilir pada struktur ekspor Indonesia.
Keberhasilan Indonesia dengan program hilirisasi dan manufaktur itu juga diungkapkan Presiden Joko Widodo ketika menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen, Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (16/8/2022), lalu.
Presiden Jokowi menyatakan, kebanggaannya bahwa hilirisasi dan manufaktur di dalam negeri terus tumbuh pesat. Menurut Presiden Jokowi, pertumbuhan itu juga diikuti dengan investasi yang juga meningkat tajam.
“Bahkan dari total investasi, sebanyak 52 persen di antaranya, berada di luar Jawa. Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia Sentris," ujar Presiden.
Kepala Negara menambahkan, dengan kekuatan dan peluang besar tersebut, seluruh elemen masyarakat Indonesia mempunyai kesempatan besar untuk membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Kesempatan besar dimaksud berupa hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam.
Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja sebanyak 18 kali lipat. Pada 2014, hanya sekitar Rp16 triliun. Pada 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun.
“Di akhir 2022 ini, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun. Itu hanya dari nikel,” ujar Presiden Jokowi.
Selain penerimaan pajak, devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil. Sekarang ini, Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global.
Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikut berinvestasi di Indonesia. Setelah nikel, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah. Menurut Kepala Negara, Indonesia harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
Dongkrak Kinerja Industri
Pernyataan Presiden Joko Widodo juga diamini oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menurutnya, pihaknya terus melakukan pelbagai upaya untuk mendongkrak kinerja sektor industri.
Pasalnya, Menteri Agus menambahkan, kontribusi di sektor itu terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Bahkan, sektor itu berperan dalam pembangunan Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
“Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada pidato di sidang tahunan, kekuatan yang kita miliki merupakan modal kuat untuk membangun Indonesia,” ujar Agus Gumiwang.
Menurut Agus, penghiliran dan industrialisasi menjadi modal utama bagi industri manufaktur dalam negeri untuk bisa melesat dan menunjukkan performa yang lebih baik pada tahun depan. Kinerja manufaktur pun diharapkan bisa melesat seiring dengan bertambahnya usia Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kemampuan yang dimiliki merupakan modal kuat, termasuk kemampuan penghiliran dan industrialisasi untuk memaksimalkan nilai tambah bagi kepentingan nasional,” katanya.
Menperin menyampaikan, upaya-upaya yang telah ditempuh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi dalam dua tahun terakhir, bahkan mencapai dua digit. Indikator itu bisa terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggambarkan sektor industri nonmigas tetap tumbuh positif di angka 6,91 persen pada 2021, setelah pada triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan minus -5,74 persen.
Pada triwulan II-2022, pertumbuhan industri tercatat sebesar 4,33 persen. Namun demikian, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berada di level ekspansif sejak November 2020 dan terus menguat sepanjang 2021 hingga saat ini, terkecuali pada Juli dan Agustus akibat merebaknya varian Delta.
“Hal ini menunjukkan kepercayaan diri, daya adaptasi, dan resiliensi sektor industri di masa pandemi, sekaligus optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan,” ungkap Menperin.
Advertisement