Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan induk TikTok ByteDance dikabarkan telah memulai pembicaraan dengan label musik, tentang ekspansi layanan streaming musiknya ke lebih banyak wilayah di dunia.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), hal ini bisa membuat mereka bersaing secara langsung dengan Spotify, Apple Music, dan platform streaming musik besar lainnya yang sudah beroperasi secara global.
Advertisement
Dikutip dari Variety, Senin (17/10/2022), menurut laporan ini rencana awal adalah memperluas layanan Resso yang sudah beroperasi di India, Indonesia, dan Brasil ke lebih dari selusin pasar global.
Meski begitu, Amerika Serikat tidak dilaporkan sebagai bagian dari fase ekspansi berikutnya.
Lebih lanjut, sumber dari WSJ untuk berita mengatakan, masih ada rintangan yang signifikan dalam negosiasi tersebut.
Namun, ByteDance ingin layanan tersebut pada akhirnya terintegrasi dengan TikTok, dan berfungsi sebagai platform utama untuk mendistribusikan musik mereka di seluruh dunia.
Sumber yang tak diungkap ini menyebut, diskusi itu terkadang menegang karena ketidaksepakatan tentang bagaimana menghargai manfaat promosi TikTok untuk label.
Selain itu, ada kekhawatiran atas kemungkinan terlibatnya pemerintah Tiongkok dengan layanan ini, yang juga berpotensi menjadi faktor.
TikTok sendiri saat ini dinilai menjadi faktor besar untuk membuat sebuah lagu menjadi hits, dalam beberapa tahun terakhir.
Single besar di tahun 2020-an seperti "Blinding Lights" Weeknd, "Heat Waves" Glass Animals, dan "Drivers License" Olivia Rodrigo, adalah hit yang viral dan besar TikTok.
Selain itu, Lil Nas X hanya yang salah satu yang pertama dari lusinan artis musik, yang melihat karir mereka meroket karena keberhasilan di TikTok.
ByteDance Garap TikTok Music
ByteDance sebelumnya juga diketahui telah mendaftarkan merek dagang produk baru mereka bernama TikTok Music di Amerika Serikat.
Berdasarkan dokumen pendaftaran, aplikasi ini memungkinkan pengguna membeli, memainkan, membagikan, dan mengunduh musik dari platform tersebut.
Selain itu, aplikasi ini juga memungkinkan pengguna membuat, membagikan, sekaligus merekomendasikan playlist, serta mengomentari musik, termasuk siaran langsung musik dan video yang ditampilkan.
Mengutip informasi dari The Verge, Senin (1/8/2022), pendaftaran ini tidak hanya dilakukan di Amerika Serikat, tapi juga Australia pada November tahun lalu. Rencana ini lantas menarik perhatian publik, karena Bytedance sendiri bukan kali pertama merilis aplikasi musik.
Pada 2020, perusahaan asal Tiongkok itu merilis aplikasi streaming musik Resso di India, Brasil, dan Indonesia. Dari dokumen yang didaftarkan di AS, Resso memiliki kemampuan yang serupa dengan TikTok Music.
Untuk itu, kehadiran TikTok Music disebut menjadi langkah ByteDance untuk memperluas cakupan layanan streaming musiknya ke pasar lain.
Advertisement
Pertumbuhan Resso
Namun belum dapat dipastikan, apakah TikTok Music akan dibangun dari sistem yang sama dengan Resso atau menjadi aplikasi yang berbeda sama sekali.
Resso sendiri saat ini juga dilaporkan tengah berkembang pesat. Laporan The Information pada November 2021 menyebut aplikasi itu memiliki lebih dari 40 juta pengguna bulanan di India, Brasil, dan Indonesia.
Sementara laporan lain dari Business Insider memperkirakan pengguna aktif bulanan Resso tumbuh 304 persen antara Januari 2021 hingga Januari 2022 di India.
Angka ini jauh berbeda dari pertumbuhan Spotify di negara dan periode yang sama, yakni sekitar 38 persen saja.
Dengan pertumbuhan tersebut, tidak menutup kemungkinan, layanan streaming musik dari ByteDance bisa menjadi pesaing baru untuk YouTube Music dan Spotify.
Pengguna TikTok Habiskan 95 Menit per Hari pada Kuartal Kedua 2022
TikTok sendiri menjadi aplikasi non-game yang paling banyak diunduh dan meraih pendapatan tertinggi di dunia pada paruh pertama tahun 2022.
Aplikasi garapan ByteDance itu juga memiliki salah satu basis pengguna yang paling aktif di antara aplikasi jejaring sosial.
Menurut Power User Curve di Consumer Intelligence dari Sensor Tower, TikTok memiliki basis pengguna kedua paling aktif jika dibandingkan dengan pesaingnya. Tepatnya, 29 persen pengguna TikTok aktif membuka aplikasi itu secara harian setiap bulan pada kuartal kedua 2022.
Secara global, rata-rata pengguna TikTok menghabiskan 95 menit per hari pada kuartal kedua 2022.
Itu lebih dari empat kali durasi rata-rata yang dihabiskan di Snapchat (21 menit), lebih dari tiga kali waktu yang dihabiskan di Twitter (29 menit), dan hampir dua kali lipat dari Facebook (49 menit) dan Instagram (51 menit).
Sementara itu, YouTube mencatat waktu rata-rata tertinggi kedua yang dihabiskan setiap hari pada paruh kedua 2022 dengan 74 menit.
Sementara itu, bayang-bayang pemblokiran di toko aplikasi berdasarkan usulan pemerintah AS bukanlah hal pertama bagi TikTok. TikTok telah terbukti tangguh di masa lalu ketika dihapus dari pasar terbesarnya, India.
Terlepas dari pemblokiran di India, TikTok menjadi aplikasi pertama selain ekosistem Meta yang mencapai tiga miliar pemasangan di seluruh dunia.
(Dio/Isk)
Advertisement