Liputan6.com, Jakarta Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kasus COVID-19 saat ini didominasi oleh varian Omicron.
Belum lama ada pula subvarian Omicron terbaru yang disebut XBB. Berkembangnya varian COVID-19 membuat produsen vaksin juga melakukan perkembangan pada vaksin yang diproduksi.
Advertisement
Sebelumnya, vaksinasi COVID-19 sudah dimulai di dunia pada Desember 2020. Vaksin-vaksin ini dibuat ketika varian Omicron belum ada.
“Karena itu berbagai produsen vaksin kini mulai memodifikasi vaksinnya dan beberapa negara juga akan mulai menggunakan jenis vaksin terbaru yang disebut bivalen,” ujar Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (17/10/2022).
“Bi artinya dua, karena memang vaksin baru ini dapat memberi proteksi terhadap varian Omicron dan juga varian COVID-19 awal yang ada sejak tahun 2020 lalu.”
Salah satu negara yang sudah menyediakan vaksin jenis terbaru ini adalah Inggris. Merek awal yang akan digunakan di negara ini adalah vaksin baru dari Moderna. Vaksin baru ini disebut dapat memberi pencegahan dan menimbulkan respons imun pada Omicron (BA.1) dan juga strain original tahun 2020 yang lalu.
Bahkan pada analisis ilmiah mendalam, vaksin ini juga dapat menghasilkan imun respons pada Omicron sub-variants BA.4 and BA.5.
Dalam setiap dosis vaksin bivalen yang bernama Spikevax bivalent Original/Omicron, setengah dosisnya (25 mikrogram) menargetkan untuk virus COVID-19 tahun 2020. Kemudian, setengah dosis lainnya (25 microgram) untuk menangani varian Omicron.
Sudah Disetujui
Vaksin terbaru ini sudah disetujui oleh Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) pada 15 Agustus 2022.
Vaksin bivalen ini disetujui untuk digunakan sebagai booster pada dewasa 18 tahun ke atas, sejalan dengan bukti ilmiah keamanan, mutu dan efektifitasnya.
Dalam hal monitoring keamanan, maka vaksin terbaru ini efek sampingnya kurang lebih sama dengan vaksin Moderna yang sudah ada sebelumnya. Biasanya, efek samping ringan dan pulih sendiri serta tidak ada efek samping yang berat.
Dua hari sesudah persetujuan MHRA, tepat pada 17 Agustus 2022, British Medical Journal (BMJ) juga mempublikasi artikel tentang hal ini. Artikel ini berjudul COVID-19: UK Will Roll Out Moderna’s Omicron BA.1 Vaccine as Part of Autumn Booster Programme.
Kemudian, pada 25 Agustus 2022 Inggris mengeluarkan protokol pelaksanaannya, dalam bentuk National protocol for Spikevax® bivalent Original/Omicron. Tahap berikutnya adalah penentuan oleh National Health Service (NHS England) tentang kelompok risiko tinggi yang mana yang akan dapat prioritas awal mendapat vaksin terbaru ini.
Advertisement
Produsen Vaksin Lain
Sementara itu, produsen vaksin lain yaitu Pfizer Inc. dan BioNTech SE juga sudah memasukkan usulan persetujuan ke European Medicines Agency (EMA).
Usulan persetujuan ini diajukan agar vaksin terbaru mereka bisa segera digunakan. Khususnya untuk vaksinasi booster Omicron BA.4/BA.5-adapted bivalent yang dapat digunakan untuk 12 tahun ke atas.
Persetujuan yang diajukan adalah dalam bentuk variasi dari Conditional Marketing Authorization (CMA) sesuai aturan dari EMA dan International Coalition of Medicines Regulatory Authorities (ICMRA).
Di Amerika Serikat, Advisory Committee on Immunization Practices yang dibentuk oleh Center of Diseases Control and Prevention (CDC) juga sudah membahas tentang penggunaan vaksin bivalen Pfizer dan Moderna.
Vaksin Pfizer terbaru ini akan terdiri dari 15 mikrogram dari mRNA encoding untuk virus jenis awal seperti yang sudah ada di vaksin sekarang ini, dan 15 mikrogram mRNA encoding lainnya untuk proteksi terhadap varian Omicron BA.4/BA.5.
Efektif Hadang Varian Baru
Data praklinik dari produsennya menunjukkan bahwa booster dengan vaksin terbaru “Pfizer and BioNTech's Omicron BA.4/BA.5-adapted bivalent vaccine” ini menghasilkan respons antibodi netralisasi yang cukup kuat terhadap Omicron BA.1, BA.2 dan BA.4/BA.5. Serta varian awal COVID-19 yang sudah ada sejak awal pandemi.
Kasus COVID-19 subvarian XBB sudah ada di Singapura. Bahkan 54 persen dari kasus baru yang ada di negara tersebut disebabkan oleh XBB.
Dokter spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura Dr Leong Hoe Nam berharap, suntikan vaksin bivalen lebih efektif daripada vaksin mRNA berbasis strain awal yang telah digunakan sebelumnya.
Direktur eksekutif di laboratorium penyakit menular A*STAR Profesor Lisa Ng, juga mengatakan bahwa suntikan bivalen akan lebih efektif daripada vaksin asli dalam memicu respons kekebalan terhadap varian COVID-19 yang lebih baru.
“Alih-alih hanya menargetkan virus COVID-19 asli, versi vaksin yang diperbarui juga menargetkan varian Omicron. Oleh karena itu, ini akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap varian COVID-19 yang lebih baru. Terbukti aman dan efektif,” kata Lisa Ng mengutip Channel News Asia, Senin (17/10/2022).
Advertisement