Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 memasuki babak baru setelah varian XBB terdeteksi di beberapa negara termasuk Singapura. Menurut Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung, varian Omicron dengan kode BA.2.10 ini membuat kasus meningkat.
Gelombang kasus COVID-19 yang didorong oleh jenis XBB kemungkinan akan mencapai puncaknya sekitar pertengahan November, kata Ong, Sabtu (15/10/2022) mengutip Channel News Asia.
Advertisement
“Ini kemungkinan akan menjadi gelombang pendek dan tajam,” kata Ong, seraya mengatakan bahwa Singapura kemungkinan akan mengalami rata-rata sekitar 15.000 kasus harian.
Bila menilik saat gelombang BA.5 masuk di sana, kasus rawat inap mencapai 800 pada bulan Juli. Dan rumah sakit di Singapura sementara mampu mengatasinya. Untuk subvarian ini, Singapura optimistis bisa menangananinya.
Proporsi kasus dengan jenis XBB, subvarian Omicron, telah meningkat di Singapura selama sebulan terakhir. Meskipun sangat menular, sejauh ini tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya.
Pada 14 Oktober, ada 9.087 kasus COVID-19 baru yang dilaporkan di Singapura dan sembilan berada di ICU. Sebanyak 562 pasien dirawat di rumah sakit, dengan 44 membutuhkan oksigen. Rasio infeksi minggu ke minggu adalah 1,64.
Mengacu pada grafik di atas yang menunjukkan jumlah rata-rata pergerakan 7 hari, Ong mengatakan bahwa kasus meningkat, tetapi sudah mulai menurun yang berarti kasus tidak bertambah.
Di Singapura, XBB sekarang menjadi subvarian utama, terhitung 54 persen dari kasus lokal dari 3 hingga 9 Oktober. Subvarian Omicron ini pertama kali terdeteksi pada Agustus di India dan sejak itu terdeteksi di lebih dari 17 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang dan AS.
Dominasi XBB di Singapura
Gelombang saat ini sebagian besar didorong oleh strain XBB, dan infeksi ulang juga berkontribusi pada gelombang kali, kata Ong. Dia menunjukkan bahwa dalam tiga minggu, XBB mengungguli subvarian Omicron lainnya.
"Karena 75 persen dari populasi kita sudah terinfeksi, jadi setiap gelombang baru pastilah infeksi ulang. Itu yang kita lihat sekarang," katanya.
Proporsi infeksi ulang di antara total kasus COVID-19 di Singapura telah meningkat selama sebulan terakhir, dengan infeksi ulang saat ini mencapai sekitar 17 persen dari total kasus baru.
Ong menjelaskan bahwa infeksi ulang segera setelah satu serangan COVID-19 itu jarang terjadi. Peluang terkena COVID-19 lagi selama satu hingga tiga bulan setelah satu infeksi jauh lebih rendah daripada jika seseorang tidak pernah terkena penyakit tersebut. Tapi resistensi ini memudar dari waktu ke waktu.
"Orang yang terinfeksi Oktober lalu atau sebelumnya ... risiko Anda terinfeksi hampir sama dengan orang yang belum pernah terinfeksi COVID. Jadi itu juga yang mendorong infeksi."
Advertisement
Kasus Parah dan Rawat Inap
Direktur Pelayanan Medis Kenneth Mak mengatakan, meski jumlah kasus virus corona meningkat, jumlah kasus parah dan rawat inap tidak sebanyak gelombang sebelumnya.
Ada tempat tidur ICU yang cukup untuk pasien COVID-19 dan non-COVID. Ada pula 50 lebih tempat tidur ICU dewasa untuk kasus COVID-19, tambahnya.
Kementerian Kesehatan setempat mengatakan bahwa dalam menanggapi lonjakan selama dua minggu terakhir, rumah sakit umum telah dengan cepat mengaktifkan berbagai tindakan untuk mengoperasikan sekitar 200 lebih banyak tempat tidur untuk pasien COVID-19.
Ini termasuk menunda penerimaan yang tidak mendesak, memulangkan pasien yang stabil ke rumah atau ke panti jompo. Dan memindahkan pasien yang pulih ke fasilitas perawatan transisi dan rumah sakit komunitas.
"Jumlah kasus COVID di ICU kami perlahan meningkat, karena kasus komunitas meningkat, meskipun pada tingkat yang lebih rendah," katanya.
"Rumah sakit umum kita harus memprioritaskan sumber daya mereka untuk melayani mereka yang sakit parah."
Meningkatkan Kapasitas Tempat Tidur
Dalam dua minggu mendatang, rumah sakit umum di Singapura akan meningkatkan kapasitas tempat tidur untuk pasien COVID-19.
Ini dilakukan secara bertahap hingga 800 tempat tidur pada awal November. Mak menambahkan bahwa anggota masyarakat didorong untuk hanya pergi ke unit gawat darurat untuk kondisi darurat.
"Pada saat ini, kami masih dapat menangani peningkatan kehadiran yang kami lihat di unit gawat darurat. Namun kami sadar bahwa kami perlu terus mempertahankan kapasitas itu," kata Mak.
Sementara, Ong mengimbau warga Singapura untuk menjalankan tanggung jawab pribadi. Mengingatkan masyarakat untuk memantau kesehatan mereka dan melakukan vaksinasi jika memenuhi syarat.
Pada Jumat (14/10/2022) ketika vaksin bivalen Moderna/Spikevax diluncurkan, lebih dari 4.000 orang telah menerima suntikan, kata Depkes.
Vaksin saat ini tersedia bagi mereka yang belum mencapai perlindungan maksimal, atau mereka yang berusia 50 tahun ke atas yang telah menerima dosis vaksin terakhir mereka lebih dari lima bulan yang lalu.
Untuk pertanyaan tentang kapan vaksin bivalen akan tersedia untuk orang yang lebih muda dari 50 tahun, Ong mengatakan bahwa persediaan akan datang. Pemerintah merekomendasikan vaksinasi untuk orang tua terlebih dahulu karena mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.
“Ketika pasokan masuk, niat kami adalah untuk memperluasnya kepada mereka yang lebih muda,” kata Ong.
"Karena itu, saya harus mengatakan, dapatkan perlindungan minimum, yang berarti tiga dosis vaksin. Data kami menunjukkan bahwa vaksinasi masih cukup kuat untuk perlindungan terhadap penyakit parah,” pungkasnya.
Advertisement