Menko Luhut Yakin Indonesia Masih Kuat Hadapi Inflasi

Diketahui bahwa berbagai negara di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Inggris tengah menghadapi lonjakan inflasi terbesar dalam 40 tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Okt 2022, 11:44 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Pembukaan SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund (IWF) di Bali, Senin (17/10).
Liputan6.com, Jakarta
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memuji kemampuan Indonesia menghadapi inflasi dan kenaikan harga BBM.
 
Hal itu disampaikan Luhut dalam Pembukaan SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund (IWF) di Bali, Senin (17/10), yang juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, dan Mantan PM Inggris Tony Blair.
 
"Kita cukup yakin bisa menghadapi inflasi hingga 6 persen pada akhir tahun ini," kata Luhut, dikutip Senin (17/10/2022). 
 
Diketahui bahwa berbagai negara di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Inggris tengah menghadapi lonjakan inflasi terbesar dalam 40 tahun, hingga kenaikan suku bunga yang agresif.
 
Hal ini mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global pada 2023 mendatang.
 
Indonesia, menurut Luhut, masih dalam kondisi yang cukup stabil dalam menghadapi lonjakan harga. Namun dia mengakui, tidak ada yang bisa memprediksi keadaan ekonomi dunia dalam 3 bulan ke depan atau hingga akhir tahun 2022.
 
"Kita tidak boleh lengah terhadap ini, karena (masalah) apa saja bisa terjadi. Maka dari itu kita harus cermat dalam mengamati data," jelas Luhut. 
 
Dalam kesempatan itu, Luhut juga memuji peran BUMN dalam membantu penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. 
 
Peran besar BUMN dalam penanganan pandemi covid-19 di sektor kesehatan telah menjadi Garda terdepan dalam percepatan dalam penanganan pandemi, salah satunya program vaksin covid-19 nasional.
 
"Kolaborasi strategis BUMN di sektor sektor farmasi juga sangat membantu menekan jumlah kasus covid-19," ungkapnya.
 
"Keberhasilan pengendalian covid-19 telah memicu memulihkan ekonomi Indonesia di mana ekonomi kembali tumbuh di atas 5 persen bahkan PDB Indonesia telah kembali ke tingkat sebelum pandemi dengan performa tinggi dibandingkan negara lain," pungkas Luhut.
 
 
 
 
 
 
 

Indonesia Bidik Pendapatan per Kapita USD 10 Ribu di 2030

Pembukaan SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund (IWF) di Bali, Senin (17/10).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa pendapatan per kapita Indonesia telah berada di sekitar di USD 4.200 tahun ini.

Hal itu diungkapkan Luhut dalam Pembukaan SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund (IWF) di Bali, Senin (17/10).

"Target kami untuk tahun 2030 mendatang, diharapkan bisa naik hingga USD 10.000 (Rp 154,6 juta) per kapita. Saya yakin kita bisa mencapainya," ujar Luhut, Senin (17/10/2022).

Dalam kesempatan itu, Luhut kembali menyampaikan perhatian Indonesia terkait dampak perang Rusia-Ukraina terhadap ekonomi global.

"Isu (perang Rusia-Ukraina) ini menjadi topik yang panas, dan kita harus mempersiapkan negara kita menghadapi situasi ini. Karena tidak ada yang bisa memprediksi perang tersebut," ucap Luhut.

"Perang di Ukraina ini masih akan menimbulkan dampak yang luas," lanjutnya.

 


Bukan Hal Mudah

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali berkunjung di Taman Sains dan Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2) di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). (Dok. Kemenko Marves)

Luhut mengakui, untuk mewujudkan misi Indonesia emas 2045 mendatang bukanlah upaya yang mudah. Hal itu dikarenakan ekonomi dunia yang dikhawatirkan tengah menghadapi The Perfect Storm.

"Hari ini ekonomi kita menghadapi The Perfect Storm, yang sangat fluktuatif. Maka dari itu, Pemerintah Indonesia terus memantau informasi apa pun guna mengatasi masalah ini," jelasnya.

"Fluktuasi harga komoditas semakin tinggi, dengan harga minyak sudah mendekati USD 100 per barel. Sementara itu perlu diwaspadai tren penurunan harga komoditas ekspor utama di Indonesia, walaupun palm oil harganya masih naik lagi hari ini. Kita memang untung, tetapi kita masih harus hati-hati dengan fluktuasi ini," pungkas Luhut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya