Liputan6.com, Jakarta - Brand Esteh Indonesia baru dirintis sekitar empat tahun lalu, pada 2018. Hal itu berangkat dari pengalaman foundernya, Haidhar Wurjanto, yang sering gagal saat berbisnis food and beverages (F&B).
"Karena saya sudah sering alami gagal bisnis, kita jualan yang pasti-pasti aja, yang gampang laku. Es teh siapa yang enggak pernah minum sih," ujar Haidhar saat berbicara di sesi Holysmokes of F&B Brands di Indonesia Brand Founders Summit 2022, di Jakarta, Kamis, 13 Oktober 2022.
Baca Juga
Advertisement
Dengan pengalaman yang ada, ia dan tim tidak hanya sekadar ingin berjualan. Ada misi berbeda agar bisnis yang dijalani bisa lebih bermakna, yakni menciptakan pengusaha melalui model bisnis waralaba.
"Saat ini kita punya 800 outlet...dan menuju 1.000 outlet tahun ini," imbuhnya.
Agar bisa berhasil, pihaknya menyiapkan sejumlah sistem, termasuk memanfaatkan teknologi untuk membuat kelas virtual bagi para pekerja dan mitra bisnis. "Kita ingin berbagi keuntungan dan berbagi risiko," ucap Haidhar.
Esteh Indonesia memerlukan waktu setahun untuk menguji coba menu yang ada. Pertama kali buka di kawasan Blok M dan Ambassador, brand minuman lokal itu justru meledak di Bogor.
"Viral banget di Bogor, rame terus. Pas honeymoon period, omset tinggi," ia menambahkan.
Mengaku sebagai tipical empire builder, sejak usahanya meledak, ia ketagihan untuk menciptakan produk-produk baru yang lebih viral. Egonya terpicu lantaran F&B dinilainya sebagai bisnis high profile. "Tapi sekarang kita mulai declutter (menyeleksi menu yang dipertahankan)," sambungnya.
Semakin Gemuk
Haidhar mengaku sudah terobsesi menjadi pengusaha sejak SMA. Ia banyak menimba ilmu, baik dari buku maupun menyimak pengalaman sesama pengusaha. Dari sederet hal, ia menyebut motivasi di dalam diri sebagai poin terpenting dalam berbisnis.
"Baru diperkuat dari luar, dari teman-teman...Jadi, gagal sekali, dua kali, enggak ada rasa harus nyerah," ujarnya.
Setelah usahanya makin berkembang, pekerjaan rumah terbesar yang dihadapinya saat ini adalah merapikan organisasi di dalam. Hal itu disebutnya tak mudah, terlebih mereka kini memiliki sekitar 4.000 pekerja ditambah 120 orang di kantor pusat, yang isi kepalanya pasti beda-beda.
Itu pun masih akan ditambah karena Esteh Indonesia menargetkan bisa menciptakan 5.000 pengusaha di tahap pertama. Harapannya, jumlah pengusaha di Indonesia akan bertambah yang saat ini masih di angka 3,5 persen, di bawah Singapura (9 persen) dan Malaysia (4--5 persen).
"Kita sekarang fokus untuk kembangin ini sampai organisasi ini robust, stabil, dan kokoh. Kalau udah bagus, baru pikir buat brand baru lagi," ujarnya.
Advertisement
Sasar Kota Kecil
Ia meyakini bisnis yang bisa berhasil adalah yang memiliki manajemen paling rapi. Selain itu, perusahaan dituntut untuk bisa beradaptasi, bergerak lincah, ditambah bisa menggunakan teknologi dengan baik dan keterampilan mengelola keuangan yang mumpuni.
"Semua hal itu lalu dibungkus dengan visi, misi, dan value-nya apa. Suatu hal yang enggak terlihat, tapi itulah tugasnya founder. C level," ia menyebut.
Kejelian itulah yang membuat Esteh percaya diri dengan membuka lebih banyak outlet di luar Jabodetabek. Meski jauh dari pusat ekonomi, daerah-daerah juga punya spending power cukup besar.
"Seperti Sumatra, Kalimantan, Tabalong... Second and tertier city. Jangan mulu bicara Jabodetabek, tapi justru daerah potensial kembangkan bisnis di sana," ia menyebut.
Esteh Indonesia beberapa waktu lalu jadi perbincangan setelah melontarkan somasi kepada konsumen yang mengkritik produk mereka. Konsumen pemilik akun Twitter @Gandhoyy mengkritik produk Esteh Indonesia, yakni Chizu Red Velvet. Melalui akun miliknya, ia mencuit minuman tersebut seperti gula seberat tiga kilogram disertai kata-kata yang kurang mengenakkan.
Minuman Sehat
Belakangan diketahui persoalan itu berakhir damai. Dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com, tim managemen Esteh Indonesia mengaku sudah melakukan pendekatan persuasif untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan menanyakan kronologis kejadian dan mengarahkan untuk komplen sesuai prosedur perusahaan sebelum memberikan surat teguran.
Esteh Indonesia kemudian mengeluarkan surat teguran sebagai bentuk permintaan untuk menghapus cuitannya yang mengandung unsur pencemaran nama baik. Meski begitu, mereka mengklaim bersedia menerima saran serta kritik dari masyarakat agar dapat terus menjadi lebih baik. Pihak Esteh Indonesia mohon maaf apabila sudah membuat gaduh.
"Sejauh ini kami sudah reachout dan selalu berdamai. Kami berinovasi dengan produk kami," ungkap Head of Departement Marketing, Julyani Dewi didampingi Head of Departement HR,GA dan Legal, M. Reza Kusuma juga Head of Departement QHSE Luthfi.
Lutfhi mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah menyediakan pilihan takaran gula untuk para konsumen. Hanya saja, hal itu belum disampaikan detail kepada konsumen sehingga timbul kesalahpahaman.
"Pilihan itu sudah ada sebelum adanya komentar yang di Twitter. Kami men-display pilihan itu di store kami. Kami berinovasi dengan keinginan customer," terang Dewi.
Advertisement